"Nyonya!...Nyonya! Apakah Anda di dalam?" Mirasih terbangun di tempat asing, mencoba memahami sekelilingnya. Terkejut dengan ketukan di pintu, "Uh, siapa?" "Saya membawakan makanan!" terdengar suara bariton bergema di lorong. Khawatir dengan ketidakhadiran Ian, dia membuka pintu dan menemukannya berdiri di sana, memegang sekantong roti dan susu panas dengan ekspresi khawatir di wajahnya. "Makanlah dulu, aku akan menyalakan air di kamar mandi dan Anda bisa membersihkan diri!" Ian masuk dan meletakkan semua yang dibawanya di meja sudut. "Apakah Tuan Andy belum sadar?" Dia melirik tubuh Andy yang tak bergerak. "Ya, dia tidak bergerak sama sekali!" kata Mirasih sambil bertanya tentang malam Ian, menanyakan apakah dia sudah bertemu keluarganya dan bagaimana perasaannya tentang berubah menjadi serigala di bawah bulan purnama. Ian menghela nafas panjang, "Keluargaku masih dikurung kan? Aku hanya berburu di hutan, dan sepi sekali!" "Oh, baiklah. Karena malam ini kamu masih harus berubah
Ledakan keras terdengar di kuping Mirasih, tetapi sepertinya Jesica tidak terpengaruh. Mirasih curiga dengan cahaya merah yang muncul adalah portal istana, dan bertanya-tanya apakah Jesica akan menyerangnya setelah menyadari tubuh Andy lenyap. Dan benar saja, hal itu terjadi. Jesica yang kaget dan marah melihat Andy lenyap dari sisi Mirasih. Ia melompat dan berlari ke arah Mirasih, menyadari bahwa kecurigaannya benar. "Kau licik, ibu! Kemana ayah pergi?" Mirasih, takut akan nyawanya, dengan berani memutuskan untuk menyerbu gerbang istana, menabrak pintu baja yang menjulang tinggi. "Arrgg" Mirasih terlempar ke tanah. Karena panik, dia bertanya-tanya mengapa dia tidak bisa menembus portal. Jesica mendekat, siap menyeretnya pergi, cengkeramannya setan dan tak kenal lelah. "Bangun! Katakan kemana ayah pergi?!" seru Jesica dengan mata merah, dia memelintir kaki ibunya. "Jeesss! Lepaskan----Aku ibumu!" kata Mirasih memohon. Jesica semakin marah karena Mirasih tak mau menjawab kemana per
Cargil tertawa ketika melihat wajah Rayden yang muram dan bertanya, "Sudahkah kamu memikirkan cara untuk melenyapkan teroris kecil itu?" "Tenggelamkan dia di laut!" Suara putus asa Rayden bergema, "Jika bukan karena keluarganya menyelamatkan nenek moyang kita seabad yang lalu, kita bisa dengan mudah melenyapkannya!" Cargil dibuat bingung dengan kelakuan Jesica yang terkesan bertentangan dengan perilaku keluarganya yang sudah susah payah dipertahankan oleh nenek moyang Ki Demang. "Ok! Sekarang, perhatikanlah untuk memulihkan dirimu terlebih dahulu. Lihatlah wajahmu sebagai sesuatu yang buruk, bukan serigala atau vampire." Kata Cargil tertawa terbahak-bahak. Rayden frustrasi dengan ejekan Cargil yang terus-menerus. Di malam dia diklaim oleh Jamila, ayah Rayden, Ki Demang, membuka perisai Adikodrati. Rayden mendorong ibunya ke dalam untuk mencegah ibunya menggagalkan perisai menutup. Sekelompok penyihir licik dan keji dari Lembah Udosyin melancarkan serangan. Ayah Rayden mengalami luk
Mirasih dan Andy dibawa ke sebuah ruangan berdinding marmer dan rak-rak yang tertata rapi berisi tabung-tabung kimia. Nenek moyang Andi bangga menjadi peneliti di Lembah Utara, namun ia belum pernah masuk laboratorium Istana. Hanya sekelompok ilmuwan dari keluarga shifter yang dapat bekerja di dalam istana. Andy dan Mirasih bekerja di laboratorium kelas dua di luar istana. "Tuan Andy, silakan duduk!" Seorang manusia serigala muncul dan meminta Andy untuk duduk. Dengan wajah masih berbulu, ia membawa kotak reagen dan sangat lembut meraih tangan Andy. Manusia serigala tersebut mengatakan bahwa mereka membutuhkan sampel darah Andy untuk menguji sihir Udoysin. Mirasih masih belum percaya mereka bisa lolos dari hukuman Ki Demang. “Mengapa para penjaga membawa kita ke lab ini?” Hatinya semakin cemas. Manusia serigala yang mengaku sebagai sebagai Profesor Jefferson, tertawa renyah dan meyakinkan bahwa mereka tidak akan kejam, "Kami membutuhkan kelinci percobaan!" Mirasih kaget saat menyad
Di tengah laut Sifirin, Meskipun Clara telah pulih dari migrain beberapa hari yang lalu, dia mencoba untuk keluar dan melihat matahari, namun akhirnya ia kembali ke kabinnya karena matahari tersebut tidak hanya menyengat, tetapi juga membuat matanya terasa sakit. "Inikah sebabnya semua kabin memiliki gordyn berwarna hitam, ternyata laut Sifirin memiliki neraka matahari?" Ada ketukan halus yang terdengar di pintu kabin, membuatnya terkejut. "Siapa!?" tanya Clara hati-hati. "Dokter Maria dari Lembah Skydra!" Suara seorang wanita lembut terdengar di luar pintu. "Oh, Dokter! Senang berjumpa dengan Anda" Clara membuka pintu kabin lebar dan tersenyum ramah. Dia sudah mendengar cerita dari petugas kebersihan bahwa Dokter dari Lembah Skydra yang memeriksanya. "Sama-sama Nona Jamila! Aku hanya ingin mengecek apakah kamu sudah benar-benar pulih?" "Tentu! Apakah kamu ingin memeriksaku di dalam kabin?" Clara bertanya. Dokter Maria menelusuri sekitarnya dengan pandangan dan setuju, "Lebih ba
Karena terdesak oleh serigalaku, aku mencoba berjalan di atas air yang mengental. Aku berusaha dengan susah payah menemukan posisi untuk meluncur, tetapi gagal. Tubuhku terperangkap dalam air laut. Dikejauhan, aku melihat gulungan awan mendekat ke arah kapal. Aku tahu itu titik air yang merupakan gulungan ombak, jika ombak itu mencapai kapal, akan menciptakan gelombang yang membuat kapal berguncang dan yang terapung di lautan akan terbawa ombak lalu hilang. "Kita terperangkap!" kataku pada serigalaku yang sepertinya dia juga panik. Akhirnya, aku menyadari ada sesuatu yang salah. Tubuhku terasa terperangkap dan tidak ada jalan keluar. Dalam upaya terakhir, aku mencoba menenggelamkan kepalaku ke dalam air, tetapi gagal. Mataku terbakar, bibir terasa sakit, dan tubuh semakin berat. Nafasku terbang entah ke mana, dan aku menangis karena rasa sakit yang tak tertahankan. Dalam keputusasaan, aku meronta-ronta menghabiskan seluruh tenaga yang tersisa. Merasa diriku konyol. Takdir mendorongk
Jamila!----"Kamu sudah bangun?" Setengah mataku terbuka, seseorang mengguncang bahuku dengan lembut. Aku merasa ngeri karena masih teringat akan tangan-tangan yang menjulur di laut Sifirin. Aku berpikir aku sudah mati dan terbawa ombak. Saat kapal berguncang dan pluit berbunyi, aku merasakan kakiku ditarik dan tanganku dilepaskan dari tangga buritan. “Jamila, kamu akhirnya bangun!” seru seseorang berpakaian putih, ditemani beberapa orang lain yang tampak sama, mendekatiku. "A-aku dimana?" tanyaku pelan. Bibirku terasa tebal. "Kau di rumah sakit Skydra! Aku Dokter Richard dan mereka semua kolegaku. Kamu aman bersama kami!" "Rumah sakit? Kenapa aku di rumah sakit?!" Aku mencoba untuk duduk dan melihat sekeliling lebih jelas. "Astaga, kamu pulih dengan cepat, Jamila!" Dokter Maria tergopoh-gopoh datang. "Kamu pahlawan bagi keluargaku dan kamu terkenal sekarang!" "Hehehe, aku siapa memangnya?" tanyaku heran. Dokter Maria dan koleganya berpandangan. "Dia sudah menyelam ke dasar lau
Skeptis, aku menatap Dokter Maria. Mengapa dia kesulitan menceritakan peristiwa yang terjadi di kapal perintis? Meski sepanjang hari memujiku sebagai pahlawan yang menyelamatkan suaminya, dia tampak ragu-ragu untuk mengungkapkan kebenarannya. "Kamu kehilangan ingatanmu, Jamila!" Jawab Dokter itu "Informasi dariku hanya akan membuatmu bingung!" "Kenapa? Apakah ada yang kamu sembunyikan dariku?" kesabaranku mulai menipis. Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi setelah aku pingsan atau sebelum kru kapal menemukanku tergantung di tangga baja buritan kapal. Sisanya aku bisa mengerti. Tapi jika aku menceritakan bahwa aku tidak menyelam, melainkan terperangkap di lautan jelly yang sebening seperti kristal, aku yakin mereka tidak akan percaya dan menganggap aku gila karena tekanan air yang ekstrim di bawah laut. Aku sangat frustrasi. Setelah menemui kekecewaan karena tidak mendapatkan bantuan dari Dokter Maria, aku memilih untuk berbaring dan menutup mata. Sepertinya dokter itu lebih tertar