Acara demi acara pun dimulai, mulai dari beberapa sambutan yang diberikan oleh kedua belah pihak keluarga sampai akhir pada acara yang sudah ditunggu yaitu pertukaran kedua cincin yang akan disematkan di jari manis keduanya.
“Sebelum acara penyematan cincin, saya ingin bertanya kembali kepada ananda Andreas Nugraha Prayoga, apakah benar kamu akan menjaga dan mencintai anak saya melebihi apa yang sudah saya lakukan selama ini?” tanya Bram pada Andreas yang kini sedang duduk didepan Andreas.“Saya berjanji akan membahagiakan putri semata wayang bapak dengan segala cara agar bisa membahagiakannya dan memberikan cinta yang melebihi apa yang bapak berikan selama ini,” ucap Andreas begitu tegas sehingga membuat semua orang yang melihat hal itu pun bertepuk tangan ria, jujur saja Riana sedikit kaget mendengar hal yang sudah Andreas katakan barusan.Setelah mengucapkan hal itu Andreas pun menyematkan cincin yang sudah dia pesan lebih dari satu minggu yang lalu itu pada jari manis Riana. Terlihat keraguan pada saat Riana akan menyematkan cincin yang dia pengang pada jari manis Andreas.“Kamu tidak usah bingung dengan semua ini, semua hal yang saya ucapkan itu adalah hal yang benar dan kamu tidak perlu untuk meragukan saya lagi,” ucap Andreas dengan berbisik.Riana menatap lekat pria yang ada didepannya ini. “Lalu bagaimana dengan Kirana?”“Dia menjadi urusan saya, yang paling penting sekarang adalah kita selesaikan pertunangan ini terlebih dahulu.” Setelah mendengar hal itu Riana menyematkan cincin pada jari manis milik Andreas.Kini kedua orangtua Riana dan kedua orangtua Andreas sedang membicarakan hari pernikahan mereka.“Acara pernikahan kalian akan dilaksanakan pada bulan depan, kalian mau konsep pernikahan yang bagaimana?” tanya MirnaRiana yang sedaritadi diam akhirnya ingin mengeluarkan pendapatnya, “kalau boleh, aku ingin pernikahan yang sederhana, hanya ada keluarga kerabat terdekat dan pernikahannya pun diselenggarakan di rumah saja,” ucap Riana yang kemudian menunduk takut kalau pendapatnya itu tidak disetujui oleh keluarganya terutama keluarga Andreas. “Apa kalian keberatan dengan permintaan Riana?” tanya Riana kepada semuanya.Namun tak disangka keluarga Andreas pun menyetujui pendapat Riana, karena mereka mengetahui apa alasan kenapa Riana menginginkan pernikahan yang seperti itu. Itu membuat Riana menjadi sedikit lebih tenang, setidaknya dengan begini dia akan merasa lebih tenang karena tidak banyak orang yang mengetahui tentang pernikahnnya dengan Andreas.∞∞∞∞Keluarga Prayoga juga tengah mempersiapkan perjalanan mereka menuju kediaman Bramastian. Andreas sudah menenggunakan tuxedo hitamnya. Aldi dan Mirna pun sudah rapi dengan baju seragam yang telah mereka siapkan.Andreas menatap pilu kedua orang tuanya. Sekali lagi, setelah semalam berulang kali memeluk kedua orang tuanya, menguatkan satu sama lain.“Kali ini aku benar kan, mah?” tanya Andreas memastikan tentang keputusannya.Mirna hampir saja menangis lagi kalau Aldi tidak menepuk lembut punggungnya. “Bukan masalah benar atau salahnya, Dre. Tapi ini adalah janji kamu yang kamu harus tepatin.”“Bagaimana dengan Kirana? Jujur aku belum bisa melepaskan dia sepenuhnya.”Sebelum rombongan keluarga berangkat, Aldi memeluk Andreas terlebih dahulu. “Hidup itu pilihan, Dre. Sekarang pilihan kamu adalah Riana dan kamu harus segera untuk mengakhiri hubungan kamu dengan Kirana agar ini tidak terlalu menyakitkan untuknya, dan bagaimanapun nanti Riana, kamu harus menjaganya dengan baik.” Bisik Aldi yang dijawab anggukan oleh Andreas.Riana Bramastian, dia yang akan menjadi istrinya.∞∞∞∞Langkah Andreas semakin mantap menuju meja penghulu dan proses ijab Kabul akan berlangsung terpisah. Hanya Andreas yang duduk di meja penghulu untuk membacakan ijab qobul. Sementara Riana ditemani oleh kedua sepupunya menunggu di kamarnya sendiri sampai penghulu mengatakan kalau pernikahan mereka sudah sah.“Ananda Andreas Nugraha Prayoga, aku nikahkan dan aku kawinkan engkau dengan putri kandungku Riana Bramastian dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan perhiasan emas seberat lima puluh gram dibayar tunai.” Kata-kata itu terucap lantang dan tegas.Sambil berjabat tangan dengan erat, Andreas menatap lurus wajah Bram. “Saya terima nikah dan kawinnya, Riana Bramastian dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” Kalimat itu terucap dengan sekali tarikan nafas. Tidak ada pengulangan dan juga getar yang terdengar karena gerogi. “Sah?” suara penghulu terdengar bertanya kepada saksi dari masing-masing pihak keluarga Bramastian dan juga Prayoga.“Sah.” Jawab keduanya.Semua orang yang ada di sana mengucapkan syukur atas lancarnya jalan proses pernikahan yang baru saja terjadi. Riana pun keluar dengan dibantu oleh kedua sepupunya.Langkah demi langkah kaki Riana semakin berat. Laki-laki yang ada didepannya adalah pacar dari sahabatnya sendiri yang kini menyandang status sebagai suaminya.Setelah sampai di depan meja penghulu, salah satu dari sepupunya itu pun menarik sebuah kursi yang berada disamping Andreas.Acara selanjutnya adalah pemasangan cincin yang akan disematkan oleh Andreas pada Riana. Terlihat dalam kotak yang kini sedang dipengang oleh Andreas terukir namanya dengan Riana disana dan dengan perlahan dia pun memasangkan cincin itu pada jari manis Riana begitupun Riana.“Saya akan menepati janji saya pada orang tua mu, untuk menjagamu dan mencintaimu dengan sepenuh hati saya,” bisik Andreas sambil memeluk Riana sebelum mencium keningnya.Apakah Riana tidak salah mendengarnya? “Mencintai?” bahkan Riana pun belum bisa untuk menentukan bahwa dia akan mencintai pria yang sekarang menjadi suaminya atau tidak.Melihat keraguan yang dipancarkan oleh Riana membuat Andreas mengetahui kalau Riana belum mencintainya. “Saya tau kalau kamu belum mincintai saya, dan saya pun belum sepenuhnya untuk mencintai kamu tapi cepat atau lambat semuanya akan berubah. Yang perlu kamu ingat bahwa sesuatu yang sudah saya miliki itu akan sulit untuk saya lepas!”Riana kaget mendengarkan hal itu lalu dia melepaskan pelukan dari Andreas. “Lalu bagaimana dengan Kirana?” tanya Riana. “Dia adalah orang yang bapak miliki juga.”Andreas pun tersenyum mendengarkan hal itu, wajar saja kalau Riana terus menerus menanyakan bagaimana dengan hubungannya dengan Kirana. “Hidup itu adalah sebuah pilihan dan pilihan saya adalah kamu, tidak mungkin saya memiliki keduanya dengan hati saya yang sudah mencintai kamu.” Jawab Andreas sambil memengang kedua pundak RianaBenar kata Andreas hidup itu adalah sebuah pilihan, jika kita sudah memilih maka kita harus bisa menghadapi resiko yang akan datang nanti, termasuk kehilangan seseorang yang sangat berarti untuk kita.“Kita coba dulu hubungan ini,”Riana memejamkan matanya, berusaha untuk menepis semua keraguannya tentang Andreas. “Iya, ayo kita coba.”“Kamu sekarang adalah istiri saya, seseorang yang harus saya bahagiakan dan lindungi selamanya, dan itu tidak akan berubah.” ucap Andreas dengan tegasMenyandang status baru sebagai menantu dari keluarga Prayoga bukanlah hal yang mudah, butuh beberapa waktu untuk Riana beradaptasi dengan keluarga barunya itu terlebih karena dia belum lama mengenal keluarga barunya dan hanya sekedar tau. Pada saat ini Riana dan Andreas sedang berada disalah satu kamar apartemen yang sudah dibeli secara langsung oleh kedua orang tua mereka, sebagai kado dari pernikahan mereka sekaligus untuk bisa menikmati malam pertama mereka sebagai pasangan pengantin. “Kita tidur sekamar atau….” Tanya Andreas dengan ragu, dia berusaha untuk menghargai keputusan Riana jika untuk saat ini dia ingin tidur terpisah, “kalau kamu tidak mau, saya tidak keberatan.”Riana pun terlihat memikirkan sesuatu yang telah dikatakan oleh Andreas lalu tak lama kemudian dia manggukkan kepalanya. “Kita tidur dalam satu ranjang,” jawab Riana, “tapi saya belum siap untuk melakukan semuanya tugas saya sebagai istri pak!”“Saya sudah tau itu. Tapi izinkan saya untuk memelukmu ketika tid
“Hari ini kamu mau sarapan apa, mas?”Andreas mengerutkan keningnya. “Memangnya kamu bisa masak?” tanya balik Andreas.Ucapan itu terdengar seperti ledekan untuk Riana yang membuat dia kesal. “Kamu meragukan aku? Kamu tau aku orang dari kalangan biasa bukan dari kalangan orang berada seperti kamu, jadi aku terbiasa hidup mandiri, salah satu contohnya dengan aku bisa masak!”Andreas mengangguk dengan malas. “Iyaiya aku percaya,” ucap Andreas sambil tertawa.“Mau makan apa?” tanya Riana kembali.“Yang ada dikulkas aja, kamu buat makanan terenak buat saya.” Tantang Andreas dengan senyum tipis yang menakutkan itu.Riana mendecih. “Cih, masih aja gak percaya,” kemudian Riana pun melihat isi kulkas yang ternyata hanya ada ayam dan beberapa sayuran saja. “Mas.. disini cuma ada ayam aja, aku buatin sop ayam aja mau gak?”Andreas mengangguk, “Boleh, abis ini kita belanja keperluan kita!”“Gak bisa, Mas. Hari ini aku ada jadwal kuliah!” tolak Riana sambil memulai kegian masak memasaknya.“Kalau
Riana yang sedang duduk di sofa terus menerus melihat jam yang ada di handphonenya, waktu sudah menumjukkan pukul 5 sore, namun dia belum melihat tanda-tanda akan kepulangan Andreas. Dia sangat kesal pada laki-laki itu, tadi siang saat dia Kirana dan Andreas makan bersama Andreas mengantarkan Riana pulang dan dia mengirim pesan kepada Riana kalau dia akan menjemputnya setelah mengantarkan Kirana pulang.Namun sudah menunggu sahampir satu jam pun dia tidak melihat kedatangannya, lalu tak lama Andreas kembali mengirimkan pesan kepada Riana kalau ada meeting mendadak yang membuat dia tidak bisa menjemput Riana.“Apa maksud kamu tadi?” tanya Riana langsung ketika melihat kedatangan Andreas yang baru saja menghantakan Kirana“Apa?” tanya Andreas yang sangat kebingungan. Lalu dia ikut duduk di sofa bersama Riana.“Apa maksud kamu tadi? Kenapa kamu datang dan ikut makan siang? Lalu kenapa kamu malah antarin Kirana?” tanya Riana bertubi-tubi. “Mana aku dikasih harapan palsu lagi, sampai harus
Andreas membelakakkan matanya. “Kirana?.” Bagaimana bisa wanita itu ada di depan apartemennya?.Andreas satu langkah mundur kebelakang. “Bagaimana bisa dia mengetahui apartemenku?.”Sebelum membuka pintu, Andreas kembali ke kamar memberitahu Riana kalau yang berada diluar sekarang adalah Kirana, hal itu membuat Riana sangat panic. Dia tidak mau kalau hal ini akan terbongkar sekarang.“Aku harus gimana?” tanya Riana panik, dia mondar-mandir sambil memengang rambutnya.Melihat kepanikan Riana membuat Andreas berusaha untuk menenangkan istrinya itu. “Riana tenang dulu,” ucap Andreas.“Gimana aku bisa tenang?” tanya Riana, “Kirana sekarang ada di depan, Mas! Aku gak mau kalau hubungan kita akan terbongkar sekarang!” Andreas memengang kedua pundak Riana. “Sayang, tenang dulu. Kamu tetap disini dan kunci kamar ini, aku akan mengalihkan Kirana agar tidak masuk ke kamar dini dengan begitu semuanya tidak akan terbongkar, kamu tenang yah!” Riana mengangguk. Andreas mengecup bibir Riana. “Aku a
Riana sangat sadar dan tau diri bahwa dirinyalah yang kini berada diantara dua orang manusia yang seharusnya bisa saling memiliki. Namun, ini bukanlah keinginan dia. Melihat adegan tadi membuat Riana sangat sakit. Walaupun dia menjadi orang ketiga dalam hubungan Kirana dan Andreas, tapi dia sekarang adalah istri Andreas. Bagaimana bisa dia lebih memilih Kirana dibandingkan dengan Riana yang kini berstatus sebagai istrinya.Riana mulai berfikir bahwa apa yang diucapkan oleh Andreas itu kebohongan? Dia hanya berpura-pura mencintai Riana?. Memikirkan hal itu membuat Riana pening seketika.Riana mengerutkan keningnya ketika mendengar suara notifikasi hp. Ternyata itu dari mamahnya Andreas.[Ri, hari ini kamu bisa ke rumahkan?][Bisa, mah. Kebetulan hari ini aku lagi diem aja di apartemen]Tak lama kemudian dia mendengar suara balesan dari mamah mertuanya itu.[Bagus, nanti kamu kesini yah mamah udah masak banyak makanan kesukaan kamu]Hari ini dia memutuskan untuk tidak kuliah dan memilih
“Dre, ayo dong. Cepetan!” ucap Kirana yang melihat Andreas masih diam ditempatnya.Tersadar dari lamunannya, Andreaspun langsung masuk ke dalam mobil, “kamu kenapa sih, Dre?” tanya Kirana keheranan. Kirana sangat tahu sikap Andreas yang seperti ini pasti dia sedang memikirkan sesuatu.“Ah.. enggak kok,” bantah Andreas. Lalu Andreas melajukan mobilnya meninggalkan apartemen. “Kamu jangan bohongin aku, Dre! Jujur kamu lagi mikirin apa?” selidik Kirana.“Aku gak mikirin apa-apa kok, beneran deh,” Andreas menggenggam tangan Kirana dengan tangan kirinya. Menggenggamnya dengan erat berusaha untuk meyakinkan Kirana, “Hari ini kamu masuk jam berapa?” tanya Andreas mengalihkan pembicaraan.Kirana menghembuskan nafasnya, Andreas tetap saja tidak mau memberitahunya, “Hari ini sih aku masuk jam 9,” jawab Kirana, “Kamu abis dzuhur gak ada kegiatan lagi kan?” tanya Kirana.Andreas mengerutkan keningmya lalu menatap wanita yang ada disampingnya itu, “Emangnya kenapa?”Kirana menundukkan kepalanya,
“Kamu egois, mas!” ucap Riana dengan posisi masih membelakangi Andreas.Andreas membalikkan badan Riana, sempat ada perlawanan. Namun, tenaga Andreas lebih besar dari Riana. Andreas mengerutkan keningnya, “Aku egois kenapa?” Andai saja lelaki yang berada didepannya ini bukan suaminya. Mungkin sudah Riana buang ke laut, karena Andreas sama sekali tidak peka dengan perasaannya, “Pikirkan aja apa kesalahan kamu!” Riana hendak membalikkan tubuhnya lagi, namun kembali ditahan oleh Andreas. Riana menatap Andreas dengan tatapan kesal.Andreas tersenyum geli melihat tatapan itu, “Kamu cemburu?” Andreas mencubit hidung Riana yang langsung dilepaskan secara kasar oleh Riana. “Pake nanya lagi,” Riana mendelik sedangkan Andreas malah mentertawakannya. “Ih, malah diketawain.” Andreas sangat senang. Riana cemburu saat Andreas dan Kirana. Andreas menyimpulkan bahwa wanita yang sekarang berada didepannya ini sudah membuka hati untuknya. “Kamu mencintaiku?” ucap Andreas sambil memperlihatkan senyum
“Untuk kalian berdua jangan pergi dulu!” ucap Andreas saat kelasnya sudah selesai.Beberapa mahasiswa langsung meninggalkan tempat itu, kecuali Riana dan Kirana, “Jangan lupakan kalau saya belum memberikan kalian berdua hukuman atas apa yang kalian lakukan tadi!”Riana menatap suaminya itu dengan malas, “Apa yang harus saya lakukan, pak?” tanya Riana.“Untuk kamu Riana, kamu harus membersihkan ruangan perpustakaan sampai bersih, dan untuk kamu Kirana, kamu boleh pulang sekarang!”Kirana menatap Andreas kebingungan, “Loh kok gitu, Dre?” tanya Kirana, dia menghilangkan kata “pak” kepada Andreas, karena sebutan itu dia ucapkan saat Andreas mengajar saja.“Lakukan saja apa yang aku katakan!”Kirana langsung memeluk Andreas lalu dia mengalungkan tangannya pada leher Andreas. “Ah… Kamu emang terbaik,” Kirana lalu mengecup bibir Andreas dengan cepat.Riana melihat hal itu langsung memalingkan wajahnya, dia sangat berusaha untuk menahan rasa perih dan tangisnya. Sangat menyakitkan saat Riana
Dengan sangat perlahan Andreas memangku anaknya itu, dia tersenyum tipis melihat anaknya yang sudah lahir ini. Lalu Andreas mengalihkan pandangannya pada Riana, “Jadi gimana? Janji kamu bakalan kamu tepatin?” tanya Andreas.Riana terkekeh, “Kamu ngebet banget pengen nikah sama aku?” ledek Riana.Andreas berdecih saat Riana meledeknya, mau gimana lagi Andreas memang ingin buru-buru memiliki Riana kembali, apalagi sekarang ditambah dengan ada anaknya. “Tinggal jawab aja kamu nempatin janji kamu atau enggak, gitu aja susah ngomongnya!”Riana membenarkan posisinya, lalu dia mendekat pada Andreas yang masih menggendong anaknya yang sedang tertidur. “Aku udah janji sama kamu kan mas tidak mungkin aku ingkarin, tapi masa kamu mau nikah sekarang kan gak mungkin.”“Ya gak gitu juga, aku niatnya bakalan nikah sama kamu pada saat anak kita berumur 40 hari,” usul Andreas.Riana menganggukkan kepalanya, “Ya bagus kalau gitu!” kemudian Riana mengambil handphonenya dan memilih untuk bermain game. Me
Andreas baru saja keluar dari ruangan rapatnya, selama hampir tiga jam dia duduk didalam hanya untuk membahas pelaksanaan acara kampus saja. Hal itu membuat dirinya sangat pegal karena dia duduk selama rapat itu, walaupun Andreas adalah pemilik kampus, namun dalam hal ini dia tidak terlalu banyak ikut campur karena dia bukanlah rektor melainkan seorang dosen.Andreas merogoh ponselnya. Dia sangat terkejut ketika melihat beberapa panggilan dari mamah Riana. Andreas menggerutuki dirinya sendiri karena dia lupa tidak kalau handphonenya di silent. Andreas hendak menelepon mamah Riana kembali, namun Ranti kembali meneleponnya. Andreas segera mengangkat telepon dari Ranti karena dia takut terjadi apa-apa dengan Riana.[Assalamualaikum mah, ada apa? Apa terjadi sesuatu sama Riana?] tanya Andreas.[Dre, cepat sekarang kamu ke rumah sakit! Riana melahirkan!]Andreas sangat terkejut, dengan cepat dia menuju mobil dengan berlari. Dia tidak memperdulikan tatapan mahasiswanya yang menatapnya aneh
“Aku akan bersedia menikah dengan kamu kembali saat anak yang ada didalam perut aku lahir, apa kamu sanggup?”Andreas terdiam sebentar, dia menatap Riana dengan sangat serius. “Kenapa?” tanya Andreas. Sejujurnya Andreas sangat ingin untuk segera menikahi Riana kembali, dia tidak ingin menunda-nunda waktu.“Apa kata orang kalau kamu menikahi aku lagi dengan keadaan hamil seperti ini?” tanya Riana, “Lebih baik menikah saat aku sudah melahirkan anak kita saja, karena hal itu tidak akan menimbulkan omongan buruk dari orang lain, kamu tidak setuju yah?”Andreas menggelengkan kepalanya, “Aku bukannya tidak setuju, tapi kenapa kamu harus memikirkan omongan orang lain sih?”Riana tersenyum samar, “Aku bukan hanya memikirkan omongan orang lain yang pasti akan berdampak pada keluarga kita juga, tapi dalam agama pun tidak memperbolehkan seseorang menikah dalam keadaan hamil,”Andreas terdiam, dia lupa kalau agama pun melarang untuk menikah dalam keadaan hamil. Andreas menghela nafasnya sejenak
“Riana, maukah kamu menikah kembali denganku?” tanya Andreas.Riana termenung, seumur-umur dia tidak pernah membayangkan kejadian seperti ini akan terjadi padanya. Pada saat ini ditengah orang-orang yang sedang menikmati hidangan mereka, dia dilamar oleh Andreas yang notabenenya adalah mantan suami dan mantan dosennya sendiri. Karena hal yang Andreas lakukan membuat semua orang menatapnya. “Kamu mau yah kembali lagi bersamaku, dan melanjutkan pernikahan kita yang sempat terputus?” bujuk Andreas.“Ngah?” siapa yang tidak kaget dengan semuanya yang terjadi begitu cepat dan mendadak seperti ini. Hati Riana tiba-tiba berdegub sangat kencang sulit untuk dia atur kembali bahkan bibirnya pun terasa sangat sulit untuk berbicara. “Please, menikahlah denganku!” Bahkan sekarang para tamu undangan pun menyuruhnya untuk menerima lamaran Andreas. Riana sedikit melirik kearah pengantin yang ikut mengatakan hal yang sama. Seketika acara pernikahan Gibran dan Kirana berubah menjadi acara lamaran dada
Andreas yang melihat hal itu tepat didepan matanya, lalu berlari menghampiri Riana yang sudah tergeletak dijalanan.“Riana!” teriak Andreas.“Mas Andreas?” ucap Riana sambil melambai-lambaikan tangannya dihadapan wajah Andreas. Riana mengguncangkan bahu Andreas, “Mas kok ngelamun sih?”Andreas tersadar dari lamunannya, dia menghembuskan nafasnya lega karena itu suma khayalannya saja bukan kenyataan. “Riana?” untung saja itu cuma khayalan, kalau itu benar terjadi mungkin saat ini Andreas sudah menangisi Riana.“Kamu ngelamunin apa sih mas? Jadi gak nih periksa kandungannya?” tanya Riana.Andreas melebarkan senyumannya, “Tentu saja jadi, gak mungkin juga enggak sayang!”Riana mengerutkan keningnya, “Lagian kamu ngelamunin apa sih?” tanya Riana penasaran.“Ah enggak kok!” lalu Andreas segera membukakan pintu untuk Riana masuk ke dalam mobilnya. “Ayo masuk!”Riana pun masuk ke dalam mobil. Sebenarnya dia sangat penasaran apa yang membuat Andreas melamun, karena tidak biasanya lelaki itu s
Riana hari ini hanya menghabiskan waktunya di kamar dan memikirkan apa yang terjadi belakangan ini. Dia berfikir kalau hidupnya ternyata bisa dikatakan seperti sinetron dimana dia dijodohkan dengan pacar sahabatnya lalu sahabatnya balas dendam padanya dan berakhir dengan kepergian Eligo beberapa hari yang lalu. Kepergian Eligo membuat Riana sadar bahwa tidak semuanya dia harus miliki, termasuk dengan Eligo walaupun awalnya niat dia terkesan jahat namun lama kelamaan dia terjebak sendiri lalu dia memutuskan untuk pergi karena dia sadar kalau Riana tidak pernah memberikan hatinya untuk Eligo. Riana tentu saja sangat sedih ketika harus berpisah dengan salah satu teman yang selalu menemaninya itu, namun Riana tidak bisa berbuat apa-apa, karena itu adalah keputusan dari Eligo yang tidak bisa Riana ganggu, yang terpenting hubungannya dengan Eligo dan Kirana kini semakin membaik walaupun harus dengan jarak yang sangat jauh.Tadi pagi, Eligo sempat melakukan video call dengannya, hanya sekeda
“Eligo!” panggil Riana.Ketiga orang itu langsung menoleh saat Riana memanggil Eligo. Riana dan Andreas pun berjalan menghampiri Eligo.“Syukurlah kamu belum berangkat!” ujar Riana.Eligo sangat terkejut ketika Riana datang, “Ri lo..” Eligo awalnya berpikir bahwa dia tidak akan pernah melihat Riana kembali karena Eligo sangat sadar akan kesalahannya pada Rana. Namun, kini dia dapat melihat Riana kembali.“Iya aku datang, sama mas Andreas!”Eligo melirik kearah Andreas, “Lo, udah… maafin gue?” tanya Eligo terbata-bata.Kirana pun langsung menoleh pada Riana yang berada disampingnya itu, “Ri gue minta maaf sama lo!” ucap Kirana dengan mata yang berkaca-kaca, “Gue terlalu banyak salah sama lo Ri, sampe gue malu sama diri gue sendiri!” Gibran merangkul Kirana, dia memberikan dukungan moril pada Kirana karena dia sudah mau meminta maaf pada Riana. lalu Riana menatap Andreas, “Aku juga minta maaf sama kamu Dre, maaf karena aku udah bikin rumah tangga kalian jadi hancur.”Riana langsung meme
Gibran menatap ayah Kirana. Walaupun ragu, dia tetap harus terlihat bahwa dirinya layak untuk Kirana, “Kalau keluarga saya sudah merestui niat saya dengan Kirana. Mungkin mereka juga tidak ingin menanggung malu kembali karena saya tidak bertanggung jawab atas apa yang telah saya perbuat,” Gibran meneduhkan pandangannya, “Saya berharap, om bisa memberikan restu om untuk kami berdua!”Ayah Kirana merasakan kebingungan yang sangat besar, disatu sisi dia tidak ingin Kirana melahirkan tanpa adanya seorang suami, tapi disatu sisi dia pun kecewa atas apa yang telah mereka lakukan, terlebih ayah Kirana belum terlalu jauh mengenal Gibran. Ayah Kirana menghela nafasnya panjang, “Baiklah!”Mendengar perkataan yang ambigu dari ayah Kirana membuat Kirana dan Gibran kebingungan untuk mengartikan apa yang diucapkan oleh ayah Kirana, “Maksud om bagaimana?” tanya Gibran memastikan.Ayah Kirana kembali menghela nafasnya, keputusan ini sangat berat untuknya. Namun, ayah Kirana tidak ingin kembali egois
Riana menghentak-hentakkan kakinya kesal. Dengan seenaknya Andreas tetap membawanya ke tempat yang sudah Riana janji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan kembali ke tempat ini lagi. Tetapi dengan seenaknya Andreas tetap memaksa Riana untuk mengajaknya kesini walaupun sudah berapa kali dia menolak tetap saja kalah. “Dasar pemaksa! Apa-apa maksa, gak ngerti apa kalau aku udah gak mau lagi kesini.. Cih dasar!” gerutu Riana. Andreas menggelengkan kepalanya saat melihat perilaku Riana yang menurutnya kekanak-kanakan namun terlihat menggemaskan juga, “Cewek kalau lagi hamil emang kayak gitu yah? Ngambeknya kayak anak kecil!” ujar Andreas sambil terkekeh.Riana yang mendengar ucapan Andreas sekitika menghentikan langkahnya lalu berbalik pada Andreas yang ada dibelakangnya, “Apa yang kamu bilang barusan?” tanya Riana jengkel.Andreas langsung gelagapan, dia tidak menyangka kalau Riana masih bisa mendengar ucapannya tadi padahal dia sudah berbicara dengan suara yang pelan, “Ah.. enggak k