Home / Romansa / Istri Tuan Muda Lumpuh / 145. Melihat dan Bertemu Dengannya

Share

145. Melihat dan Bertemu Dengannya

Author: Dera Tresna
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah hampir satu bulan di rumah sakit, Mattew akhirnya diizinkan pulang. Meski tubuhnya masih perlu banyak penyesuian dan istirahat, dokter mengatakan jika Mattew sudah baik-baik saja.

Sebelum Mattew menempati tempat tinggal yang baru, Ciara mengajaknya ke makam Douglas, makam pria yang dia kenal sebagai tuannya, namun Ciara terus menyakinkan dirinya jika pria itu adalah papanya.

Tak lama kemudian, keduanya berdiri di depan sebuah nisan dengan mulut yang masih bungkam dengan ekspresi yang disembunyikan di balik kaca mata hitam yang mereka pakai.

“Dia tidak sepenuhnya jahat, aku adalah orang yang membuatnya menjadi seperti monster,” ujar Ciara memulai pembicaraan, mengatasi kecanggungan diantara mereka.

Mattew menoleh menatap Ciara merespon apa yang wanita itu katakan.

“Kenapa Anda berkata seperti itu?” tanya Mattew yang belum bisa memanggil Ciara dengan sebutan mama.

Ciara balik menatap Mattew dari balik kaca mata hitamnya, hatinya terasa sakit ketika putranya itu belum bisa mengak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Tuan Muda Lumpuh   146. Jackson, Hogan dan Smith

    “Mattew ...?” gumam Geena dengan bibir bergetar dan suara parau lirih.Mattew menajamkan tatapannya dengan kening mengerutkan dalam. Tangannya mengepal ketika jantungnya berdetak tak terkendali. Suara itu terasa tidak asing baginya, menelusup ke dalam relung hati, menghadirkan rasa yang tak bisa dia mengerti namun menyesakkan.“Apakah kamu mengenalku?” tanya Mattew tampak bodoh.Geena seketika menegakkan tubuh dan berdiri menegang. Bagaimana bisa Mattew tidak mengenalnya? Apakah pria itu sedang berpura-pura tak mengenalnya karena ingin menghindarinya? Apakah Mattew sedang membuat alasan untuk bisa kembali menghilang dari kehidupannya?“A-apa maksudmu?” Geena memastikan tujuan Mattew bersikap tak masuk akal padanya.“Mungkin pertanyaanku terasa aneh, tetapi aku memiliki alasan akan hal itu,” Mattew berusaha menjelasan keadaan dirinya“Benar sekali, sikapmu terlihat sangat aneh. Jadi, alasan apa yang bisa kudengar yang membuatmu bersikap demikian?” Geena berpikir jika Mattew masih berma

  • Istri Tuan Muda Lumpuh   147. Di Dalam Hutan, Rasa itu Timbul

    Setelah bertemu dengan Geena Hogan, Mattew tidak bisa tidur dengan nyenyak. Berulang kali dia berusaha memejamkan mata, namun wajah gadis itu selalu terbayang mengusiknya.Ketika matanya mulai berat dan kesadarannya sedikit menghilang, Geena hadir dalam mimpi dan mengganggu tidurnya.“Kakak ...” suara merdu Geena di dalam mimpi membuat Mattew terbangun dengan nafas tersengal dan keringat dingin yang membasahi tubuh serta pakaiannya.“Kenapa gadis itu memanggilku kakak?” gumam Mattew sambil memijat kepalanya yang terasa berdenyut sakit.Mattew menyibak selimut yang menutupi tubuhnya lalu menyeret kakinya menuju kamar mandi. Sesampainya di sana, dia memutar kran air dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin, membiarkan air itu mendinginkan kepalanya yang terasa panas, seakan ada api dan asap yang mengepul dari sana.Kedua tangan Mattew tertopang pada dinding kamar mandi, matanya terpejam mengingat bagaimana Geena hadir dalam mimpinya. Tangannya mengepal kuat ketika dirinya merasa sangat

  • Istri Tuan Muda Lumpuh   148. Tidak Mudah Memilikiku

    Geena menatap pria tampan di depannya dengan tatapan datar tanpa ekspresi. Dia berdiri sambil melipat tangan sebagai tanda pertahanan diri.“Perkenalkan putriku, namanya Geena,” ucap Axton penuh kebanggaan, memperkenalkan putrinya pada keluarga sahabatnya.William Cooper terkekeh menatap Geena, dia kemudian beralih menatap putranya dan balas memperkenalkan pada keluarga Axton.“Ini putraku, namanya Alvaro. Aku merasa senang jika Geena dan putraku bisa berteman baik. Semoga hubungan tersebut bisa berlanjut sehingga persahabatan kita berubah menjadi keluarga.”Perkataan William terdengar penuh dengan maksud tersembunyi, siapapun yang mendengarnya seketika tahu apa yang dimaksud pria itu.Alvaro tersenyum mendengar perkataan papanya, dia kemudian berjalan mendekati Geena dan mengulurkan tangan. “Aku harap kita bisa berteman,” ucapnya ramah yang membuat Geena merasa tidak terancam.Sekilas Geena hanya menatap tangan yang terulur ke arahnya. Ada perasaaan ragu untuk menyambut uluran tangan

  • Istri Tuan Muda Lumpuh   149. Cinta itu Buta

    Ketika tangan Mattew hendak menyentuh tempat tersembunyi miliknya, disaat itulah kesadaran Geena pulih, dia segera menghentikan apa yang pria itu lakukan.“Belum pernah ada pria yang menyentuhku, jadi jangan lakukan itu!” tegur Geena.Mattew menatap nanar wajah cantik Geena, tangannya ganti mengusap wajah itu. “Apakah kamu ingin mengatakan jika dirimu masih perawan?”Wajah Geena seketika memanas, pipinya merona merah mendengar perkataan vulgar Mattew. Ingin sekali dirinya mengatakan jika kepolosan dirinya saat ini akibat ulah pria itu di masa lalu karena sangat protektif terhadapnya.“Tak perlu menjawabnya, rona wajahmu sudah memberitahukannya kepadaku,” goda Mattew yang membuat Geena kesal lalu mendorongnya menjauh.“Aku harus pergi,” ujar Geena yang kemudian membuka pintu gubuk lalu menjauh dari tempat tersebut.“Besok kita akan bertemu lagi disini,” seru Mattew yang diabaikan oleh Geena dengan pura-pura tidak mendengar seruannya.Tanpa Mattew tahu, diam-diam Geena tersenyum senang

  • Istri Tuan Muda Lumpuh   150. Hati yang Bahagia

    Geena hampir tidak bisa bernafas ketika harus masuk dalam satu selimut dengan Mattew dan sama-sama hanya menggunakan pakaian dalam. Setelah Mattew berhasil membuat api, keduanya harus melepas pakaian yang basah agar tidak kedinginan dan sakit. Beruntung ada selimut di gubuk tersebut karena Geena sering memakainya jika udara terlalu dingin. “Mattew, menjauhlah sedikit!” tegur Geena ketika pria itu menopangkan kepala di bahunya. “Biarkan seperti ini sejenak, kepalaku sedikit pusing,” gumam Mattew sambil memejamkan mata. “Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Geena dengan suara yang berubah penuh kekhawatiran. “Semenjak aku mengalami kecelakaan dan bangun dari koma, aku sering merasa pusing tetapi aku sudah mulai terbiasa dengan rasa sakit itu,” jelas Mattew. Geena dengan cepat mengulurkan tangan lalu memeriksa kening Mattew. “Kamu tidak demam, apakah kamu butuh sesuatu untuk meringankan rasa pusingmu?” tanya Geena. “Aku memang tidak demam dan hanya butuh waktu sebentar untuk tidur, j

  • Istri Tuan Muda Lumpuh   151. Rasa Takut yang Tak Pernah Hilang

    Semenjak hari itu, Geena dan Mattew sering bertemu di tempat rahasia mereka, berbagi cerita dan merangkai impian tentang masa depan meski keduanya tahu jika impian tersebut tidak akan mudah untuk digapai.Mattew memutuskan untuk melepaskan diri dari bisnis gelap papanya dan belajar mengelola peternakan. Meski uang yang didapatkan tidak sebesar bisnis gelap Douglas namun dia memilih untuk hidup tenang bersama mamanya dengan menjalani hidup selayaknya manusia normal.Suatu hari Mattew sangat bersemangat untuk pergi ke hutan karena hari ini Geena membuat masakan khusus untuknya. Mereka berencana makan bersama untuk pertama kalinya,meski sebenarnya hal tersebut bukanlah yang pertama kali tetapi Mattew tidak mengingatnya.Rasa senang membuncah di hatinya membayangkan kelezatan masakan Geena. Namun ketika dirinya membuka pintu kamar, Mattew terkejut melihat Ciara yang sudah berdiri di hadapannya dengan tatapan curiga.“Ke hutan lagi? apa yang sebenarnya kamu lakukan di dalam hutan sehingga

  • Istri Tuan Muda Lumpuh   152. Aku Ingin Kamu Menyentuhku

    Selama beberapa hari Mattew masih berusaha bersabar dengan terus datang ke hutan meski Geena tidak pernah lagi datang ke sana. Dia masih berharap kemarahan Geena segera mereda dan mereka bisa kembali bertemu.Namun setelah lebih dari dua minggu tidak ada tanda-tanda kemarahan Geena akan surut, hal itu membuat Mattew melakukan hal nekat dengan mendatangi rumah Geena.Axton yang melihat Mattew menginjakkan kaki di tanah Hogan dan berdiri di depan rumahnya, segera keluar menghadapi pria itu dengan menatap tajam dan dingin.“Apa yang kamu lakukan di tanahku?” tanya Axton dengan wajah tak bersahabat.“Tidak ada larangan bagiku berada di tanah Hogan,” jawab Mattew tanpa rasa takut.“Aku melarangmu dan melarang semua keturunan Smith menginjakkan kaki di tanahku,” tegas Axton.Mattew kemudian mengatakan tujuannya tanpa basa-basi. “Aku ingin bertemu Geena.”Wajah Axton seketika memerah marah ketika nama putrinya keluar dari mulut orang yang tidak pantas menyebutnya.“Aku tidak akan pernah meng

  • Istri Tuan Muda Lumpuh   153. Aku Milikmu Sepenuhnya

    Mattew membawa Geena semakin naik ke atas ranjang dan meletakkan kepala gadis itu ke atas bantalnya. Wajah Geena terlihat gugup sekaligus malu dengan semburat merah muda di pipi, terlihat sangat menggemaskan.Bibir Mattew melengkung, membentuk senyuman indah yang membuat Geena meleleh karena ketampanan pria itu meningkat berkali-kali lipat. Gelenyar aneh merayap dari ujung kaki ke ujung kepala, meninggalkan denyut hangat di inti miliknya ketika Mattew menciumnya.“Aku tidak akan melepaskanmu malam ini,” gumam Mattew di sela ciumannya.Tidak mengerti maksud pria itu, Geena hanya bergumam tak jelas lalu kembali menikmati gerakan bibir Mattew yang menyapu bibirnya.Tangan pria itu merambat melepas satu persatu kancing pakaiannya dan membukanya hingga dadanya terpampang jelas dengan penutup merah jambu yang membuatnya terlihat semakin manis.“Lain kali aku ingin melihatmu memakai warna merah menyala, hingga mampu membakar gairah kita berdua,” ucap Mattew.“Hmmm …” gumam Geena sambil menga

Latest chapter

  • Istri Tuan Muda Lumpuh   224. Epilog dan Prolog

    Sebuah rumah klasik elegan dengan halaman yang luas disulap menjadi taman yang indah penuh dengan bunga segar dilengkapi kelambu putih sehingga menciptakan suasana romantis.Karpet putih dengan rangkaian bunga harum tergelar menuju sebuah altar dengan dekorasi yang mengagumkan. Kanan kiri karpet tersebut berjajar rapi kursi kayu yang siap menampung para tamu undangan dalam pesta pernikahan Jackson.Saat matahari merangkak meninggi, satu persatu kursi tersebut mulai terisi yang didominasi oleh keluarga besar Jackson.Pernikahan Allie dan Arlo digelar dua minggu setelah lamaran mereka. Meski dengan persiapan yang singkat namun pesta yang digelar tidak mengecewakan. Keduanya sepakat hanya mengundang tamu terbatas demi menjaga kesakralan upacara pernikahan.Acara tersebut digelar di rumah yang akan menjadi tempat tinggal Arlo dan keluarga kecilnya bersama Allie, rumah yang didesain oleh Arlo sendiri sesuai dengan impian yang pernah Allie ceritakan padanya.Tak lama setelah kursi penuh par

  • Istri Tuan Muda Lumpuh   223. Kebahagian Itu Datang

    “Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Arlo berlari mendapatkan Allie ketika wanita itu keluar bersama Britne untuk menemui keluarga Jackson yang masih berkumpul di ruang makan. Ketegangan masih tampak jelas di raut wajah mereka.Allie menatap Arlo dengan tatapan bersalah membuat jantung pria itu berdetak kencang dan rasa gelisah mencengkram hatinya, mengira jika Allie menolak lamarannya.“Apakah kamu ingin bicara berdua saja denganku sebelum kita bertemu keluargaku? Aku tidak ingin kamu terbeban dengan lamaran yang aku ajukan,” lanjut Arlo ingin menenangkan wanita yang dia cintai.“Maafkan aku karena merusak lamaranmu,” balas Allie dengan nada tercekat.“Aku yang seharusnya meminta maaf karena terlalu terburu-buru melamarmu dan membuatmu syok. Aku bisa mengerti jika kamu belum bisa memberikan jawaban, sekarang yang terpenting kamu baik-baik saja.”Britne yang mencuri dengar perkataan Arlo, menepuk pundak sepupunya itu. “Jangan terlalu cepat menyimpulkan, beri Allie waktu untuk bicara!”

  • Istri Tuan Muda Lumpuh   222. Kejadian Tak Terduga

    “Apakah kamu merasa gugup?” tanya Arlo menggenggam tangan Allie yang terkait dan terlihat gemetar.Keduanya berada di dalam mobil yang berhenti di depan teras kediaman Jackson, sedangkan Barnes tidur di bahu Arlo.“Sedikit,” jawab Allie pelan. “Ada siapa saja di sana?” lanjutnya sambil menatap rumah besar dan megah milik keluarga Jackson.“Semuanya ada di sana, Britne pun ada di sana.”“Bisakah kamu memberi waktu sebentar, aku masih terlalu gugup,” pinta Allie.“Aku akan menemanimu di sini,” balas Arlo tak ingin meninggalkan wanita yang dicintainya, tanpa ragu memeluk dan mengusap punggung Allie.Setelah keberanian Allie terkumpul, dia mengajak Arlo untuk masuk. “Aku sudah siap,” ujarnya.Arlo menggandeng tangan wanita yang dicintainya dengan posesif dan membawanya ke ruang tengah rumah itu, dimana keluarga besarnya sering berkumpul di sana.“Selamat malam,” sapa Arlo membuat semua orang di ruangan itu menoleh dan menatap kedatangan mereka.Keadaan seketika menjadi sunyi, semua mata t

  • Istri Tuan Muda Lumpuh   221. Keputusan untuk Perubahan

    “Tidak perlu khawatir, aku bisa mengajarimu bagaimana menjadi wanita Jackson,” suara Kimberly mengagetkan Allie.Dia menoleh dan mendapatkan wanita itu berjalan mendekatinya dengan Barnes ada di gendongannya.“Apakah Barnes merepotkanmu, Nyonya Kimberly?” ucap Allie sambil mengambil putranya dari gendongan Kimberly.“Dia anak yang cerdas dan menggemaskan, wajahnya sangat mirip dengan Arlo saat masih seumurannya, Barnes sama sekali tidak merepotkanku,” kata Kimberly.“Terima kasih telah menjaganya.”“Kamu tidak perlu berterima kasih karena dia juga cucuku. Aku berharap malam ini kamu dan Barnes akan menginap di kediaman Jackson sehingga aku punya banyak waktu untuk mengenal cucuku,” balas Kimberly tersenyum mendengar ocehan Barnes.Tubuh Allie menegang mendengar harapan Kimberly akan dirinya dan Barnes. Rasanya terlalu cepat untuk masuk ke dalam keluarga billionaire tersebut.“Aku akan bicara dengan Arlo terlebih dahulu,” Allie mencari alasan untuk menghindar dan berniat untuk melarang

  • Istri Tuan Muda Lumpuh   220. Saatnya Mengambil Keputusan

    Allie membuka mata dengan senyum cerah mengingat percintaan panasnya bersama Arlo semalam serta hubungan mereka yang membaik. Dia mencari keberadaan pria itu dan menemukannya sedang duduk di pinggir ranjang membelakanginya.Pria itu masih belum berpakaian hingga memperlihatkan punggungnya yang menawan membuat matanya tak berkedip dan tatapannya tak bisa lepas dari sana.Sadar jika Arlo sedang menerima panggilan dari ponselnya, membuat Allie sengaja tidak mengganggunya. Dia menggeser tubuhnya mendekati Arlo lalu mengusap punggung pria itu.“Siapa yang menelepon sepagi ini?” tanyanya saat melihat Arlo mengakhiri panggilan.Pria itu menoleh dan memperlihatkan wajah tegang yang tidak bisa disembunyikan membuat Allie merasa cemas. “Apakah semua baik-baik saja?”“Mamamu masuk rumah sakit,” ujarnya.“Ada apa dengan mamaku? terakhir kali aku bicara dengannya, dia baik-baik saja.”“Dia mengalami kekerasan dari papa tirimu, aku meminta bantuan papa untuk menangani kasus mamamu.”“Aku harus kemb

  • Istri Tuan Muda Lumpuh   219. Bukan Rasa Hutang Budi

    Allie merasa senang telah mengizinkan Arlo menghabiskan waktu bersama putranya. Wajah pria itu terus berbinar penuh kebahagiaan, hal itu membuat Allie bertekad bulat untuk menjadi wanita yang pantas untuk Arlo, wanita dewasa dan elegan yang tidak gegabah menyimpulkan sesuatu yang dia lihat dan dengar.Malam harinya Allie mengunci diri di kamar mandi cukup lama, menatap dirinya di cermin dengan pakaian menantang. Lingerie transparan dipakainya, hingga tubuhnya terlihat sangat menggoda dengan aset-aset yang tak bisa disembunyikan.“Apakah aku terlihat seperti wanita jalang?” gumamnya pada diri sendiri.“Persetan dengan hal itu, aku ingin menyenangkan Arlo malam ini,” Allie berusaha menghapus keraguan yang menyelimuti.“Sayang, apakah kamu baik-baik saja?” suara Arlo dari luar mengagetkan.“Aku baik-baik saja,” jawab Allie cepat.“Kamu sudah terlalu lama di kamar mandi, itu bisa membuatmu sakit,” Arlo mengingatkan.“Sebentar lagi aku akan keluar.”“Apakah kamu tidak nyaman aku berada di

  • Istri Tuan Muda Lumpuh   218. Tak Semuanya Buruk

    Allie menghentikan kegiatan memasak ketika ada yang mengetuk pintu rumah. Dia membersihkan tangan dengan serbet lalu pergi untuk membuka pintu bagi tamunya.Keningnya berkerut heran ketika melihat seorang wanita cantik setengah baya dengan kacamata hitam dan pakaian elegan berdiri di depannya.“Ada yang bisa aku bantu?” tanya Allie sopan.Wanita itu membuka kacamata dan tersenyum ramah. “Apakah kamu bernama Allie?” wanita itu ganti bertanya.“Benar Nyonya, apakah aku mengenalmu?” Allie semakin heran dengan identitas tamunya.Wanita itu kemudian mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. “Namaku Kimberly Jackson, istri dari Richard Jackson, mama Arlo. Senang bertemu denganmu, Allie. Sudah lama aku ingin melihat wajahmu.”Wajah Allie seketika memucat mengetahui siapa yang berdiri di depannya, tubuhnya menegang merasa terancam oleh kedatangan wanita itu. Dia teringat bagaimana papa Arlo mengusir dan menyuruhnya pergi menjauh dari putranya.“Arlo sedang berada di rumah Britne, kamu bis

  • Istri Tuan Muda Lumpuh   217. Punya Hak Untuk Bahagia

    “Aku mengambil resiko besar dengan kembali membiarkanmu menyentuhku lagi,” ujar Allie sambil mengusap dagu Arlo yang ditumbuhi rambut-rambut kecil kasar, menelusuri dengan jari lentiknya.Mata Arlo terpejam menikmati sentuhan yang mengalirkan sengatan listrik kecil, lalu mengerang merespon. Saat pria itu membuka mata, Allie bisa melihat tatapan yang menggelap penuh gairah.“Fokuslah padaku saja! Abaikan semua hal yang menjadi penghalang hubungan kita,” pinta Arlo dengan tatapan penuh komitmen akan hubungan kita.“Berjanjilah kamu tidak akan mengambil Barnes dariku!”“Aku berjanji. Tak sedikitpun terlintas dalam pikiranku untuk memisahkanmu dengan putra kita. Dia akan tetap bersamamu, bersama kita.”“Kita …?” gumam Allie lirih.Arlo merendahkan kepala lalu mendekatkan bibir di telinga Allie. “Ya, kita. Kita akan menjadi keluarga yang utuh. Jangan sampai karena keegoisan, Barnes kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan.”Bisikan Arlo seperti mantra yang meluluhkan hati. Desah

  • Istri Tuan Muda Lumpuh   216. Tak Bisa Menghindar Apalagi Menolak

    Saat matahari sudah tinggi, Allie terbangun dari tidurnya dan terkejut karena dia bangun terlalu siang. Hal ini karena dirinya baru saja tidur beberapa menit sebelum matahari terbit.Dia segera membersihkan diri dan pergi ke kamar Barnes untuk memeriksa keadaan putranya. Lagi-lagi dia dikejutkan dengan keberadaan Arlo yang ada disana. Ada warna gelap di kantung mata pria itu, membuatnya sadar jika Arlo tidak tidur semalaman.“Apakah kamu tidak tidur?” tanya Allie.“Aku tidak bisa tidur, hujan dan petirnya baru berhenti dini hari dan mungkin juga karena aku terlalu senang bisa menghabiskan malam bersama putraku. Tapi jangan khawatir, semalam Barnes bisa tidur dengan nyenyak dan aku tidak mengganggunya,” jawab Arlo tidak ingin Allie salah paham padanya.“Bersihkan dirimu! aku akan membuat sarapan. Setelah kamu makan, kamu bisa tidur lalu pulang ke New City,” tegas Allie masih memasang dinding tebal terhadap Arlo.Selesai sarapan, Allie mengizinkan Arlo untuk tidur di kamarnya. Dia tidak

DMCA.com Protection Status