“Jika kamu tidak senang aku mengganggu, aku akan pergi. Aku tidak akan datang lagi untuk mengganggumu.”Dixon menoleh menatapnya tajam.“Kenapa kamu selalu tanpa perasaan?”“Mengapa kamu menyebutku tanpa perasaan?” Regina balik bertanya tersinggung.“Aku memberimu ruang untuk bermesraan dengan pacarmu sudah cukup baik untuk seorang istri. Kenapa kamu malah marah-marah padaku?” “Karena kamu istriku, kamu seharusnya marah dan bukannya mengalah dan pergi begitu saja.”“Jika aku benar istrimu, aku akan melemparkan kotak makan ke kepala kalian berdua sejak melihat kalian berpelukan dan berciuman. Tapi kita hanya suami istri dalam kontrak. Aku tidak ingin menangis saat kamu lebih memilih membela Freya! Aku tidak ingin menjadi orang tersakiti.” Regina berkata dingin sebelum mendengus.“Aku tidak punya hak marah atau mencerca kalian. Aku minta maaf jika sudah menyinggungmu. Ke depannya ini tidak akan terjadi lagi,” lanjutnya dingin.Dixon terdiam tidak bisa berkata-kata.“Bukan maksudku sepe
Setelah pertengkaran pertamanya dengan Regina, Dixon dalam mood jelek dan memarahi banyak bawahannya yang salah memberi laporan. Bahkan Sam pun kena omelannya. Freya tidak tahu apa yang terjadi antara Dixon dan Regina sampai membuat Dixon marah. Tapi dia berpikir hubungan mereka retak dan menganggap itu adalah itu kesempatannya. Jadinya dia memperbaiki blusnya dan membuka kancing atasnya hingga belahan dadanya terbuka.Sekarang adalah jam pulang kantor dan Dixon masih bertahan di kantornya. Freya berharap tidak ada gangguan saat dia berdua dengan Dixon. Dia melihat Sam berdiri dari mejanya dan berjalan menuju kantor Dixon dengan sebuah berkas di tangannya.“Sam!” Freya memanggil pria itu sebelum dia pergi.Sam menoleh dan menatapnya dengan pandangan bertanya, “Ya?”“Kamu akan mengantar ke kantor Dixon?”Sam mengangguk.Freya gembira dan buru keluar dari mejanya menghampiri pria itu.“Biar aku saja, kamu lanjutkan saja pekerjaanmu,” ujar Freya merebut berkas itu dari tangan Sam.Sam
Tapi sayang, Dixon bahkan tidak mendongak dan sibuk memijat pangkal hidungnya seolah dia sakit kepala.“Pergilah jika tidak ada yang lain.” Tanpa mendongak Dixon berkata dengan suara dingin menunjukkan dia dalam mood jelek.Freya tersenyum dan memutari mejanya sebelum berhenti di sebelahnya.“Dixon, apa kamu lelah dan atau sakit kepala? Aku akan memijat bahumu ....” tanpa menunggu persetujuan Dixon memijat pelipis Dixon.Dixon tidak menolak atau menepisnya. Dia membiarkan Freya memijat pelipisnya.Melihat Dixon tidak menolaknya, Freya semakin berani. Tangannya yang memijat pelipisnya perlahan turun ke pundak dan memijatnya. Dia berhenti untuk melihat reaksi Dixon.Freya merasakan otot pria itu sangat keras di bawah di sentuhannya. Pikiran kotor masuk di kepala Freya, dia merindukan sentuhan Dixon. Di masa lalu mereka pernah melakukan hubungan intim membuat Freya semakin merindukannya.Dixon masih belum mengusirnya dan fokus laporan di laporan di laptopnya.Freya tersenyum puas. Jema
Freya enggan menyuruhnya pulang yang di mana ada Regina sebagai istrinya.“Hm. Pulanglah, dan suruh Sam menungguku.” Dixon bahkan tidak menatapnya.Freya dengan cemberut gelap berjalan meninggalkan kantor Dixon.Sam mengangkat kepalanya mendengar suara pintu di buka dan Freya keluar dari kantor Dixon tidak lebih dari sepuluh menit. Sebelah alisnya terangkat. Ketika Freya mengambil inisiatif mengantar berkas, dia sudah tahu niat wanita itu. tapi tidak menyangka Freya keluar lebih cepat daripada yang dipikirkan.Freya memelototinya marah. Ekspresi Sam seolah mengejek kegagalannya. Dia mengambil tasnya dengan kesal dan berkata dingin pada Sam, “Aku akan pulang duluan. Dixon menyuruhmu untuk menunggumu.”“Mengerti,” balas Sam kembali ke pekerjaannya tanpa memedulikan Freya.Freya yang kesal meninggalkan kantor itu dengan cepat.Sementara itu Dixon melirik arlojinya dan menyadari sudah pukul 6 sore. Dia berniat lembur atau keluar sekedar minum bersama Aaron untuk melepas penat dan kekesa
“Sudah, ada di meja makan,” balas Regina acuh tak acuh masih tidak mengalihkan pandangannya dari TV.Dixon menggertak gigi melihat Regina mengacuhkannya. Namun dia tidak alasan kuat untuk mengeluhkan sikapnya dan bertengkar. Itu hanya membuatnya malu sendiri.Dixon berbalik kesal menuju kamar untuk mandi dan berganti pakaian. Tak lama kemudian dia keluar dan melihat istrinya masih di ruang tamu. Kali ini TV sudah matikan dan sekarang dia berbaring bermain ponsel di tangannya.“Kamu sudah makan?” tanya Dixon.“Sudah,” balas Regina cuek.“Kamu tidak menungguku?” ujar Dixon mengerutkan keningnya.“Mengapa aku harus nunggu kamu?” balas Regina masih cuek tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.“Kamu seharusnya menungguku dan makan malam bersama. kamu harus temani aku makan,” kata Dixon tidak senang.Regina bangun dan berdiri dari sofa.“Kamu bisa makan sendiri, kekanakan sekali minta ditemani.” Dia berjalan melewati Dixon dan masuk ke kamarnya.Dixon menatap punggungnya tidak bisa berk
“Hentikan,” desis Regina dan menarik tangan Dixon keluar dari dalam bajunya.“Kamu mengganggu tidurku,” gerutunya menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.Mulut Dixon terbuka, namun tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya. Dia sudah terangsang namun istrinya menolaknya. Entah karena beneran tidur atau karena memang menolaknya. Dixon tidak yakin istrinya beneran menolaknya. Istrinya tidak pernah menolak setiap kali dia meminta jatah.“Regina,” panggilnya ragu-ragu mengangkat kepalanya mengintip Regina.“Kamu tidur?”“Hm,” balas Regina acuh tak acuh.Dixon meremas bahunya dan berbisik pelan, “Aku menginginkanmu.”Sengaja menekan ereksinya yang sudah keras di pantatnya untuk menunjukkan bahwa dia sedang bergairah. Dia mengecup leher jenjang istrinya dan menghirup aromanya yang manis. Tangannya kembali terulur menyelinap di dalam selimut menangkup payudaranya dan meremasnya untuk menarik gairah istrinya.“Hentikan.” Regina menepis tangannya dan menjauhkan lehernya dari bibir Dixon.
“Sam, menurutmu kenapa para wanita suka membesarkan masalah kecil menjadi masalah besar. Kupikir masalah akan berlalu, tapi dia mengacuhkan aku sampai berhari-hari. Dia mengatakan apa pun atau pun marah padaku, tapi hanya mengacuhkan aku sampai berhari-hari.” Dia menoleh memandang sekretarisnya.“Mengapa? Apa yang salah dengannya?“Wanita adalah makhluk yang susah dimengerti. Bahkan buku akan setebal buku Harry Potter belum cukup untuk menguraikan sosok wanita.”Dixon mendengus, “Jadi kamu punya solusi? Kamu sudah punya istri pasti mengalami masalah sepertiku. Apa yang kamu lakukan jika istrimu seperti Regina?”Sam terlihat berpikir sebelum menjawab, “Tentu aku akan meminta maaf bahkan jika aku tidak tahu kesalahanku.”“Mungkin jika Anda meminta maaf pada Nyonya Regina akan menyelesaikan masalah,” saran Sam.Dixon mengerut keningnya. Sayangnya dia enggan meminta maaf duluan saat dia tidak tahu di mana kesalahannya.“Ada cara lain?”Sam menggelengkan kepalanya. “Tuan, wanita sangat suk
“Oh ya Tuan, saya hampir lupa memberitahu Anda. Tuan Falcon akan mengadakan pesta minggu depan. Apa Anda akan datang?” tanyanya meletakkan kartu undangan itu di meja kerja Dixon.“Tuan Falcon dari industri perhotelan? Tentu aku akan datang,” balas Dixon acuh.“Baiklah. Kalau begitu saya akan kembali ke meja kerja saya.”Dixon melambaikan tangannya mengusirnya dari kantornya. Sekarang suasana hatinya membaik dan dia tidak lagi memarahi karyawan.....Regina menghela napas berkali-kali memotong tangkai bunga saat dia menemani ibu mertuanya di taman. Dia dipanggil untuk menemani ibu mertuanya.Regina merasa hubungannya dengan Dixon agak dingin. Dia sengaja bersikap acuh tak acuh dan lagi melayani Dixon di tempat tidur bukan karena dia merajuk. Tapi ... karena ucapan pria itu akan menceraikannya.Meski dia merasa agak pahit, mungkin perceraian yang akan membebasnya dari sakit hatinya. Dia tidak perlu menunggu lima tahun karena Dixon berkata bisa menghentikan kontrak jika membuat pria it