"Abel!" Kedua tangan Leon mengepal, matanya menajam, kilatan marah terlihat jelas di netranya. Sedangkan kedua insan yang tidak tahu apa yang baru saja terjadi masih terlihat linglung. "L-leon." Abel terkejut melihat keberadaan Leon saat ini, lebih terkejut lagi melihat posisinya saat ini. Abel menarik selimut di dekatnya menutup tubuh polosnya yang entah apa yang terjadi sehingga ia ada di dalam kamar bersama dengan seorang pria. Leon berjalan dengan cepat menghampiri pria tesebut tanpa aba-aba ia langsung melayangkan pukulan berulang kali pada wajahnya. Pria tersebut bahkan tidak melakukan perlawanan. Ia seakan terima dengan perlakuan Leon saat ini. "Bajingan! Brengsek! Berani sekali kau menyentuh wanitaku!" sentak Leon. "Leon hentikan!" Abel terisak, ia terlihat sangat ketakutan melihat sosok Leon saat ini. Aldi, pria yang saat ini tengah di hajar Leon bahkan sudah berlumuran darah wajahnya. Entah apa yang akan terjadi jika Leon masih tetap memukulinya. "Kau bahkan masih beran
Abel tersenyum getir, ia tidak menyangka akan mendapati kenyataan menyedihkan seperti ini. Ia masih tidak percaya dengan ucapan Leon barusan. Abel yakin jika Leon mencintainya, Abel yakin jika selama ini Loen mencintainya dan cinta itu tidaklah palsu. Apa yang Leon katakan hanya akibat dari kemarahannya saja. "Kau hanya pemuas nafsuku Abel, aku tidak pernah sungguhan mencintaimu!""Kau bohong!" isak Abel, ia memukul dadanya berulang kali, mencoba menghilangkan sesak dalam dadanya. Penampilannya hari ini terlihat sangat berantakan, rambut yang tidak tertata rapi. Matanya yang terlihat bengkak karena terlalu lama menangis. Abel terlihat cukup mengenaskan. "Apakah hubungan kita akan berakhir begitu saja Leon? Apa kau sungguh akan menceraikanku? Kau bahkan tidak ingin mendengarkan penjelasanku, aku sungguh tidak pernah mengkhianatimu, Leon!" Suara Abel terdengar serak. Seharian ini dia mengunci diri di kamar, Abel bahkan belum makan apapun. Dia tidak perduli dengan kesehatan tubuhnya,
Marshanda tersenyum bahagia mendengar kabar kehamilan Abel. Ia mengira kabar bahagia ini dapat mengatasi permasalahan yang terjadi pada rumah tangga putranya. Marshanda begitu antusias, Liona bahkan secara khusus ingin memberikan kejutan pada saudara kembarnya. Abel sendiri masih terbaring lemah di ranjang, ia bahkan belum mengetahui mengenai kehamilannya. Marshanda tengah pergi ke membeli minum sehingga ruangan Abel kini tidak ada yang menjaga. Liona sendiri sedang sibuk menghias rumah untuk memberi sambutan pada Abel dan Leon. Di pintu ruangan Abel, Leon datang untuk menjenguknya. Namun, tidak sampai masuk pria itu hanya menatapnya sampai di luar saja. Kedua matanya yang menyorot tajam pada Abel yang saat ini masih belum sadarkan diri. "Mengapa kau tega melakukan itu semua kepadaku, Abel? Kau tahu jika aku sangat membenci pengkhianat." Leon langsung pergi, ia memang tidak berniat menceraikan Abel. Leon tidak akan melepaskan Abel dengan mudah. Ia justru akan memberikan siksaan ya
'Henshin, datanglah kemari aku ingin mengembalikan bajumu.' Aldi yang mendapat pesan dari Chloe bergegas untuk pergi. Kebetulan dia merasa sangat bosan malam ini ingin sedikit minum. Untuk menghilangkan rasa lelah dalam dirinya. "Aldi, mau pergi kemana kamu!" Mendengar suara Kakeknya, langkah Aldi terhenti tanpa berbalik untuk menatapnya ia berucap, "kemanapun saya pergi tidak ada hubungannya dengan, Anda." Aldi melenggang begitu saja tidak perduli dengan kemarahan kakeknya. Jujur saja Aldi ingin terlepas dari pria tua itu. Ia lelah terus menuruti permintaannya, bertahun-tahun dia hanya menjadi robot kakeknya. Aldi menatap foto dirinya dengan Abel sewaktu SMA yang dia pasang di mobil. Bibirnya mengulas senyuman manis. "Abel, aku harap kamu bahagia dengan kehidupan kamu yang sekarang. Meskipun aku mencintaimu aku tidak akan merebutmu dari orang yang sangat kamu cintai. Tapi jika dia berani menyakitimu aku tidak akan segan membawamu pergi darinya!"Aldi menghentikan mobilnya di dep
"Tunggu!" Aldi berlari ke arah Leon, ia menatap lekat wajah tegas pria di hadapannya. Aldi yang akan mengunjungi Abel tidak sengaja mendengar pertengkaran mereka. Aldi tidak menyangka jika Leon akan bersikap seperti itu kepada Abel. Bahkan tidak mengakui anak kandungnya sendiri. Leon tersenyum miring menatap tajam ke arah Aldi. "Masih berani kamu menunjukkan wajahmu di hadapan saya?" Suara Leon terdengar sangat menyeramkan. Namun, Aldi tidak takut sama sekali ia justru menajamkan matanya menatap lekat ke arah Leon. "Saya mendengar percakapan Anda dengan Abel, saya tidak menyangka jika Anda sebajingan itu Tuan Leon!" ucap Aldi. Ia merasa sangat kesal, bagaimana bisa Leon mengucapkan hal yang sangat menyakitkan untuk Abel dengar. Terlebih dengan kondisi Abel yang seperti ini. Leon benar-benar tidak memiliki hati. Leon tersenyum devil. "Kenapa? Kamu tidak terima mendengar hinaan yang saya lontarkan untuk wanita itu?" "Apa maksud Anda dengan wanita itu? Dia istri Anda, Tuan Leon. Ti
"Lo lagi hamil Abel mana bisa bercerai!" ucap Liona yang tak habis pikir. Dia ikut kesal melihat pertengkaran yang terjadi pada keluarga saudara kembarnya. Liona mengusap bahu Abel pelan. "Tenangkan diri lo dulu, kalian lagi sama-sama emosi. Jangan buat keputusan saat lo lagi ada di keadaan kayak gini. Gue nggak mau nantinya lo nyesel!" peringat Liona. Abel tersenyum getir. "Liona, meskipun aku tidak hamil aku tetap ingin bercerai dengan Leon. Aku justru merasa beruntung dengan adanya kejadian ini, setidaknya aku dapat melihat sifat aslinya. Seperti apa dia sesungguhnya, dia bahkan jauh lebih kejam dari pada iblis. Dia bukan manusia, Liona! Aku tidak tahan hidup dengannya."Abel memalingkan wajahnya enggan menatap ke arah Liona. Kedua tangannya saling bertaut, entah akan tinggal di mana setelah ini ia pun tidak tahu. Yang pasti Abel tidak akan pernah kembali ke rumah itu lagi! "Leon nggak seburuk yang lo pikir, Abel. Dia emang nggak bisa ngontrol emosinya jadi gue mohon lo juga ngg
"Ya Tuhan, aku sudah tidak tahan!" Abel merasa kepalanya berputar, ia sudah tidak sanggup untuk jalan. Tubuhnya masih terasa sngat lemah, ia pun tidak bisa istirahat sekarang karena Abel yakin jika mereka saat ini tengah mencarinya. "Abel, cepat masuk!" Seakan Tuhan memang menurunkan pertolongan untuknya. Abel segera masuk ke mobil Aldi. Abel memang meminta bantuan Aldi untuk bebas dari rumah sakit. Namun, saat ia keluar nomor Aldi bahkan tidak dapat ia hubungi. Abel menyandarkan kepalanya yang terasa pusing, wajahnya bahkan terlihat sangat pucat. "Abel, kalau lo nggak mau ke tangkap. Sekarang buang seluruh pemberian Leon yang lo bawa, ponsel, emas, atau jam yang sekarang lo pakai. Bisa aja Leon naruh gps di sana!" Abel mengangguk ia melepaskan kalung dan juga anting yang dia kenakan. Aldi memberikan kantung kepadanya. Namun, sat melihat cincin yang tersemat di jarinya Abel sangat ragu untuk melepasnya. Itu adalah cincin pernikahan mereka. "Abel cepat, kita tidak ada waktu lagi.
"Bodoh! Apa yang kalian kerjakan sampai menjaga satu wanita lemah saja tidak becus!" bentak Leon. Ia sangat marah mendapati Abel kabur. Terlebih mereka tidak bisa menemukan keberadaan Abel saat ini. "Maafkan kami, Tuan muda!" ucap salah satu pengawal tersebut, mereka semua menunduk tidak ada yang berani menatao ke arah Leon yang tengah di liputi amarah. "Apakah maafmu dapat mengembalikan wanita itu! Pergilah, cari dia sampai dapat. Kalau kalian kembali dengan tangan kosong kembali, saya tidak akan segan membunuh kalian semua!" teriak Leon. Mereka mengangguk patuh segera pergi untuk mencari keberadaan Abel. Kedua tangan Leon mengepal, ia meninju tembok di depannya. Tak perduli dengan kedua tangannya yang terluka bahkan darah segar mengalir. Tatapan mata Leon menajam, wajahnya terlihat sangat mengerikan. "Berani sekali kau kabur dariku, Abel!" Leon menghembuskan napas kasar, menjatuhkan tubuhnya di sofa.****"Abel, Aldi, kemarilah nak. Nenek sudah buatkan makan malam untuk kalian!