Saat dia membereskan termos bubur, ponselnya di atas meja berdering. Dia melirik dan mengerutkan keningnya melihat nama Dario di layar ponselnya.
Dia mengepalkan tangannya sangat enggan menjawab panggilan Dario. mau tak mau dia mengangkat panggilan Dario.
“Kamu di mana?” Dario bertanya tanpa basa-basi.
“Aku masih di rumah sakit,” jawab Aria datar.
“Keluar sekarang.”
Aria mengerutkan keningnya sambil memandang Ramus yang terbaring di tempat tidur.
“Aku masih harus menjaga Ramus,” ujarnya enggan. Dia ingin menghindari bertemu dengan Dario.
“Aria ....” Suara Dario terdengar dingin.
“Jangan lupa dengan kesepakatan kita. Keluar sekarang, aku menunggumu di parkiran rumah sakit. Jika kamu tidak keluar sekarang dalam lima menit. Aku yang akan menjemput ke sana dan menyeretmu keluar.” Setelah mengatakan itu dia menutup panggilan.
Aria menggertakkan giginya. D
Aria menarik napas dalam-dalam menguatkan dirinya, lalu membaca lagi kontrak dengan cermat.Dia mengerutkan keningnya melihat jangka kontrak adalah lima tahun.“Mengapa masa kontrak lima tahun? Bukankah setelah aku melahirkan anak ini?” tanyanya menatap Dario.Selain melayani Dario juga, perjanjiannya hanya melahirkan dan menyerahkan anak diperutnya pada Hanna.Aria juga akan mendapat sejumlah besar uang dari Dario. Sangat besar hingga Aria tidak perlu bekerja selama lima tahun untuk menghidupi dirinya dan Ramus.Dia pikir setelah melahirkan dia akan bebas dan memikirkan rencana kecil untuk mendapatkan kembali warisan ibunya jika dia sudah cukup kuat.Setelah dia mendapat uang kontrak dari Dario, dia akan menggunakan uang kontrak ini untuk menggali bukti menuntut Stefan dan Emily menyembunyikan warisan ibunya serta pengacara korup.Ada pun anak ini, ada waktu baginya untuk merebutnya kembali jika dia mendapat warisan
Selama ada kesempatan bagi Ramus agar bangun dari komanya, Aria rela menerima takdirnya di tangan Dario. dengan kekuasaan dan kekayaan Dario, Ramus akan mendapat perawatan yang lebih baik.Namun Aria tetap diam dan menundukkan kepalanya, tidak menanggapi Dario.Melihat Aria tidak menanggapinya, Dario mengerutkan keningnya tidak senang. Namun tidak menegur Aria dan memanggil Haris.Tak lama kemudian pintu kantor terbuka dan sosok Haris muncul. dia melirik Aria sekilas dan sebelum membungkuk hormat pada Dario.“Tuan Clark, Anda memanggil saya. Apa Anda ada perintah?”Dario mengangguk kepalanya menunjuk Aria.“Apa kamu sudah menyiapkan vila di luar kota?”“Sudah Tuan.”“Bawa Aria ke sana, aku masih ada pekerjaan yang harus aku urus,” katanya duduk di kursinya dan memeriksa dokumen yang menumpuk di atas meja kerja. Dia tampaknya benar-benar sibuk.“Baik Tuan Clark,”
Langit sudah gelap saat Aria pulang ke apartemen.Dia berharap Hanna tidak ada di apartemen saat dia datang.Tapi di luar harapannya, Hanna berada di apartemen.“Aria, kamu dari mana kemarin? Kamu membuatku cemas karena tidak bisa menghubungimu,” ceramah Hanna melihat Aria pulang.Aria memaksakan dirinya untuk tersenyum di depan Hanna.“Kemarin adikku tiba-tiba kritis dan harus dioperasi. Maaf, aku tidak memegang ponsel seharian.”Hanna berpura-pura terkejut.“Adikmu di operasi kenapa kamu tidak memberitahuku kemarin?” dia berkata cemas.Senyum Aria hampir goyah dengan malam sebelumnya. Bagaimana dia bisa memberitahunya saat Hanna sibuk bercinta dengan Dario.Dia merasa jijik tapi tidak bisa membenci Hanna. Itu adalah hak Hanna karena dia adalah pacar dan calon istri Dario, Aria tidak berhak marah.Mengingat dirinya harus menyerahkan anaknya pada Hanna, Aria merasa hatinya seper
Haris menunggu Aria di lantai di parkiran apartemen.Saat melihat Aria keluar sambil membawa koper, dia membantunya membawa koper dan dimasukkan ke bagasi.“Apa ada tempat lagi yang ingin kamu kunjungi?” tanya Haris membuka pintu untuk Aria.Aria memandang gedung apartemen Hanna sambil menghela napas lalu menggelengkan kepalanya.“Tidak ada, ayo pergi.”“Apa kamu tidak mengunjungi keluargamu?” tanya Haris menatap dengan Aria dengan tatapan hati-hati.Wajah Aria berubah dingin dan acuh tak acuh.Dalam hati dia sudah memutuskan semua hubungan dengan Stefan atau pun keluarga Crowen sejak mereka tidak peduli dengan Ramus dan menyembunyikan warisan ibunya.“Tidak perlu. Mereka bukan keluargaku lagi,” balasnya dengan gigi terkatup sebelum masuk ke dalam mobil.Haris melihat wajah dingin Aria dan menghela napas dalam hati. Dia menutup pintu penumpang dan masuk ke dalam
Aria cemberut dan menggerutu, “Bajingan gila itu ....”Namun dia hanya menggerutu dengan suara pelan. Takut Haris akan mendengarnya dan mengadu pada Dario.“Pak Haris, tolong bangunkan aku ketika sudah sampai.”Aria merasa sangat lelah karena seharian ini menguras energinya dan ingin cepat-cepat sampai agar dia bisa tidur di tempat tidur.Haris mengangguk dan memutar musik dengan alunan syahdu agar membantu Aria tidur.Aria memejamkan matanya. Beberapa saat dia tertidur nyenyak.Mobil SUV yang dikendarai Haris melaju tanpa hambatan di jalur jalan tol.Satu jam kemudian mobil akhirnya berhenti di depan vila pribadi Dario.Haris memarkirkan mobil di halaman yang luas.Dia melepas sabuk pengamannya dan berbalik menghadap ke belakang untuk membangunkan Aria.“Aria, kita sudah sampai.” Dia memanggilnya sambil menepuk lututnya dengan pelan.“Hmm ...” Aria berg
Aria mengangguk mengerti dan mengikuti Bibi Molly.“Omong-omong, apakah ....” Aria ragu-rahu menatap Haris.“Dario ada di sini?”Haris menggelengkan kepalanya.“Tuan Clark masih sibuk di kantor dan tidak datang.”Aria menghela napas.Setidaknya dia tidak harus menghadapi Dario untuk saat ini.Setelah makan malam dan perkenalan, Haris tidak kembali ke Capital dan tinggal sebentar di vila untuk beristirahat.Sementara Aria dituntun ke kamarnya untuk beristirahat karena dua sudah melakukan perjalanan jauh.Setelah mengganti pakaiannya dengan tank top. Aria menghempaskan tubuhnya ke kasur.Dia mendesah nyaman merasakan kasurnya sangat empuk. Sudah lama dia tidak menyentuh kasur.Dua hari ini dia tidak bisa tidur dengan nyenyak dengan kejadian baru-baru ini.Begitu menyentuh kasur, Aria langsung tertidur.....Puku dua belas dini hari, Dario datang ke vila
Dia masih ekspresi cemas di wajahnya karena melihat wajah Dario tampak lelah.“Kenapa wajahnya begitu letih, apa dia bekerja terlalu keras,” gumam Bibi Molly.“Bibi ingin berbicara dengannya.”Haris menguap dan berbaring di sofa ruang tamu.“Bibi jangan khawatir, kembali saja tidur. Besok baru berbicara.”“Haiss kamu kenapa tidur di sofa, ada banyak kamar yang tersedia.”Haris melambaikan tangannya menarik selimut di tubuhnya dan memejamkan matanya. Dia sangat mengantuk.Bibi Molly tidak punya pilihan lain selain kembali tidur setSementara itu Dario masuk ke kamar yang ditempati Aria. Lampu di kamar sudah di matikan, hanya menyisakan penerangan minim dari lampu tidur.Tanpa menyalakan lampu, Dario berjalan mendekati tempat tidur.Di tempat tidur, terlihat sosok Aria tertidur pulas.Dario berhenti dan menatap gadis di tempat tidur. Iris obsidiannya menatap dal
Tubuh Aria berubah kaku. Sulit menjelaskan seorang pria di pagi hari. Dia bergerak ingin menjauh namun Dario menariknya ke pelukannya dan berkata dengan malas, “Untuk apa kamu menghindar?” Aria berbalik dengan ekspresi tidak suka. “Tuan Clark, aku sedang hamil. Apa kamu ingin memaksaku melayanimu?” katanya dengan suara dingin dan agak cemas. Dario menatapnya dengan sepasang mata gelapnya agak lama, sedikit termenung melihat wajah tidak sukanya. “Kamu begitu membenciku?” Dia mengulurkan tangannya mengelus wajah Aria lembut. Dia merindukan sifat lemahnya yang seperti kelinci. Aria mengerutkan kening tidak menanggapinya. Namun ekspresi dingin di wajahnya menjelaskan semuanya. Dario menghela napas. Tidak peduli betapa bernafsunya dia, dia tidak suka melakukan hubungan intim dengan gadis yang membencinya. Itu hanya akan menjadi kesenangan satu pihak dan harga diri Dario terluka. Dario mengetuk kening Aria dan menarik