Bolder adalah perangkat pelabuhan untuk menambatkan (tambat) kapal di dermaga atau perangkat untuk mengikatkan tali di kapal.
Karena terdesak oleh serigalaku, aku mencoba berjalan di atas air yang mengental. Aku berusaha dengan susah payah menemukan posisi untuk meluncur, tetapi gagal. Tubuhku terperangkap dalam air laut. Dikejauhan, aku melihat gulungan awan mendekat ke arah kapal. Aku tahu itu titik air yang merupakan gulungan ombak, jika ombak itu mencapai kapal, akan menciptakan gelombang yang membuat kapal berguncang dan yang terapung di lautan akan terbawa ombak lalu hilang. "Kita terperangkap!" kataku pada serigalaku yang sepertinya dia juga panik. Akhirnya, aku menyadari ada sesuatu yang salah. Tubuhku terasa terperangkap dan tidak ada jalan keluar. Dalam upaya terakhir, aku mencoba menenggelamkan kepalaku ke dalam air, tetapi gagal. Mataku terbakar, bibir terasa sakit, dan tubuh semakin berat. Nafasku terbang entah ke mana, dan aku menangis karena rasa sakit yang tak tertahankan. Dalam keputusasaan, aku meronta-ronta menghabiskan seluruh tenaga yang tersisa. Merasa diriku konyol. Takdir mendorongk
Jamila!----"Kamu sudah bangun?" Setengah mataku terbuka, seseorang mengguncang bahuku dengan lembut. Aku merasa ngeri karena masih teringat akan tangan-tangan yang menjulur di laut Sifirin. Aku berpikir aku sudah mati dan terbawa ombak. Saat kapal berguncang dan pluit berbunyi, aku merasakan kakiku ditarik dan tanganku dilepaskan dari tangga buritan. “Jamila, kamu akhirnya bangun!” seru seseorang berpakaian putih, ditemani beberapa orang lain yang tampak sama, mendekatiku. "A-aku dimana?" tanyaku pelan. Bibirku terasa tebal. "Kau di rumah sakit Skydra! Aku Dokter Richard dan mereka semua kolegaku. Kamu aman bersama kami!" "Rumah sakit? Kenapa aku di rumah sakit?!" Aku mencoba untuk duduk dan melihat sekeliling lebih jelas. "Astaga, kamu pulih dengan cepat, Jamila!" Dokter Maria tergopoh-gopoh datang. "Kamu pahlawan bagi keluargaku dan kamu terkenal sekarang!" "Hehehe, aku siapa memangnya?" tanyaku heran. Dokter Maria dan koleganya berpandangan. "Dia sudah menyelam ke dasar lau
Skeptis, aku menatap Dokter Maria. Mengapa dia kesulitan menceritakan peristiwa yang terjadi di kapal perintis? Meski sepanjang hari memujiku sebagai pahlawan yang menyelamatkan suaminya, dia tampak ragu-ragu untuk mengungkapkan kebenarannya. "Kamu kehilangan ingatanmu, Jamila!" Jawab Dokter itu "Informasi dariku hanya akan membuatmu bingung!" "Kenapa? Apakah ada yang kamu sembunyikan dariku?" kesabaranku mulai menipis. Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi setelah aku pingsan atau sebelum kru kapal menemukanku tergantung di tangga baja buritan kapal. Sisanya aku bisa mengerti. Tapi jika aku menceritakan bahwa aku tidak menyelam, melainkan terperangkap di lautan jelly yang sebening seperti kristal, aku yakin mereka tidak akan percaya dan menganggap aku gila karena tekanan air yang ekstrim di bawah laut. Aku sangat frustrasi. Setelah menemui kekecewaan karena tidak mendapatkan bantuan dari Dokter Maria, aku memilih untuk berbaring dan menutup mata. Sepertinya dokter itu lebih tertar
Aku sudah sembuh sepenuhnya. Dokter sepakat memperbolehkan aku berjalan-jalan di sekitar rumah sakit. Aku senang dengan perilaku dokter dan suster, kecuali Dokter Jensen. Setiap kali dia mengunjungiku, dia tampak takut dan penuh kebencian, dengan pertanyaan sinis. Hari ini, aku bertemu dengannya di taman rumah sakit. Dokter Jensen kaget melihatku muncul dari balik pepohonan lebat, menanyakan "Apakah kamu roh hutan yang bisa tiba-tiba muncul dan membantu orang dengan sihirmu?" "Oh Dokter, aku merasa menyesal jika kemunculanku membuatmu kaget!" kataku dengan pura-pura memasang wajah menyesal. Dokter Jensen yang sedang membaca buku tua dengan tenang ditemani seekor anjing kecil di sisinya, berdiri dengan gelisah, "Karena kehadiranmu akan terus mengejutkan orang-orang di sekitarmu. Sepertinya takdirmu tertulis seperti itu." Dia kembali ke koridor rumah sakit dengan wajah gelap. Aku bingung dengan kata-katanya. Apa kesalahanku pada Dokter itu? Aku telah menyelamatkan penumpang kapal ten
Perawat itu hanya memandangku dengan wajah prihatin, "Aku harap bisa membantu memulihkan ingatanmu, Nona Jamila!" kata-katanya tulus. "Aku asisten Dokter Jensen, kamu bisa menemuiku di koridor 8, jika waktuku luang, aku bisa menjadi temanmu mengobrol" "Dokter Jensen? Dia tidak menyukaiku!" kataku dengan ekspresi masam. "Dia adalah seorang dokter yang sangat berdedikasi, tetapi dia memiliki kebencian yang mendalam terhadap ilmu sihir. Meskipun ucapannya terdengar sinis, harap dimaklumi karena itu adalah sikapnya." ujar perawat itu, "Dia mungkin memahami Anda berbeda!" "Eh----Apa dia berpikir aku memiliki ilmu sihir?!" kataku kaget. Perawat itu terdiam, sebelum dia membalikkan badan untuk kembali, "Beberapa pihak menyangka seperti itu, jadi berhati-hatilah Nona! Besok adalah malam Dewi Bulan, kemungkinan Anda akan mendapatkan bangsal isolasi. Sangat berbahaya Anda berada di bangsal ini!" "Tunggu, itu tidak mungkin----Kenapa cepat sekali terjadi malam Dewi Bulan?" "Maksutmu apa Nona
"Kami ingin membantumu menemukan identitasmu, tetapi sepertinya ini mustahil. Kamu adalah individu yang terlahir kembali. Hasil respon otakmu meskipun tidak cedera----Para dokter menyimpulkan kamu kehilangan ingatan secara permanen!" Dokter Richard menyerahkan selembar kertas berisi grafik yang aku tidak mengerti. "Meskipun aku kehilangan ingatan secara permanen, bukankah aku individu yang merdeka yang bisa keluar dari rumah sakit ini?" "Kamu individu spesial, Jamila! Tinggallah di rumah sakit ini sebagai rumahmu. Kalau kamu mau kami bisa membantu mencari potensi dari tubuhmu dan meneliti lebih lanjut!" ujar Dokter Maria. Aku tertawa terbahak-bahak, "Apalagi yang ingin Anda cari dokter? Sirip hiu atau hantu laut Sifirin?" Dokter Maria pucat seketika----"Mengapa kamu menyebutnya? Apakah kamu bertemu dengannya?" "Kalau, iya....Apakah ini membantumu untuk mendapatkan jawaban?" kataku sesuka hati. Dokter Richard menghampiriku, dan aku mundur selangkah. Aku tidak yakin apakah ini memp
Dokter Jensen yang geram menghampiri Clara yang diam terpaku dengan tuduhan sebagai penyihir. Dia menggerakkan jari telunjuknya dan menggumamkan mantra. Clara merasa terpesona dengan sikapnya, mengamati ekspresi wajah Dokter Jensen, dan tertawa terbahak-bahak. Dokter Maria tampak bingung, "Apakah Anda sedang memantrai Jamila, Tuan Jensen?" Clara berbalik sambil berkata, "Siapa yang berani memberiku ramuan pengusir roh? Harus bertanggung jawab!" "Itu Aku!" kata Dokter Jensen, "Kamu membawa pengaruh sihir jahat ke Lembah Skydra berpura-pura sebagai pahlawan. Apakah ada yang melihatmu berenang di Laut Sifirin? karena tidak ada saksi mata, bisa saja kamu memanipulasi semua trik sihir!" "Aku khawatir pandangan Anda terhadap Jamila bias, Kita semua tahu....Mahluk bernyawa yang melintasi laut Sifirin pasti tergoda dengan buaian ombak jika pikiran kosong mereka akan sukarela terjun ke laut" Suara seorang dokter yang mengejutkan Clara. Dia seorang dokter muda dengan tampilan pendiam dan din
"Ada apa dokter?" tanyaku sambil meraih jarum suntik yang coba dia tancapkan ke leherku. "Apakah Anda mencoba membiusku dengan rayuan?" kataku terkekeh-kekeh. "Daripada repot repot membiusku dengan tabung kosong, lebih bagus Anda gunakan bibir Anda untuk mengecup bokongku!" Aku melompat dari kursi roda dan meraih tubuh dokter tampan itu kedalam pelukan, aku tancapkan tabung suntik yang berisi obat bius pada punggungnya, sebentar dia mengejang----Uh, aku mengecup bibirnya yang tebal terasa manis, dan tubuh besar berotot itu ambruk menghantam kursi roda. "Mimpi indah dokter ganteng, aku akan datang menghantui hidupmu!" sambungku dengan santai. Dokter Rodriguez mencoba menjadi pelindungku dan memapahku keluar bangsal---Aku Clara El Wongso, sedari kecil adalah sosok yang sulit mempercayai orang asing. Kepada Benigno mantan pasanganku, aku menyerahkan hidupku, dan berakhir dikhianati, dilecehkan sebagai pasangan tak berguna. Sekarang, aku harus memutuskan apakah akan mempercayai Dokter R