“Kenapa kamu memanggilku begitu mendadak?” tanya Mattew pada Cruise setelah dia sampai di kediaman pria itu.Tidak langsung menjawab, Cruise memberikan gulungan denah padanya.Mattew membuka denah tersebut dan menatapnya bingung. “Apa yang bisa aku lakukan dengan denah ini?”“Orangku tidak bisa memperbaiki servernya jika tidak ada yang masuk ke komputer mereka dan merentas datanya. Aku sudah mendapatkan lokasi mereka dan kamu yang akan mengerjakan pekerjaan penting ini malam ini karena besok mereka akan memindahkan semua komputernya dan kita akan kehilangan jejak mereka,” jelas Cruise melihat wajah kebingungan Mattew.“Jadi denah ini adalah denah tempat dimana mereka membuat server kita bocor?” ujar Mattew sambil mengangkat denah yang dia pegang.“Benar sekali, aku akan memberitahukan informasi yang tercantum dalam denah tersebut,” balas Cruise yang kemudian berjalan mendekati Mattew.Mattew menggelar denah itu di atas meja dan Cruise menunjuk tanda dan simbol-simbol yang ada di sana.
Geena membuka mata dan merasa bingung tentang keberadaannya. Dia mengedarkan pandangan dan terkejut pada dua pasang mata yang menatapnya.“Siapa kalian?” tanya Geena, lalu dengan cepat beringsut ke pinggir ranjang menghindari mereka, rasa curiga dan cemas mencengkeram dirinya.“Namaku Inggrid dan ini suamiku, Axton Hogan,” jawab wanita yang menatapnya lembut, tetapi suaranya bergetar seakan menahan sesuatu dalam dirinya.“Dimana aku berada? Kenapa aku ada disini?” jantung Geena berdetak kencang karena sadar jika sesuatu yang tidak beres sedang terjadi.“Kamu berada di rumahmu dan kami adalah orang tua kandungmu,” ujar Inggrid yang membuat tubuh Geena membeku dengan wajah memucat, mulutnya bungkam tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya.Melihat hal itu, Inggrid merasa khawatir. Dia menatap Axton untuk meminta bantuan sehingga suaminya itu bisa mendukung perkataannya.“Mungkin kamu bingung karena kenyataan ini. Perlu kamu ketahui, saat kamu lahir, seseorang menculikmu. Selama 18 ta
“Keluarga Jackson dan Smith tidak pernah akur sejak dulu. Douglas Smith adalah orang yang paling berpengaruh terhadap ketidak akuran itu,” Britne memulai ceritanya.Matanya mengikuti tatapan Geena ke arah padang rumput hijau yang terbentang luas, yang semakin jauh terlihat menyatu dengan langit biru yang cerah.Dia kemudian menjelaskan tentang perjalanan cinta grandmanya Johana dan sejarah unclenya Richard serta kisah cinta papa dan mamanya. Cerita itu mengalir penuh liku, namun berujung pada cinta yang menemukan tempatnya.Issac dan Johana, Richard dan Kimberly, Axton dan Inggrid, mereka semua mendapatkan cinta yang diperjuangkan dengan sungguh-sungguh.Britne mengakhiri ceritanya dengan senyum yang terkembang di bibir, mengingat betapa cinta di keluarganya begitu indah.“Cerita keluargamu sangat menarik, aku tidak menyangka gadis 18 tahun sepertimu bisa menggambarkan kisah cinta yang begitu detail,” ujar Geena menanggapi cerita Britne.Britne menoleh menatap wajah saudara kembarnya.
Axton masuk ke rumah dengan wajah lelah, dia langsung mencari istrinya untuk memberitahukan informasi yang didapatkan. Melihat istrinya sedang sibuk di dapur, dia memeluknya dari belakang dan membenamkan wajah ke tengkuk wanita itu.“Hey, ada apa?” tanya Inggrid merasakan kegalauan suaminya.“Kita harus ke kota sekarang,” jawab Axton.Inggrid membalikkan tubuhnya dan menatap wajah suaminya, tangannya mengusap lembut pipi Axton. “Apakah ada masalah? Kenapa raut wajahmu terlihat tegang?”“Pembunuh orang tuaku telah mati.”Mata Inggrid terbelalak mendengar hal tersebut. “Apakah maksudmu Douglas telah mati?”Axton mengangguk lalu menopangkan kepala di pundak istrinya, butuh tempat untuk bersandar. Inggrid yang tahu suaminya sedang tidak baik-baik saja, memeluk dan mengusap punggungnya. “Aku merasa semua ini tidak adil. Dia mati begitu saja sebelum mengakui semua kesalahannya, bahkan sama sekali tidak meminta maaf atas perbuatannya. Dia tidak merasa bersalah atas kematian orang tuaku yang
Sadar jika ada yang tidak beres dengan ingatan Mattew, Ciara memanggil dokter untuk memeriksanya lebih lanjut. Dokter mengatakan jika Mattew mengalami gangguan ingatan atau bisa dikatakan jika pria itu telah kehilangan sebagian dari ingatannya.Informasi tersebut membuat Ciara kaget dan syok. Dia tidak tahu harus menjelaskan dari mana tentang semua yang terjadi jika Mattew menanyakannya. Kebingungan tersebut membuat Ciara mengambil waktu sejenak untuk merenung di lorong rumah sakit.“Mungkinkah ini jawaban dari Tuhan jika kita berdua bisa memulai kehidupan baru dari nol lagi? melupakan semua hal buruk yang telah terjadi di masa lalu,” pikir Ciara yang bisa menghabiskan sisa hidupnya bersama Mattew.Ciara kemudian menoleh menatap kamar rawat putranya, bibirnya bergumam lirih dengan penuh ketegasan. “Kamu berhak mendapatkan kehidupan yang lebih baik, mama akan memastikan kebahagiaanmu,” tekadnya.Merasa pikirannya jauh lebih baik dan lebih jernih, membuat Ciara memutuskan untuk masuk ke
Setelah hampir satu bulan di rumah sakit, Mattew akhirnya diizinkan pulang. Meski tubuhnya masih perlu banyak penyesuian dan istirahat, dokter mengatakan jika Mattew sudah baik-baik saja.Sebelum Mattew menempati tempat tinggal yang baru, Ciara mengajaknya ke makam Douglas, makam pria yang dia kenal sebagai tuannya, namun Ciara terus menyakinkan dirinya jika pria itu adalah papanya.Tak lama kemudian, keduanya berdiri di depan sebuah nisan dengan mulut yang masih bungkam dengan ekspresi yang disembunyikan di balik kaca mata hitam yang mereka pakai.“Dia tidak sepenuhnya jahat, aku adalah orang yang membuatnya menjadi seperti monster,” ujar Ciara memulai pembicaraan, mengatasi kecanggungan diantara mereka.Mattew menoleh menatap Ciara merespon apa yang wanita itu katakan.“Kenapa Anda berkata seperti itu?” tanya Mattew yang belum bisa memanggil Ciara dengan sebutan mama.Ciara balik menatap Mattew dari balik kaca mata hitamnya, hatinya terasa sakit ketika putranya itu belum bisa mengak
“Mattew ...?” gumam Geena dengan bibir bergetar dan suara parau lirih.Mattew menajamkan tatapannya dengan kening mengerutkan dalam. Tangannya mengepal ketika jantungnya berdetak tak terkendali. Suara itu terasa tidak asing baginya, menelusup ke dalam relung hati, menghadirkan rasa yang tak bisa dia mengerti namun menyesakkan.“Apakah kamu mengenalku?” tanya Mattew tampak bodoh.Geena seketika menegakkan tubuh dan berdiri menegang. Bagaimana bisa Mattew tidak mengenalnya? Apakah pria itu sedang berpura-pura tak mengenalnya karena ingin menghindarinya? Apakah Mattew sedang membuat alasan untuk bisa kembali menghilang dari kehidupannya?“A-apa maksudmu?” Geena memastikan tujuan Mattew bersikap tak masuk akal padanya.“Mungkin pertanyaanku terasa aneh, tetapi aku memiliki alasan akan hal itu,” Mattew berusaha menjelasan keadaan dirinya“Benar sekali, sikapmu terlihat sangat aneh. Jadi, alasan apa yang bisa kudengar yang membuatmu bersikap demikian?” Geena berpikir jika Mattew masih berma
Setelah bertemu dengan Geena Hogan, Mattew tidak bisa tidur dengan nyenyak. Berulang kali dia berusaha memejamkan mata, namun wajah gadis itu selalu terbayang mengusiknya.Ketika matanya mulai berat dan kesadarannya sedikit menghilang, Geena hadir dalam mimpi dan mengganggu tidurnya.“Kakak ...” suara merdu Geena di dalam mimpi membuat Mattew terbangun dengan nafas tersengal dan keringat dingin yang membasahi tubuh serta pakaiannya.“Kenapa gadis itu memanggilku kakak?” gumam Mattew sambil memijat kepalanya yang terasa berdenyut sakit.Mattew menyibak selimut yang menutupi tubuhnya lalu menyeret kakinya menuju kamar mandi. Sesampainya di sana, dia memutar kran air dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin, membiarkan air itu mendinginkan kepalanya yang terasa panas, seakan ada api dan asap yang mengepul dari sana.Kedua tangan Mattew tertopang pada dinding kamar mandi, matanya terpejam mengingat bagaimana Geena hadir dalam mimpinya. Tangannya mengepal kuat ketika dirinya merasa sangat
Sebuah rumah klasik elegan dengan halaman yang luas disulap menjadi taman yang indah penuh dengan bunga segar dilengkapi kelambu putih sehingga menciptakan suasana romantis.Karpet putih dengan rangkaian bunga harum tergelar menuju sebuah altar dengan dekorasi yang mengagumkan. Kanan kiri karpet tersebut berjajar rapi kursi kayu yang siap menampung para tamu undangan dalam pesta pernikahan Jackson.Saat matahari merangkak meninggi, satu persatu kursi tersebut mulai terisi yang didominasi oleh keluarga besar Jackson.Pernikahan Allie dan Arlo digelar dua minggu setelah lamaran mereka. Meski dengan persiapan yang singkat namun pesta yang digelar tidak mengecewakan. Keduanya sepakat hanya mengundang tamu terbatas demi menjaga kesakralan upacara pernikahan.Acara tersebut digelar di rumah yang akan menjadi tempat tinggal Arlo dan keluarga kecilnya bersama Allie, rumah yang didesain oleh Arlo sendiri sesuai dengan impian yang pernah Allie ceritakan padanya.Tak lama setelah kursi penuh par
“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Arlo berlari mendapatkan Allie ketika wanita itu keluar bersama Britne untuk menemui keluarga Jackson yang masih berkumpul di ruang makan. Ketegangan masih tampak jelas di raut wajah mereka.Allie menatap Arlo dengan tatapan bersalah membuat jantung pria itu berdetak kencang dan rasa gelisah mencengkram hatinya, mengira jika Allie menolak lamarannya.“Apakah kamu ingin bicara berdua saja denganku sebelum kita bertemu keluargaku? Aku tidak ingin kamu terbeban dengan lamaran yang aku ajukan,” lanjut Arlo ingin menenangkan wanita yang dia cintai.“Maafkan aku karena merusak lamaranmu,” balas Allie dengan nada tercekat.“Aku yang seharusnya meminta maaf karena terlalu terburu-buru melamarmu dan membuatmu syok. Aku bisa mengerti jika kamu belum bisa memberikan jawaban, sekarang yang terpenting kamu baik-baik saja.”Britne yang mencuri dengar perkataan Arlo, menepuk pundak sepupunya itu. “Jangan terlalu cepat menyimpulkan, beri Allie waktu untuk bicara!”
“Apakah kamu merasa gugup?” tanya Arlo menggenggam tangan Allie yang terkait dan terlihat gemetar.Keduanya berada di dalam mobil yang berhenti di depan teras kediaman Jackson, sedangkan Barnes tidur di bahu Arlo.“Sedikit,” jawab Allie pelan. “Ada siapa saja di sana?” lanjutnya sambil menatap rumah besar dan megah milik keluarga Jackson.“Semuanya ada di sana, Britne pun ada di sana.”“Bisakah kamu memberi waktu sebentar, aku masih terlalu gugup,” pinta Allie.“Aku akan menemanimu di sini,” balas Arlo tak ingin meninggalkan wanita yang dicintainya, tanpa ragu memeluk dan mengusap punggung Allie.Setelah keberanian Allie terkumpul, dia mengajak Arlo untuk masuk. “Aku sudah siap,” ujarnya.Arlo menggandeng tangan wanita yang dicintainya dengan posesif dan membawanya ke ruang tengah rumah itu, dimana keluarga besarnya sering berkumpul di sana.“Selamat malam,” sapa Arlo membuat semua orang di ruangan itu menoleh dan menatap kedatangan mereka.Keadaan seketika menjadi sunyi, semua mata t
“Tidak perlu khawatir, aku bisa mengajarimu bagaimana menjadi wanita Jackson,” suara Kimberly mengagetkan Allie.Dia menoleh dan mendapatkan wanita itu berjalan mendekatinya dengan Barnes ada di gendongannya.“Apakah Barnes merepotkanmu, Nyonya Kimberly?” ucap Allie sambil mengambil putranya dari gendongan Kimberly.“Dia anak yang cerdas dan menggemaskan, wajahnya sangat mirip dengan Arlo saat masih seumurannya, Barnes sama sekali tidak merepotkanku,” kata Kimberly.“Terima kasih telah menjaganya.”“Kamu tidak perlu berterima kasih karena dia juga cucuku. Aku berharap malam ini kamu dan Barnes akan menginap di kediaman Jackson sehingga aku punya banyak waktu untuk mengenal cucuku,” balas Kimberly tersenyum mendengar ocehan Barnes.Tubuh Allie menegang mendengar harapan Kimberly akan dirinya dan Barnes. Rasanya terlalu cepat untuk masuk ke dalam keluarga billionaire tersebut.“Aku akan bicara dengan Arlo terlebih dahulu,” Allie mencari alasan untuk menghindar dan berniat untuk melarang
Allie membuka mata dengan senyum cerah mengingat percintaan panasnya bersama Arlo semalam serta hubungan mereka yang membaik. Dia mencari keberadaan pria itu dan menemukannya sedang duduk di pinggir ranjang membelakanginya.Pria itu masih belum berpakaian hingga memperlihatkan punggungnya yang menawan membuat matanya tak berkedip dan tatapannya tak bisa lepas dari sana.Sadar jika Arlo sedang menerima panggilan dari ponselnya, membuat Allie sengaja tidak mengganggunya. Dia menggeser tubuhnya mendekati Arlo lalu mengusap punggung pria itu.“Siapa yang menelepon sepagi ini?” tanyanya saat melihat Arlo mengakhiri panggilan.Pria itu menoleh dan memperlihatkan wajah tegang yang tidak bisa disembunyikan membuat Allie merasa cemas. “Apakah semua baik-baik saja?”“Mamamu masuk rumah sakit,” ujarnya.“Ada apa dengan mamaku? terakhir kali aku bicara dengannya, dia baik-baik saja.”“Dia mengalami kekerasan dari papa tirimu, aku meminta bantuan papa untuk menangani kasus mamamu.”“Aku harus kemb
Allie merasa senang telah mengizinkan Arlo menghabiskan waktu bersama putranya. Wajah pria itu terus berbinar penuh kebahagiaan, hal itu membuat Allie bertekad bulat untuk menjadi wanita yang pantas untuk Arlo, wanita dewasa dan elegan yang tidak gegabah menyimpulkan sesuatu yang dia lihat dan dengar.Malam harinya Allie mengunci diri di kamar mandi cukup lama, menatap dirinya di cermin dengan pakaian menantang. Lingerie transparan dipakainya, hingga tubuhnya terlihat sangat menggoda dengan aset-aset yang tak bisa disembunyikan.“Apakah aku terlihat seperti wanita jalang?” gumamnya pada diri sendiri.“Persetan dengan hal itu, aku ingin menyenangkan Arlo malam ini,” Allie berusaha menghapus keraguan yang menyelimuti.“Sayang, apakah kamu baik-baik saja?” suara Arlo dari luar mengagetkan.“Aku baik-baik saja,” jawab Allie cepat.“Kamu sudah terlalu lama di kamar mandi, itu bisa membuatmu sakit,” Arlo mengingatkan.“Sebentar lagi aku akan keluar.”“Apakah kamu tidak nyaman aku berada di
Allie menghentikan kegiatan memasak ketika ada yang mengetuk pintu rumah. Dia membersihkan tangan dengan serbet lalu pergi untuk membuka pintu bagi tamunya.Keningnya berkerut heran ketika melihat seorang wanita cantik setengah baya dengan kacamata hitam dan pakaian elegan berdiri di depannya.“Ada yang bisa aku bantu?” tanya Allie sopan.Wanita itu membuka kacamata dan tersenyum ramah. “Apakah kamu bernama Allie?” wanita itu ganti bertanya.“Benar Nyonya, apakah aku mengenalmu?” Allie semakin heran dengan identitas tamunya.Wanita itu kemudian mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. “Namaku Kimberly Jackson, istri dari Richard Jackson, mama Arlo. Senang bertemu denganmu, Allie. Sudah lama aku ingin melihat wajahmu.”Wajah Allie seketika memucat mengetahui siapa yang berdiri di depannya, tubuhnya menegang merasa terancam oleh kedatangan wanita itu. Dia teringat bagaimana papa Arlo mengusir dan menyuruhnya pergi menjauh dari putranya.“Arlo sedang berada di rumah Britne, kamu bis
“Aku mengambil resiko besar dengan kembali membiarkanmu menyentuhku lagi,” ujar Allie sambil mengusap dagu Arlo yang ditumbuhi rambut-rambut kecil kasar, menelusuri dengan jari lentiknya.Mata Arlo terpejam menikmati sentuhan yang mengalirkan sengatan listrik kecil, lalu mengerang merespon. Saat pria itu membuka mata, Allie bisa melihat tatapan yang menggelap penuh gairah.“Fokuslah padaku saja! Abaikan semua hal yang menjadi penghalang hubungan kita,” pinta Arlo dengan tatapan penuh komitmen akan hubungan kita.“Berjanjilah kamu tidak akan mengambil Barnes dariku!”“Aku berjanji. Tak sedikitpun terlintas dalam pikiranku untuk memisahkanmu dengan putra kita. Dia akan tetap bersamamu, bersama kita.”“Kita …?” gumam Allie lirih.Arlo merendahkan kepala lalu mendekatkan bibir di telinga Allie. “Ya, kita. Kita akan menjadi keluarga yang utuh. Jangan sampai karena keegoisan, Barnes kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan.”Bisikan Arlo seperti mantra yang meluluhkan hati. Desah
Saat matahari sudah tinggi, Allie terbangun dari tidurnya dan terkejut karena dia bangun terlalu siang. Hal ini karena dirinya baru saja tidur beberapa menit sebelum matahari terbit.Dia segera membersihkan diri dan pergi ke kamar Barnes untuk memeriksa keadaan putranya. Lagi-lagi dia dikejutkan dengan keberadaan Arlo yang ada disana. Ada warna gelap di kantung mata pria itu, membuatnya sadar jika Arlo tidak tidur semalaman.“Apakah kamu tidak tidur?” tanya Allie.“Aku tidak bisa tidur, hujan dan petirnya baru berhenti dini hari dan mungkin juga karena aku terlalu senang bisa menghabiskan malam bersama putraku. Tapi jangan khawatir, semalam Barnes bisa tidur dengan nyenyak dan aku tidak mengganggunya,” jawab Arlo tidak ingin Allie salah paham padanya.“Bersihkan dirimu! aku akan membuat sarapan. Setelah kamu makan, kamu bisa tidur lalu pulang ke New City,” tegas Allie masih memasang dinding tebal terhadap Arlo.Selesai sarapan, Allie mengizinkan Arlo untuk tidur di kamarnya. Dia tidak