Silveryn akhirnya menemukan Dallas yang terombang ambing dijerat bubur lumpur berwarna hitam pekat. Di sebrang dia berdiri, ada sebuah goa. Silveryn menduga itu adalah kandang monster. "Dallas tenang sebentar, aku akan membunuh monster dulu, kalau tidak dia akan menggangu keseimbangan tubuhmu!" Dallas tidak melihat adanya goa karena dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya, "Silveryn, kalau monster itu tiba tiba melompat ke dalam lumpur, aku akan tamat!" Silveryn menunda langkahnya, aroma monster birahi tercium di ujung hidungnya, "Monster itu mencari pasangannya dan sepertinya gelisah!" Dallas bergidik, "Seriuslah! Selamatkan aku cepat!" Silveryn terkekeh dengan wajah bodoh, "Sebaiknya kamu cium bibir monster itu dan biarkan dia membawa tubuhnmu ke dalam gua, itu lebih mudah untukku untuk membunuhnya!" "Dasar kakak iblis! Cepat selamatkan aku, jangan terlalu mesum!" Guntur di kejauhan bersahut sahutan, Silveryn mengeluarkan tongkatnya dan melepaskan kilat kecil. Sementara monster y
Dallas mengepak ngepakan tangannya merasa ngeri dengan ayunan monster raksasa. Perutnya seketika mual dan matanya berkunang. Akibat ayunan keras itu, lumpur lengket ditubuhnya berjatuhan. Jubah Dallas sedikit berkembang. Di sebelah lain, harimau besar juga begitu tangguh. Puluhan jarum beracun tidak mampu membuatnya tumbang. Sekali terkam, kaki monster menjadi sasarannya, dia mengoyak daging bagian kaki dan membuang koyakannya di udara. Silveryn merasa geli, dia kesemutan karena harus menahan tubuh di udara begitu lama. Akhirnya dia menjejakkan kakinya di pinggiran danau. Melihat Silveryn berdiri di pinggiran danau, harimau besar terpancing. Dia mengaum, suaranya membahana. Dengan lihai dia menerjang Silveryn. Dengan posisi membelakangi harimau, Silveryn berpura pura lari ketakutan dan membiarkan jubahnya terseret. Monster raksasa melihat harimau besar berhasil menggigit jubah Silveryn, dia meletakkan Dallas di tanah. Dan berjalan menghampiri harimau besar. Sekali tendang, harimau
Panatua bungsu memberikan ramuan terakhir kepada Jenson dan Marroco yang mulai bisa duduk. Namun Jack Black Shadow tidak merespon obat yang diberikan. Silveryn dilanda kecemasan. "Untuk racun getah karet seharusnya responnya sama, kemungkinan ada syok yang mendalam seperti serangan jantung. Aku memberikan ramuan penguat jantung, tetapi butuh kerjasama dari tubuh Jack sendiri!" Panatua juga terlihat cemas. "Di belakang gua monster raksasa terdapat tanaman gingseng berusia ratusan tahun, untuk mengambilnya harus memiliki trik kotor. Karena ginseng itu memiliki kaki seribu. Setelah kamu memotongnya, mereka akan berlari kencang atau terbang dan hilang!" Marion memberi saran. "Aku akan mengambilnya!" Dallas bangkit dan siap berangkat. "Tidak!" Silveryn menahan bahu Dallas, "Kita tidak tahu monster raksasa itu sudah mati atau belum, sangat berbahaya untukmu!" "Sepertinya monster raksasa itu tidak jahat!" Dallas mencoba memberikan argumennya, dia juga merasa penasaran dengan cerita Mario
Dallas dan Silveryn duduk dengan tenang di bebatuan sambil menyanyikan lagu pengantar tidur. Hawa panas di tanah akibat bubuk kalajengking memaksa gingseng hijau langka merangkak keluar. Dallas menghitung ada sepuluh gingseng yang ramping berkilauan di bawah matahari. Silveryn memiliki suara yang lebih merdu, dia terus bersenandung. Suaranya sangat magis. Dallas dan Silveryn kagum dengan mendekatnya ginseng hijau. Dallas menahan napas saat ia membuat jaring yang bagus. Beberapa ginseng melompat ke jaring, dan Dallas mengamankannya erat-erat sebelum memasukkannya ke dalam kantong sutra. Sementara beberapa ginseng merayap perlahan, Silveryn mulai bosan bernyanyi. Dallas tersenyum ketika mengamati kegelisahan kakaknya, menemukan bakat menyanyinya yang menggemaskan. Kegembiraan mereka disela oleh suara yang lebih merdu dan bertenaga. Anehnya, ginseng di dalam kantong sutra mulai bergerak dengan kuat, memberontak terhadap penahanannya. Silveryn melihat monster raksasa berdiri tidak jauh
Sampan mendekati dermaga tambak garam emas. Silveryn dan Dallas memimpin jalan. Di belakang mereka monster raksasa terus mengikuti. Dia menciduk ikan dengan jarinya yang panjang. Wajahnya terlihat lebih gembira. Dallas tersenyum geli, "Sial, kalau iblis Henrico tahu aku hanya berhasil mencium bibir monster minggu ini, pasti dia akan terus menindasku" "Taruhanmu dengan Henrico seimbang, setidaknya monster itu berjenis kelamin lelaki" Silveryn mengejek adiknya. Mulut Dallas monyong seketika,"Kapan kalian para saudara lelaki bersikap lebih lembut ke adikmu ini?" Silveryn tidak menjawab, pikirannya bercabang. Waktu Dallas masih di perut ibunya, dia selalu menciumi perut ibu yang besar. Dan berharap punya adik perempuan. Sayangnya setelah Dallas lahir, adik perempuannya ini lebih nakal dari Marroco. Keras kepalanya membuat ayah dan ibunya sering menjerit karena kenakalan Dallas yang tanpa ampun. Dallas kecil hobi menangkap ular berbisa dan menggigit ular itu sampai mati. Suatu hari dia
Marroco memasuki kabin yang cukup luas di kapal DR.MILLER, bersama Jenson, dia memilih untuk istirahat. Racun getah karet membuat persendiannya terasa ngilu. Sedangkan Panatua bersama Jack dan para pengawal ada di kabin yang super luas. Kapal DR.MIlLER memiliki 3 deck dengan lebih selusinan kamar tamu, kamar suite milik Pangeran Muda Draken Book dan kamar ABK di deck bawah. Monster raksasa berada dalam kurungan pengawal Draken. Ia terlihat tenang, tidur nyenyak. Ethan sudah memberikan ramuan untuk luka dalam yang di derita monster raksasa. Silveryn tetap waspada, dia tidak suka berdekatan dengan bangsa vampire. Sebagai serigala Lycan mereka pasti memiliki perbedaan penglihatan dengan vampire. Menempati kabin paling kecil yang terletak di dekat tangga, Silveryn merebahkan dirinya dalam posisi berdiri dan dia tertidur cukup lama. Waktu sinar bulan menerangi jendela kabin, Silveryn sudah sepenuhnya berubah menjadi Lycan. Jubah dan semua senjata ada di tempat tidur. Dia mengunci pintu d
Kapal DR.MILLER memasuki sebuah peraian dangkal, ratusan atol berdiri angkuh di atas peraian, kabut tipis menyelimuti pagi, dikejauhan tidak terlalu mencolok aktfitas di sekitar dermaga. Kapal sauh jauh beberapa mil dari dermaga. Dan kapten sudah membuat kapal benar benar tenang. Silveryn dan Dallas, berdiri di atas geladak, mereka bertukar omongan. Sebelum Ethan datang menyela percakapan mereka. "Karena cuaca sangat buruk beberapa hari, kami perlu membeli bahan bakar dan perbekalan" ujar Ethan dengan sopan. "Tidak masalah, aku mengenal dermaga Villain dengan baik, aku akan turun mencari bandar kapal yang bisa menyewakan kapalnya untuk kami berpisah di sini" Dallas menyambut Ethan dengan hormat. "Ada sekoci di lambung kapal, kamu bisa memakainya untuk mencapai dermaga!" "Terimakasih, sementara kami mencari kapal, aku minta izin Jack dan monster tetap di sini" Silveryn berkata dan dia tersenyum melihat Ethan mengangguk setuju. Sebentar saja, Silveryn dan Dallas mengayuh sekoci de
"Re-m!" suara terputus putus tiba tiba keluar dari mulut monster yang duduk di ujung geladak di bawah matahari pagi, bulunya kering dan berjuntai lebat, berwarna pucat putih keemasan. Matanya yang biru besar mengerjap ke arah Dallas. "Rr-eem!" katanya lagi, jarinya menunjuk pada dirinya sendiri. Dallas menggoyangkan kepalanya dan berpikir, "Rem, namamu Rem?" "Rem?" tanya Maroco sambil menyipitkan matanya karena matahari di tengah lautan mulai garang. Monster itu mengangguk, "Remm-d-raogon!" "Remdragon!" sahut Silveryn acuh tak acuh. Monster itu kembali tertawa senang, dia menunjuk Silveryn, bahunya dan bahunya. "Rem!" Sejauh ini Black Shadow hanya memahami monster itu sedang memperkenalkand dirinya sebagai Remdragon. Panatua, menyobek roti keras dan mencelupkan ke dalam sup asin berisi potongan ikan makarel kering, Rasa amis menyeruak di udara, namun mereka tetap harus makan. Di Villain, sayur mayur tidak tumbuh, daerah gugusan karang ini hanya bisa memuat ikan yang di asinkan