Bab 95 November rain“Be… Robert tadi menelpon Ibu, dia bilang temannya mau tinggal di paviliunnya,” kata Iswati memperhatikan keluwesan tangan Bening dalam membuat gambar.“Oh, ya? Terus jawaban Ibu apa?” tanya Bening, matanya sama sekali tidak beralih dari kertas folio. Hari ini dia sudah membuat 3 sketsa batik untuk kain yang mau dibuat oleh Dinda.Iswati duduk disamping Bening, tangannya sibuk mengipasi badan dengan kipas kecil. “Ibu sih oke – oke saja, selama orangnya baik dan tidak neko – neko.”“Serius? Apa Ibu tidak khawatir, Robert menyewakan paviliunnya pada orang lain?” kata Bening berasumsi. “Ngomong – ngomong temannya wanita atau lelaki?”“Katanya sih wanita. Ibu tahu masalah ini cukup pelik, tapi biarkan saja deh, Be. Asal mereka tidak bawa pasangan. Ibu gak mau paviliun Ibu dipake kumpul kebo.” Iswati memandang langit. “Sepertinya mau hujan, ini. Ibu mau lihat Evan dulu siapa tahu, dia sudah bangun.”Awal November, mendung mulai menyelimuti langit, beberapa detik kemudi
Bab 96 Karma Setelah melihat kejadian itu, Tita murung berhari – hari, dan akhirnya dirawat di rumah sakit. Hari itu Dinda menemaninya. “Ternyata nasib kita sama, Bu. Sama – sama diselingkuhi laki – laki,” kata Dinda langsung, tanpa membungkusnya dengan kalimat pembuka. Dia tahu, fisik ibunya tidak sakit, wanita itu sakit pikiran. “Ibu tidak mengerti apa maksudmu berkata begitu, Din?” tanya Tita. Pikirannya kosong dan tak bisa mencerna perkataan Dinda. Dinda membuka jaketnya. “Kenapa lenganmu itu?” Tita melihat bekas skar di kedua lengan mulus anaknya. “Ini adalah perbuatan Mas Emil. Dia berselingkuh dengan kekasih lamanya, dan menyiram Dinda dengan kopi panas. Sayangnya dia malah membolak – balikkan fakta,” cetusnya dengan nada sinis. Tita menutup mulutnya. Sebagai Ibu, tentu saja hatinya berdarah. “Kenapa kamu tidak menceritakan dari awal, Din, sehingga Ibu tidak menuduhmu macam – macam.” “Dinda takut, Dinda takut mengecewakan Ibu dan Ayah. Tapi sekarang Dinda berani mengat
Bab 97 Cerai ghaib“Kapan kamu punya waktu luang? Aku mau mengajakmu menemui Papa,” tanya Kama di suatu malam yang berangin.Bening terperangah! Dalam hati ia ingin menjerit. Oh Tuhan! Apa yang kupikirkan! Hatinya mengerang. Sejujurnya ia belum percaya diri untuk bertemu dengan orang tua Kama. Sulit baginya untuk memutuskan secara cepat.“Kenapa? Apa kamu sibuk?” tanya Kama melihat perubahan mimic muka Bening.“Eng, weekend aku free, hanya saja…” Bening tidak melanjutkan kalimatnya. Jika dia menolak ajakan Kama, lelaki itu pasti kecewa padanya. Sebaliknya, jika dia menerima, dirinya belum siap.“Apa kamu takut?” tebak Kama langsung, mata pria itu menyorot tajam ke mata coklat Bening yang seketika berbalut mendung.Bening tersenyum tipis. “Bukan takut, hanya saja, kamu tahu posisiku dan hal itu membuatku tidak nyaman.”Kama menghela napas panjang. Ia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. “Iya, aku paham. Pertanyaannya, sampai kapan kamu akan nyaman dengan posisimu? Maaf bukan aku
Bab 98 Woman from the pastBisakah kamu datang? Aku punya kejutan buatmu. Bening sengaja menelpon Kama setibanya di rumah.Maaf sayang, malam ini aku tidak bisa datang. Jadwalku minggu ini sangat padat. Besok pagi -pagi aku harus terbang ke China dilanjut ke beberapa negara. Kama lalu menceritakan secara singkat apa saja yang mau dilakukannya.It’s okay, aku tunggu kamu datang saja. Apa kamu sudah makan siang? Bening mulai memberikan atensi pada Kama.Suara Bening yang lembut mengendurkan ketegangan Kama. Hatinya senang Bening memberinya perhatian.Sebentar lagi aku makan siang. Oh ya, ngomong – ngomong kejutan apa yang mau kau berikan. Tidak bisakah kamu memberi tahuku sekarang?Bening tertawa mendengarnya. Tentu saja tidak! Jika aku memberi tahumu sekarang, namanya bukan kejutan namanya.Terdengar suara Kama tertawa di seberang. "Baiklah sayang, jika urusanku selesai, secepatnya aku datang ke tempatmu. Sekalian ingin mengajakmu makan malam."Baiklah. Take care. Bening lalu menutup te
Bab 99 Twilight“Kita mau ke mana?” tanya Bening. Nyali wanita itu ciut saat mobil Kama memasuki Hotel Rania. Salah satu hotel bintang 5 dengan fasilitas high end.“Tenanglah sayang, aku akan membawamu menemui seseorang.” Dengan langkah ringan Kama keluar dari mobil, dan membukakan pintu untuk BeningKemudian salah satu karyawan pria, dengan memakai seragam warna beige dan putih datang menyapa dengan ramah. “Selamat sore, Pak, Bu”Kama tersenyum manis lalu memberikan kunci mobil. “Tolong parkirkan mobil saya.” Selanjutnya dengan langkah santai, pria itu menggandeng Bening.Beberapa orang karyawan menoleh saat melihat penampilan jomplang antara Kama dan Bening.Bening semakin keki, melihat penampilan tamu – tamu di situ. Penampilan mereka sangat elegan dan berkelas. Langkah wanita itu kaku seperti robot. “Kama, lihatlah mereka memandangku, aku malu,” kata Bening sambil mencengkeram tangan Kama.“Relaks, okay? Kamu cantik dan harus percaya diri.”Namun, kata – kata Kama sama sekali tid
Bab 100 Always shining bright “Aku tidak mau menikah denganmu!” Mata Kama terbelalak menerima penolakan Bening. Mukanya seketika memucat. Dia berusaha tersenyum, meski tampak sangat jelek. “Aku tidak bisa memaksamu, jika kamu tidak mau menikah denganku,” ucapnya kelu dan bibir gemetar. Hatinya mengerang kesakitan. Bening tertawa lebar melihat reaksi Kama. “Sikapmu sangat menyedihkan, padahal aku belum selesai bicara,” “Maksudmu?” tanya Kama. “Aku tidak mau menikah denganmu sebelum aku punya ruko,” kata Bening tenang. “Hampir setahun, aku tinggal di rumah orang tuaku. Aku mau beli ruko, untuk tempat usaha sekaligus tempat tinggalku dan Evan.” Kama membuang napas lega. “Sebutkan saja, di mana kamu ingin ruko, biar aku belikan.” Bening meradang mendengar ide Kama. “No way! Aku tidak suka kamu melakukan itu. Kamu pikir aku terlalu lemah, hingga tak bisa membeli ruko yang ku mau. Nay! Pokoknya aku tidak setuju jika kamu membelikan aku ruko. Bisa – bisa aku tidak bisa tidur nyenyak,
Bab 101 Our time will come "Sebaiknya Kakak simpan kata - kata sarkasmu itu. Sebelum mengetahui kenapa aku membawa Bening ke sini dengan pakaian rumah!" dengkus Kama. Pria itu tidak suka dengan sikap kakaknya yang arogan, dan terkesan meremehkan Bening. "Aku tadi langsung menculik Bening dari rumahnya, untuk menemui Sasmita, kemudian menemui Papa. Pikiranku simple, aku mencintai Bening apa adanya. Dia tidak perlu menarik perhatianku dengan makeup, pakaian mahal maupun barang branded!" Kama menjelaskan panjang lebar. Mulut Tita mencibir. "Lucu sekali kamu ini. Kakak mengingatkan kamu supaya kamu tahu bahwa kamu bukanlah orang sembarangan. Semua tindak tandukmu disorot orang. Lantas, apa kamu tidak malu membawa Bening dengan pakaian seperti gembel seperti itu!" Semua sakit hatinya ia lontarkan pada Bening, tak peduli apakah Bening mendengarnya apa tidak. Aura tak nyaman kental terasa, hingga membuat suasana hati Bening tidak enak. Senyum dan sapaan yang ia berikan pada Tita tadi d
Bab 102 Victory“Oh sejak kapan kamu menjadikan kantor jadi tempat mesum begini?!!”Kama menoleh dan melihat Tita melihatnya dengan canggung. Dia melepaskan ciumannya pada Bening.“Selamat siang, Bu,” sapa Bening. Dia mundur beberapa langkah dari Kama. Dia menunduk dan mengusap bibirnya perlahan.Tita tak peduli, dan memandang Bening dengan tatapan sinis.“Saya barusan datang mengunjungi Kama, hanya ingin memastikan dia baik – baik saja,” lanjut Bening keki. Semenjak Kama mimisan dan pingsan di rumahnya, ia sering mengkhawatirkan kondisi Kama.“Tidak bisakah kamu menelponnya saja. Kama bukan anak SD,” tukas Tita kejam. Matanya menelisik penampilan Bening. “Lagipula, apa kamu tidak tahu, di sini kantor. Bukan tempat untuk pacaran!”Dalam hati Tita sebenarnya dia mengagumi pemilihan mode yang dipakai Bening. Kain batik sutra yang dililit, berikut kebaya model klasik, dipadukan dengan sepatu sandal. Penampilan sederhana dan kelihatan sangat memikat.Sayangnya Tita terlalu angkuh untuk me