Share

13. Pengganggu

Author: Harmony^-
last update Last Updated: 2023-10-19 23:10:56
Sirena terdiam beberapa saat. Dia menatap wajah Arsenio yang tersenyum mengejek dengan mata menyipit.

“Kamu tidak—“

Cup ....

Bukan pipi. Namun bibir Arsenio-lah yang mendapatkan kecupan. Itu karena Arsenio yang tidak sabaran, sudah bergerak secara tidak sengaja dan membuat Sirena tak bisa menghentikan kesalahan fatal yang dia perbuat.

Arsenio membulatkan mata. Dia terkejut. Namun juga canggung melihat Sirena yang tampak tak keberatan dengan “kesalahan” itu.

“Jangan salahkan saya.” Sirena menarik napas dalam. Dia memandang beberapa pengemis yang sedari tadi menarik perhatiannya. “Anda yang bergerak. Jadi ‘kesalahan’ itu adalah kesalahan Anda.”

Usai mengucap hal tersebut, Sirena pergi ke arah para pengemis di ikuti Tuan Sand yang melangkah dengan tergesa untuk mengejar langkahnya.

Sementara Arsenio masih termangu di tempatnya sambil menatap takjub pada sikap Sirena yang tenang walau sudah membuatnya berdebar.

“Wah, lihat wajahnya yang tersenyum.” Arsenio berucap dalam hati. “Cant
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Tawanan Duke Utara    14. Sad Fact

    Mendengar teriakan Arion, Sirena yang tadinya meringis kesakitan, kini langsung menepis kasar tangan besar yang mengekang pergelangan tangannya. “Anda tidak waras?” Sirena menatap geram. Pergelangan tangannya merah, nyaris lebam. Rasanya lebih sakit karena tubuh “Sirena” sangat lemah untuk sekarang. “Anda marah untuk apa? Aih, lelaki gila!” pekiknya jengkel dalam keadaan sadar. Bahkan gaun pernikahannya yang indah kini telah sedikit sobek. Sayang sekali, itu gaun yang Sirena suka walau bagian belakangnya sedikit terbuka. Lalu yang paling membuat Sirena marah adalah lukisannya—kacau balau dengan sobekkan besar di bagian tengahnya. “Kau!” Sirena mengeratkan kedua kepalan tangannya. Dia menatap Arion dengan geram—aura membunuh menyeruak dalam dirinya. Arion tercekat. Sirena terlihat mengerikan. Lalu, juga terlihat asing baginya. Tatapan penuh kebencian yang selama ini selalu di tunjukkan pada Arsenio seorang, kini malah mengarah padanya—bahkan ta

    Last Updated : 2023-10-20
  • Istri Tawanan Duke Utara    15. Penyihir Dan Assassin

    Arion dan Arsenio membulatkan matanya. “Kau berpikir terlalu jauh!” Arsenio tampak marah. Begitu pula dengan Arion. “Jangan mengatakan hal buruk. Kamu pikir aku akan membiarkanmu pergi begitu saja?” Arsenio mendekat—semakin mengikis jarak mereka. Dia memeluk wanitanya dengan erat. Bahkan tatapan yang tampak dalam itu bisa membuat wanita mana pun mabuk akan pesonanya. “Jangan pernah berpikir pergi tanpa seizinku, Lady ... pernikahan ini berlangsung karena keluargamu—menjual putrinya pada Duke Utara yang kaya tapi kejam! Bahkan setelah mendengar tentangku yang buruk ... mereka masih mendorongmu ke sisiku.” “Tak ingatkah kamu, inilah alasan kamu berusaha keras untuk mati berulang kali?!” tegas Arsenio, mengancam. Sirena diam. Dia yang membuat suasananya menjadi keruh. Namun dia juga yang bingung harus bagaimana menghadapinya. Terlebih lagi, saat melihat tatapan Sir. Einar yang kecewa membuat hatinya lebih ngilu. Sire

    Last Updated : 2023-10-20
  • Istri Tawanan Duke Utara    16. Dua Sosok Dalam Satu Tubuh

    Sir. Einar menatap ragu. Melihat betapa teguhnya tekat Posy untuk menghalangi mereka masuk membuatnya menyadari niat membunuhnya. “Kami hanya akan melihatnya. Tak akan ada yang terjadi.” Lelaki bersurai gelap itu mengulas senyum masam—dia berusaha tenang walau cukup khawatir dengan keselamatan lehernya. Wanita yang berdiri di depannya ini bukan sekedar pembunuh bayaran kelas teri. Sebab Sirena memungutnya di perbatasan hutan iblis, duduk di tumpukan monster yang berhasil dia bunuh dengan tangan kecilnya. “Lancang sekali dirimu.” Arion maju selangkah. Namun tampaknya kekuasaan yang dia punya tak memiliki arti di mata pelayan wanita berparas menawan itu. Mata hijau bagai rubi itu berkilat tajam begitu mendengarnya berbicara. Arion kembali mundur. Tiga langkah di belakang sir. Einar dan selangkah di belakang Arsenio. “Nona, apakah Anda tak percaya pada Sir. Einar?” Arsenio membuka mulutnya. Sejak tadi dia diam sebab melihat so

    Last Updated : 2023-10-23
  • Istri Tawanan Duke Utara    17. Khawatir

    “Gracio! Sampai kapan kamu hanya melihat dan bengong? Bantu Ayahmu!” Shafira kembali berteriak. Lelaki berusia dua puluh tahun yang sedari tadi terus terdiam dengan wajah bingung dan kaget, segera tersadar saat Ozias menginjak kakinya dengan keras. Gracio tak sempat marah atas tindakan kurang ajar adik lelakinya itu. Namun dia sudah di sibukkan dengan fakta bahwa dia harus membantu Ayah angkatnya, Rajad, untuk menenangkan adik tirinya, Sirena. Gracio mendekat dan hendak membantu Rajad menenangkan adik perempuannya. Namun kedua lelaki itu terpental oleh sihir yang cukup kuat sampai melempar mereka sepanjang setengah meter dari posisi semula. “Sirena!” Saat suara Shafira memekakkan telinga mereka, Ozias berlari mendekati Kakaknya, memeluknya erat—mencoba menghentikan apa yang berusaha dia lakukan. “Lepas Ozias. Aku harus segera sadar karena wanita setan ini sangat kuat. Jangan biarkan aku menyakiti kalian!” Ozias

    Last Updated : 2023-10-23
  • Istri Tawanan Duke Utara    18. Perubahan Positif

    “A-apa yang terjadi?” Sirena menepuk punggung Arsenio beberapa kali, menenangkan tunangannya seperti menenangkan rekan prajurit se-perjuangannya. ‘Lonie’ memang bukan tipe orang yang tahu soal percintaan. Dia hanya tahu kesetiaan dan cara memojokkan serta membunuh lawannya. Selebihnya ‘Lonie’ tak akan mengerti walau lawannya menyatakan cinta dengan cara yang romantis. “Apa yang terjadi?” Sirena mendorong Arsenio, melihat wajah suram dan cekungan mata yang membuatnya terlihat letih. “Anda sampai dengan sangat cepat, saya kira Anda menggunakan bantuan penyihir wilayah Utara ... ternyata Anda berkuda tanpa istirahat seharian ya?” Arsenio menghela napas lelah. Dia tak tahu sejak kapan kepedulian akan Sirena tumbuh di dalam hatinya. Namun dia bisa memastikan jika dirinya telah jatuh cinta pada gadis itu begitu melihat wajahnya yang terluka. “Ada apa dengan wajahmu—ah, kenapa aku bertanya padahal aku sudah mendengarnya dari Ozias.” Dia menghela napas lelah. “Itu pasti sangat menyakitkan.

    Last Updated : 2023-10-24
  • Istri Tawanan Duke Utara    19. Tenggelam

    “Kamu meninggalkan rumah terlalu cepat, apa keluarga Sharon tidak mempermasalahkannya? Bahkan maharnya belum tiba di kediaman kalian, kan?” tanya Arsenio. Wanita di depannya hanya diam dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada. Kedua matanya juga terpejam rapat-tampak seperti tertidur, hanya saja Arsenio tahu wanita itu masih sadar. “Lady, jangan mengacuhkan suamimu!” tegur Arsenio sedikit kesal. Sirena membuka mata. Dia melihat lelaki di depannya dengan tampang lelah. Kantung mata yang semakin hitam karena tak bisa tidur dengan nyenyak membuat wajahnya tampak lesu. “Tidak. Nenek sudah mengizinkannya. Kita juga tak akan pergi jauh dari rumah kediaman Count Sharon. Tak ada yang perlu di permasalahkan.” Sirena menjelaskan dengan singkat. Setelah itu wanita tersebut kembali memejamkan mata dan terlelap—kali ini memang tertidur, maka Arsenio pun tidak mengganggunya. “Tuan, kita sudah sampai di kediaman Ibu Kota.” Sand menu

    Last Updated : 2023-10-24
  • Istri Tawanan Duke Utara    20. Perselisihan Dua Nyonya

    Vian menoleh ke arah lorong setelah mendengar suara roda lemari besi berisikan makanan terdengar. Dia melihat Posy, dayang pribadi Sirena dari kediaman Sharon, berjalan mendekat dengan langkah anggun. “Lady Posy!” Vian bergegas mendekat. Posy yang melihat raut wajahnya yang getir, seketika paham dan berlari ke arah ruang mandi. Brak! Tanpa banyak bicara pintu itu telah di rusak oleh kaki kecil pelayan perempuan yang terlihat cemas akan keadaan Tuannya. Namun Vian tak sempat memuji kehebatan itu karena suara teriakan Posy membuatnya terkejut. “Nona!!” Posy berteriak nyaring. Dia segera berlari mendekati bak mandi ketika melihat tubuh Sirena mengambang di atasnya dengan wajah membiru dari kejauhan. Posy menceburkan diri ke air dengan membawa handuk. Dia membungkus tubuh telanjang Sirena dengan benda itu dan membawanya keluar air. Vian tertegun melihat Sirena kembali tertimpa musibah. Melihat itu,

    Last Updated : 2023-10-25
  • Istri Tawanan Duke Utara    21. Hari Pernikahan

    Sirena menatap beberapa pelayan yang melirik ke arahnya dengan ragu—mereka ingin menolong, namun ini Permaisuri Lister! Mereka takut, jika mereka membela Sirena, maka leher mereka adalah taruhannya. “Tidak.” Sirena menatap sekeliling. “Mana bisa saya memperlakukan Anda, Ibu Negara ini, dengan sikap kekanak-kanakan saya.” Sruk .... Sirena meletakkan sebuah karangan bunga di atas kepala Permaisuri Lister dan tersenyum melihat wajah kesal dan marahnya. "Tapi ini pesta pernikahan saya, Yang Mulia. Bahkan Anda adalah orang yang memberi saya hak untuk mengambil alih semua ini. Jadi ... apakah Anda menyesal melihat apa yang saya lakukan sekarang?" Sirena menatap lekat—tak memberi celah lawannya untuk melihat keburukan dalam dirinya walau dia bersalah. “Benar Ibu,” Putri Elvira mengedipkan satu matanya pada Sirena dan mendekat Ibunya—membantu Sirena membujuknya. “Mari kita lihat sebagus apa pekerjaan Nona Sirena.” Elvira merangkul

    Last Updated : 2023-10-25

Latest chapter

  • Istri Tawanan Duke Utara    56. Siluman

    “Nyonya Sirena. Bolehkah saya masuk?” Posy berdiri di depan kamar Sirena dengan membawa nampan berisikan sarapan untuk Nyonyanya. Sementara wanita muda yang berada di dalam kamarnya hanya menunduk dalam tanpa bisa menegakkan punggung dan lehernya dengan baik. Hantu Sirena merasa cemas. Dia tak lagi bisa mengendalikan dirinya. Padahal ini adalah tubuhnya. Namun dia seperti berada di dalam tubuh orang asing yang tak mau menuruti perintahnya. “Tubuh sialan! Milik siapa kau sebenarnya? Aku adalah pemilik aslimu.” Sirena menghardik dalam hati. “Cih, sekarang kau lebih nyaman di isi jiwa wanita kurang ajar itu dari pada diriku? Yang benar saja.” “Nyonya?” Posy mengerutkan kening samar. Dia mendengar seseorang bergumam sendiri di dalam kamar. Dia yakin itu suara Tuannya. Namun jika benar begitu, kenapa Sirena tak menjawab panggilannya? “Apakah Anda membutuhkan bantuan saya?” tanya Posy, sekali lagi. “Letakkan d

  • Istri Tawanan Duke Utara    55. Kontraktor

    “Terima kasih sudah mengantarku.” Pelayan perempuan itu menunduk hormat dan melihat kepergian Ozias beberapa saat, sebelum meninggalkan tempat. Dari kejauhan Ozias bisa melihat lelaki berambut coklat dengan mata biru melihatnya dengan tatapan tertegun. “Ozias?” gumam lelaki itu, senang melihat kawannya. Berbeda dengan lawan bicaranya yang terus menatap dingin—seakan melihat musuh. Melihat itu, Theo paham jika sekarang bukan saatnya berbincang ramah dengan seorang teman. “Aku datang untuk bertemu Kakakku. Dia di dalam, kan?” tanya Ozias, dingin. Theo mengangguk.  “Silakan masuk, Tuan. Saya akan mengantar Anda." Ozias hanya mengangguk dan mengikuti langkah Theo yang membawanya masuk ke dalam menara. Mereka menaiki tangga yang akan membawa keduanya ke puncak menara. “Bagaimana keadaan Kakakku?” Nada bicara Ozias melunak. Kini dia tak perlu memasang kewaspadaan tinggi karena hanya ada dirinya dan T

  • Istri Tawanan Duke Utara    54. Kedatangan Ozias

    BRAK! Arsenio menghantam meja. Beberapa puing kayu kokoh itu rontok ke atas karpet berbulu. Martell menatap takut. Dia tak pernah melihat Arsenio semarah ini selama satu tahun terakhir. Melihatnya kembali temperamental, tampaknya Nyonya Duchess yang baru selalu berhasil mengendalikan Duke mereka yang pandai mengontrol emosi. “Bisa-bisanya wanita itu membuatku kesal.” Arsenio mengepalkan tangannya semakin kencang. Dua urat menonjol di bawah dagu Arsenio membuat Martell menelan ludahnya susah—dia sangat tegang sekarang. “Yang Mulia, Tuan Frederick akan pergi ke desa untuk mencari informasi kemunculan pada monster.” Martell berusaha mengalihkan topik. Dia berharap Arsenio melupakan masalah Sirena dan fokus pada pekerjaan saja. Setidaknya itu lebih baik dari pada mengingat kenangan buruk yang membuat Tuannya menjadi emosional. “Aku sudah tahu. Frederick menyampaikannya padaku kemarin. Lalu, bagaimana dengan

  • Istri Tawanan Duke Utara    53. Intimidasi

    Posy terdiam beberapa saat. Melihat reaksi Vian dan Cavan yang cukup kebingungan, tampaknya hanya Theo yang bisa melihat sosok menyeramkan itu. “Anda, bisa melihatnya?” tanya Posy, terlihat cukup terusik. Lelaki bermata biru laut itu menganggukkan kepala. “Dari awal. Dalam wujud yang nyata.” Dia melirik ke arah sudut ruangan. “Bahkan sekarang, dia ada di sini—mengawasi kita.” Posy menatap ke beberapa sudut, termasuk sudut yang di lihat oleh Theo dengan tatapan waspada. Sayangnya, dia tidak bisa melihat wanita itu kecuali wanita itu menampakkan diri di hadapannya. “Besok saya akan mengaturkan pertemuan Anda dengan Nyonya.” Posy menatap waspada. “Yang bisa melihat wanita itu secara berkala hanya Nyonya ... jadi, bisakah Anda membicarakan hal ini kembali bersama dengan Nyonya besok?” Theo mengangguk. “Baiklah.”   “Nyonya.” Posy membuka gorden dan membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam kamar. Na

  • Istri Tawanan Duke Utara    52. Hadiah

    Sirena berjalan masuk ke dalam menara tempatnya tinggal dengan langkah sempoyongan. Seperti yang dia duga, Arsenio telah menempatkan banyak pengawal untuk mengawasinya. Bahkan mereka bukanlah pengawal biasa. Karena baik Sirena atau Posy dapat merasakan kekuatan besar di dalam tiga lelaki berpakaian serba hitam itu. “Yang Mulia, Anda kembali?” Vian bergegas mendekat. Sayangnya, langkah Vian harus berhenti saat Posy menghalanginya dari Sirena. “Apa yang Anda lakukan di sini, Tuan Vian?” Posy menatap tajam. Dia terlihat waspada. “Apa Anda di tugaskan menjaga Nyonya Duchess?” Vian menatap dalam diam beberapa saat. Lalu dia tersenyum setelah mengetahui pikiran lawannya. “Ya. Tuan Duke memerintahkan kami—“ “Posy. Sudahlah. Jangan berdebat.” Sirena memijat pelipisnya. “Pergilah ... kamu ingin bertemu dengan Lucas, kan?” Posy menatap ragu. Meninggalkan Tuannya sendirian dalam pengawasan tiga serigala cukup membu

  • Istri Tawanan Duke Utara    51. Balas Dendam

    Sirena menatap kaget tumpukan mayat di depan mereka. Begitu pula dengan Posy yang memperlihatkan reaksi yang sama. “Para pelayan mengatakan, bahwa di desa ini terkena wabah hitam. Tiap malam satu keluarga akan mati. Mayat mereka berlumuran darah walau tidak di temukan luka di tubuh mereka,” jelas Posy. Wanita berambut coklat tua dengan mata hijau itu menatap nanar tumpukan mayat manusia dengan bau yang menyengat. “Sungguh aneh,” gumamnya, tidak habis pikir. Suara langkah kaku seseorang membuat kedua wanita muda itu menoleh ke arah sumber suara. Mereka melihat lelaki bertudung hitam ada di dekat tumpukan orang-orang, seakan bersiap membakar mayat-mayat itu dengan obor di tangannya. “Ternyata ada penonton yang datang.” Lelaki berjubah hitam itu menoleh. Dia memperlihatkan wajah tampannya dengan berani. Bahkan tersenyum lembut pada Posy dan Sirena. Posy maju selangkah, menghalangi pandangan lelaki itu dari

  • Istri Tawanan Duke Utara    50. Setumpuk Mayat

    “Sepertinya Anda harus bermalam di sini, Nona Posy. Langit mendung tidak mendukung. Jika Anda keluar sekerang, takutnya ... hujan akan turun di tengah jalan.” Oriel berucap dengan cemas. Dia menatap wanita bermata hijau itu naik ke atas kuda sambil memeluk Tuannya yang selesai mendapat pengobatan—walau dia belum sadar sepenuhnya. “Tidak.” Posy menjawab dengan tegas. Dia menatap lembut pada wanita muda berusia satu tahun lebih muda darinya. Lantas tersenyum. “Duke akan mencari kami jika seperti itu ... dan bisa saja, kalian dalam bahaya setelahnya.” Oriel tidak memaksa. Keadaannya memang tidak terlalu baik setelah dia memaksakan diri menyembuhkan Sirena dalam satu waktu. “Kalau begitu, izinkan saya mengantar Anda sampai keluar Hutan.” Ivander keluar dari dalam dengan membawa tombak. “Saat malam, hutan ini akan tetap berbahaya untuk seorang wanita yang cukup kuat. ” Posy tidak membantah. Saat bahaya menimpa, dia tid

  • Istri Tawanan Duke Utara    49. Penunggu Hutan Kutukan

    “Ke mana kau akan membawanya?” Sosok wanita bersurai pirang dengan mata hitam mengikuti laju kuda Posy dengan kaki melayang. Sosok menyeramkan itu kembali menampakkan diri. Lagi-lagi juga terlihat perhatian pada Sirena. “Kenapa Anda selalu menunjukkan perasaan khawatir?” Posy tak menatapnya. Dia takut. Tapi juga penasaran dengan identitasnya. Hantu bukan hal yang mudah di percaya. Namun setelah melihatnya beberapa kali, Posy yakin jika mereka memang ada—hidup berdampingan dengan kita—seperti yang pernah di katakan oleh Sirena kecil enam tahun yang lalu. “Karena aku mengkhawatirkannya.” Wanita itu menjawab dengan nada serak—suaranya tidak terlalu jelas, namun Posy masih mengerti apa yang sedang dia katakan. “Begitukah?” Posy menatapnya beberapa saat—dengan harapan hantu itu tidak menoleh dan menampakkan wajahnya. “Kenapa Anda memiliki perasaan seperti itu pada Nyonya?” Hantu perempuan itu tertawa. Tawa ya

  • Istri Tawanan Duke Utara    48. Stronger Lady

    Ivander mendengar tapak kaki kuda dari kejauhan. Kali ini dia sedang memungut kayu untuk membuat kayu bakar dan memasak. Namun saat dia mendengar suara tak kaki kuda yang mendekat ke arahnya, dia segera memasang posisi bertarung—mengarahkan belati yang dia genggam ke arah depan. “Nona Posy?” Ivander bergumam saat melihat wanita itu melewatinya dengan wajah muram. Wanita muda itu tampak tergesa. Dia memacu kudanya sangat kencang sampai mendatangkan badai debu di sepanjang jalan yang telah dia lalui. “Apa yang membuatnya seperti itu?” gumam Ivander, bergegas mengumpulkan kayu dan menyusul Posy. “Tampaknya dia datang untuk bertemu Kakak,” gumam Ivander, mempercepat langkahnya. Sesampainya di pondok, Ivander melihat dua wanita muda itu tampak tergesa-gesa menyiapkan beberapa barang dan hendak pergi meninggalkan tempat. Ivander menatap keduanya dengan tatapan bertanya-tanya. “Apa yang kalian lakukan? Apa kalian ingin p

DMCA.com Protection Status