Semenjak hari itu, Geena dan Mattew sering bertemu di tempat rahasia mereka, berbagi cerita dan merangkai impian tentang masa depan meski keduanya tahu jika impian tersebut tidak akan mudah untuk digapai.Mattew memutuskan untuk melepaskan diri dari bisnis gelap papanya dan belajar mengelola peternakan. Meski uang yang didapatkan tidak sebesar bisnis gelap Douglas namun dia memilih untuk hidup tenang bersama mamanya dengan menjalani hidup selayaknya manusia normal.Suatu hari Mattew sangat bersemangat untuk pergi ke hutan karena hari ini Geena membuat masakan khusus untuknya. Mereka berencana makan bersama untuk pertama kalinya,meski sebenarnya hal tersebut bukanlah yang pertama kali tetapi Mattew tidak mengingatnya.Rasa senang membuncah di hatinya membayangkan kelezatan masakan Geena. Namun ketika dirinya membuka pintu kamar, Mattew terkejut melihat Ciara yang sudah berdiri di hadapannya dengan tatapan curiga.“Ke hutan lagi? apa yang sebenarnya kamu lakukan di dalam hutan sehingga
Selama beberapa hari Mattew masih berusaha bersabar dengan terus datang ke hutan meski Geena tidak pernah lagi datang ke sana. Dia masih berharap kemarahan Geena segera mereda dan mereka bisa kembali bertemu.Namun setelah lebih dari dua minggu tidak ada tanda-tanda kemarahan Geena akan surut, hal itu membuat Mattew melakukan hal nekat dengan mendatangi rumah Geena.Axton yang melihat Mattew menginjakkan kaki di tanah Hogan dan berdiri di depan rumahnya, segera keluar menghadapi pria itu dengan menatap tajam dan dingin.“Apa yang kamu lakukan di tanahku?” tanya Axton dengan wajah tak bersahabat.“Tidak ada larangan bagiku berada di tanah Hogan,” jawab Mattew tanpa rasa takut.“Aku melarangmu dan melarang semua keturunan Smith menginjakkan kaki di tanahku,” tegas Axton.Mattew kemudian mengatakan tujuannya tanpa basa-basi. “Aku ingin bertemu Geena.”Wajah Axton seketika memerah marah ketika nama putrinya keluar dari mulut orang yang tidak pantas menyebutnya.“Aku tidak akan pernah meng
Mattew membawa Geena semakin naik ke atas ranjang dan meletakkan kepala gadis itu ke atas bantalnya. Wajah Geena terlihat gugup sekaligus malu dengan semburat merah muda di pipi, terlihat sangat menggemaskan.Bibir Mattew melengkung, membentuk senyuman indah yang membuat Geena meleleh karena ketampanan pria itu meningkat berkali-kali lipat. Gelenyar aneh merayap dari ujung kaki ke ujung kepala, meninggalkan denyut hangat di inti miliknya ketika Mattew menciumnya.“Aku tidak akan melepaskanmu malam ini,” gumam Mattew di sela ciumannya.Tidak mengerti maksud pria itu, Geena hanya bergumam tak jelas lalu kembali menikmati gerakan bibir Mattew yang menyapu bibirnya.Tangan pria itu merambat melepas satu persatu kancing pakaiannya dan membukanya hingga dadanya terpampang jelas dengan penutup merah jambu yang membuatnya terlihat semakin manis.“Lain kali aku ingin melihatmu memakai warna merah menyala, hingga mampu membakar gairah kita berdua,” ucap Mattew.“Hmmm …” gumam Geena sambil menga
Mattew terbangun dan tersentak kaget ketika melihat Casidy terbaring di sampingnya dengan keadaan telanjang. Dia segera bangun dan mengumpat keras ketika dirinya juga dalam keadaan telanjang.Dia mendorong menjauh tubuh wanita itu hingga Casidy hampir terjatuh dari atas ranjang. Casidy menjerit kaget dan menatap Mattew tak percaya karena pria itu memperlakukannya dengan kasar.“Apa yang kamu lakukan di kamarku?” tanya Mattew merasa bingung karena hal terakhir yang dia ingat adalah bercinta dengan Geena bukan Casidy.“Apakah kamu lupa? Semalam kamu mabuk dan menyeretku ke ranjangmu. Kenapa kamu marah setelah percintaan panas kita?” dusta Casidy.Pagi itu Casidy kembali ke rumah dan menemukan Mattew terbaring dalam keadaan telanjang dan tertidur pulas seperti orang mati. Aroma percintaan terasa kental di kamar itu dengan aroma minuman keras terasa jelas dari mulut Mattew.Casidy berpikir, Mattew pasti membawa wanita jalang ke rumahnya dan menghabiskan malam panjang penuh gairah. Awalnya
“Maaf jika menungguku terlalu lama, aku tidak tahu jika kamu datang dan ingin mengajakku pergi,” kata Geena pada Alvaro ketika dirinya masuk ke mobil pria itu untuk mengajaknya pergi.“Tidak masalah, Britne menemaniku tadi sehingga aku tidak merasa lama menunggumu,” balas Alvaro.“Sepertinya kalian sangat cocok, setiap kali bertemu selalu ada obrolan diantara kalian. Berbeda denganku yang lebih suka menarik diri dan asyik dengan duniaku sendiri.”Alvaro hanya tersenyum menanggapinya, lalu menyalakan mesin mobil, mengendarainya menjauh dari rumah kediaman Hogan. Sepanjang perjalanan, keduanya sama-sama diam dan Alvaro tiba-tiba terlihat serius, sangat berkonsentrasi dengan jalan yang dia lalui.“Kenapa kamu diam saja? benarkah selama ini kamu hanya menganggap Britne sebagai adikmu? Tak pernahkah terlintas sedikitpun dalam pikiranmu dengan menganggap Britne sebagai seorang wanita?” pancing Geena.“Aku terdengar seperti sedang menjodohkanku dengan Britne,” sindir Alvaro.“Bukan begitu, t
Mattew membuka pintu rumah dengan kasar. Dia mencari Ciara untuk menuntut penjelasan dari wanita itu. Ketika dilihatnya Ciara sedang bersantai di ruang tengah rumah mereka, Mattew berjalan mendekatinya.“Apa yang terjadi padaku dan Geena di masa lalu? Bagaimana bisa Geena menjadi adikku?”Tubuh Ciara seketika menegang mendengar hal tersebut. “Bagaimana kamu mengetahui hal itu? apakah keluarga Hogan mengatakan sesuatu padamu dan mempengaruhimu?” tuduh Ciara.Mendengar hal itu, Mattew menyipitkan mata dengan tatapan menakutkan, membuat tubuh Ciara bergetar karena putranya tersebut selalu mengingatkannya pada kekejaman Douglas. “Jelaskan semua padaku tentang masa laluku dengan keluarga Hogan!” tuntut Mattew yang ingin mendengar keseluruhan cerita masa lalunya.Ciara yang ketakutan, tak bisa menyembunyikan lagi masa lalu putranya. Dengan bibir bergetar dia berkata, “masa lalumu bukan dengan keluarga Hogan tetapi dengan Geena Hogan.”Tubuh Mattew seketika menegang, nafasnya mendengus kasar
Mattew menatap rumah besar yang cukup tersembunyi dari keramaian. Dia memasukkan kode khusus yang didapat untuk membuka pintu rumah itu. Baru saja dia melangkah masuk, seorang pria yang bernama Daniel menyambutnya sambil membungkuk sopan dan bersikap sangat formal.Pria itu adalah tangan kanan Douglas yang selama ini mengurus bisnis gelap pria yang sudah mati itu, bisnis yang tidak ingin Mattew sentuh.“Selamat datang Tuan Mattew, saya senang akhirnya Anda datang kesini,” sapa pria itu.“Aku tidak menyangka rumahmu cukup besar dan mewah,” gumam Mattew tak menanggapi sambutan pria itu.“Ini bukan rumah saya, ini adalah rumah Anda yang Tuan Douglas wariskan.”Mattew menyeringai sambil menatap pria itu. “Rumahku?” ulangnya.“Benar sekali Tuan, rumah ini sudah tercatat di surat wasiat Tuan Douglas. Apakah Anda tidak mengetahuinya?” Daniel memastikan.“Aku tidak pernah membaca surat wasiat papaku,” balas Mattew yang mulai bisa menerima jika dia adalah putra seorang Smith.“Lalu apa yang me
Mattew merasa lebih nyaman tinggal di rumah barunya karena suasananya lebih tenang dan jauh dari keramain, cocok dengan karakternya yang lebih suka hidup dalam senyap.Hari ini dia terpaksa pulang ke peternakan untuk mengambil beberapa barang dan dokumen yang dibutuhkan. Sesampainya di sana, Ciara telah menunggu kepulangannya dengan penuh kekhawatiran.“Kenapa kamu tidak pulang? Kemana saja dirimu?” cecar Ciara.“Aku tidak akan menginjakkan kakiku di rumah ini jika masih ada Casidy di sini,” balas Mattew dengan tegas yang merasa semakin muak pada wanita licik itu.“Tapi dia mengandung anakmu, tidak mungkin mama mengusirnya begitu saja. Sebagai sesama wanita, mama tahu kesulitannya wanita hamil dan dia butuh dukungan dari orang-orang di sekitarnya agar bisa menjalani kehamilannya dengan baik,” terang Ciara.“Papanya telah membunuh papaku di penjara, apakah kamu tidak tahu akan hal itu?”Ciara terdiam terkejut, dia tidak menyangka jika ternyata pembunuh Douglas adalah Papa Casidy. Namun
Sebuah rumah klasik elegan dengan halaman yang luas disulap menjadi taman yang indah penuh dengan bunga segar dilengkapi kelambu putih sehingga menciptakan suasana romantis.Karpet putih dengan rangkaian bunga harum tergelar menuju sebuah altar dengan dekorasi yang mengagumkan. Kanan kiri karpet tersebut berjajar rapi kursi kayu yang siap menampung para tamu undangan dalam pesta pernikahan Jackson.Saat matahari merangkak meninggi, satu persatu kursi tersebut mulai terisi yang didominasi oleh keluarga besar Jackson.Pernikahan Allie dan Arlo digelar dua minggu setelah lamaran mereka. Meski dengan persiapan yang singkat namun pesta yang digelar tidak mengecewakan. Keduanya sepakat hanya mengundang tamu terbatas demi menjaga kesakralan upacara pernikahan.Acara tersebut digelar di rumah yang akan menjadi tempat tinggal Arlo dan keluarga kecilnya bersama Allie, rumah yang didesain oleh Arlo sendiri sesuai dengan impian yang pernah Allie ceritakan padanya.Tak lama setelah kursi penuh par
“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Arlo berlari mendapatkan Allie ketika wanita itu keluar bersama Britne untuk menemui keluarga Jackson yang masih berkumpul di ruang makan. Ketegangan masih tampak jelas di raut wajah mereka.Allie menatap Arlo dengan tatapan bersalah membuat jantung pria itu berdetak kencang dan rasa gelisah mencengkram hatinya, mengira jika Allie menolak lamarannya.“Apakah kamu ingin bicara berdua saja denganku sebelum kita bertemu keluargaku? Aku tidak ingin kamu terbeban dengan lamaran yang aku ajukan,” lanjut Arlo ingin menenangkan wanita yang dia cintai.“Maafkan aku karena merusak lamaranmu,” balas Allie dengan nada tercekat.“Aku yang seharusnya meminta maaf karena terlalu terburu-buru melamarmu dan membuatmu syok. Aku bisa mengerti jika kamu belum bisa memberikan jawaban, sekarang yang terpenting kamu baik-baik saja.”Britne yang mencuri dengar perkataan Arlo, menepuk pundak sepupunya itu. “Jangan terlalu cepat menyimpulkan, beri Allie waktu untuk bicara!”
“Apakah kamu merasa gugup?” tanya Arlo menggenggam tangan Allie yang terkait dan terlihat gemetar.Keduanya berada di dalam mobil yang berhenti di depan teras kediaman Jackson, sedangkan Barnes tidur di bahu Arlo.“Sedikit,” jawab Allie pelan. “Ada siapa saja di sana?” lanjutnya sambil menatap rumah besar dan megah milik keluarga Jackson.“Semuanya ada di sana, Britne pun ada di sana.”“Bisakah kamu memberi waktu sebentar, aku masih terlalu gugup,” pinta Allie.“Aku akan menemanimu di sini,” balas Arlo tak ingin meninggalkan wanita yang dicintainya, tanpa ragu memeluk dan mengusap punggung Allie.Setelah keberanian Allie terkumpul, dia mengajak Arlo untuk masuk. “Aku sudah siap,” ujarnya.Arlo menggandeng tangan wanita yang dicintainya dengan posesif dan membawanya ke ruang tengah rumah itu, dimana keluarga besarnya sering berkumpul di sana.“Selamat malam,” sapa Arlo membuat semua orang di ruangan itu menoleh dan menatap kedatangan mereka.Keadaan seketika menjadi sunyi, semua mata t
“Tidak perlu khawatir, aku bisa mengajarimu bagaimana menjadi wanita Jackson,” suara Kimberly mengagetkan Allie.Dia menoleh dan mendapatkan wanita itu berjalan mendekatinya dengan Barnes ada di gendongannya.“Apakah Barnes merepotkanmu, Nyonya Kimberly?” ucap Allie sambil mengambil putranya dari gendongan Kimberly.“Dia anak yang cerdas dan menggemaskan, wajahnya sangat mirip dengan Arlo saat masih seumurannya, Barnes sama sekali tidak merepotkanku,” kata Kimberly.“Terima kasih telah menjaganya.”“Kamu tidak perlu berterima kasih karena dia juga cucuku. Aku berharap malam ini kamu dan Barnes akan menginap di kediaman Jackson sehingga aku punya banyak waktu untuk mengenal cucuku,” balas Kimberly tersenyum mendengar ocehan Barnes.Tubuh Allie menegang mendengar harapan Kimberly akan dirinya dan Barnes. Rasanya terlalu cepat untuk masuk ke dalam keluarga billionaire tersebut.“Aku akan bicara dengan Arlo terlebih dahulu,” Allie mencari alasan untuk menghindar dan berniat untuk melarang
Allie membuka mata dengan senyum cerah mengingat percintaan panasnya bersama Arlo semalam serta hubungan mereka yang membaik. Dia mencari keberadaan pria itu dan menemukannya sedang duduk di pinggir ranjang membelakanginya.Pria itu masih belum berpakaian hingga memperlihatkan punggungnya yang menawan membuat matanya tak berkedip dan tatapannya tak bisa lepas dari sana.Sadar jika Arlo sedang menerima panggilan dari ponselnya, membuat Allie sengaja tidak mengganggunya. Dia menggeser tubuhnya mendekati Arlo lalu mengusap punggung pria itu.“Siapa yang menelepon sepagi ini?” tanyanya saat melihat Arlo mengakhiri panggilan.Pria itu menoleh dan memperlihatkan wajah tegang yang tidak bisa disembunyikan membuat Allie merasa cemas. “Apakah semua baik-baik saja?”“Mamamu masuk rumah sakit,” ujarnya.“Ada apa dengan mamaku? terakhir kali aku bicara dengannya, dia baik-baik saja.”“Dia mengalami kekerasan dari papa tirimu, aku meminta bantuan papa untuk menangani kasus mamamu.”“Aku harus kemb
Allie merasa senang telah mengizinkan Arlo menghabiskan waktu bersama putranya. Wajah pria itu terus berbinar penuh kebahagiaan, hal itu membuat Allie bertekad bulat untuk menjadi wanita yang pantas untuk Arlo, wanita dewasa dan elegan yang tidak gegabah menyimpulkan sesuatu yang dia lihat dan dengar.Malam harinya Allie mengunci diri di kamar mandi cukup lama, menatap dirinya di cermin dengan pakaian menantang. Lingerie transparan dipakainya, hingga tubuhnya terlihat sangat menggoda dengan aset-aset yang tak bisa disembunyikan.“Apakah aku terlihat seperti wanita jalang?” gumamnya pada diri sendiri.“Persetan dengan hal itu, aku ingin menyenangkan Arlo malam ini,” Allie berusaha menghapus keraguan yang menyelimuti.“Sayang, apakah kamu baik-baik saja?” suara Arlo dari luar mengagetkan.“Aku baik-baik saja,” jawab Allie cepat.“Kamu sudah terlalu lama di kamar mandi, itu bisa membuatmu sakit,” Arlo mengingatkan.“Sebentar lagi aku akan keluar.”“Apakah kamu tidak nyaman aku berada di
Allie menghentikan kegiatan memasak ketika ada yang mengetuk pintu rumah. Dia membersihkan tangan dengan serbet lalu pergi untuk membuka pintu bagi tamunya.Keningnya berkerut heran ketika melihat seorang wanita cantik setengah baya dengan kacamata hitam dan pakaian elegan berdiri di depannya.“Ada yang bisa aku bantu?” tanya Allie sopan.Wanita itu membuka kacamata dan tersenyum ramah. “Apakah kamu bernama Allie?” wanita itu ganti bertanya.“Benar Nyonya, apakah aku mengenalmu?” Allie semakin heran dengan identitas tamunya.Wanita itu kemudian mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. “Namaku Kimberly Jackson, istri dari Richard Jackson, mama Arlo. Senang bertemu denganmu, Allie. Sudah lama aku ingin melihat wajahmu.”Wajah Allie seketika memucat mengetahui siapa yang berdiri di depannya, tubuhnya menegang merasa terancam oleh kedatangan wanita itu. Dia teringat bagaimana papa Arlo mengusir dan menyuruhnya pergi menjauh dari putranya.“Arlo sedang berada di rumah Britne, kamu bis
“Aku mengambil resiko besar dengan kembali membiarkanmu menyentuhku lagi,” ujar Allie sambil mengusap dagu Arlo yang ditumbuhi rambut-rambut kecil kasar, menelusuri dengan jari lentiknya.Mata Arlo terpejam menikmati sentuhan yang mengalirkan sengatan listrik kecil, lalu mengerang merespon. Saat pria itu membuka mata, Allie bisa melihat tatapan yang menggelap penuh gairah.“Fokuslah padaku saja! Abaikan semua hal yang menjadi penghalang hubungan kita,” pinta Arlo dengan tatapan penuh komitmen akan hubungan kita.“Berjanjilah kamu tidak akan mengambil Barnes dariku!”“Aku berjanji. Tak sedikitpun terlintas dalam pikiranku untuk memisahkanmu dengan putra kita. Dia akan tetap bersamamu, bersama kita.”“Kita …?” gumam Allie lirih.Arlo merendahkan kepala lalu mendekatkan bibir di telinga Allie. “Ya, kita. Kita akan menjadi keluarga yang utuh. Jangan sampai karena keegoisan, Barnes kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan.”Bisikan Arlo seperti mantra yang meluluhkan hati. Desah
Saat matahari sudah tinggi, Allie terbangun dari tidurnya dan terkejut karena dia bangun terlalu siang. Hal ini karena dirinya baru saja tidur beberapa menit sebelum matahari terbit.Dia segera membersihkan diri dan pergi ke kamar Barnes untuk memeriksa keadaan putranya. Lagi-lagi dia dikejutkan dengan keberadaan Arlo yang ada disana. Ada warna gelap di kantung mata pria itu, membuatnya sadar jika Arlo tidak tidur semalaman.“Apakah kamu tidak tidur?” tanya Allie.“Aku tidak bisa tidur, hujan dan petirnya baru berhenti dini hari dan mungkin juga karena aku terlalu senang bisa menghabiskan malam bersama putraku. Tapi jangan khawatir, semalam Barnes bisa tidur dengan nyenyak dan aku tidak mengganggunya,” jawab Arlo tidak ingin Allie salah paham padanya.“Bersihkan dirimu! aku akan membuat sarapan. Setelah kamu makan, kamu bisa tidur lalu pulang ke New City,” tegas Allie masih memasang dinding tebal terhadap Arlo.Selesai sarapan, Allie mengizinkan Arlo untuk tidur di kamarnya. Dia tidak