Haris menunggu Aria di lantai di parkiran apartemen.
Saat melihat Aria keluar sambil membawa koper, dia membantunya membawa koper dan dimasukkan ke bagasi.
“Apa ada tempat lagi yang ingin kamu kunjungi?” tanya Haris membuka pintu untuk Aria.
Aria memandang gedung apartemen Hanna sambil menghela napas lalu menggelengkan kepalanya.
“Tidak ada, ayo pergi.”
“Apa kamu tidak mengunjungi keluargamu?” tanya Haris menatap dengan Aria dengan tatapan hati-hati.
Wajah Aria berubah dingin dan acuh tak acuh.
Dalam hati dia sudah memutuskan semua hubungan dengan Stefan atau pun keluarga Crowen sejak mereka tidak peduli dengan Ramus dan menyembunyikan warisan ibunya.
“Tidak perlu. Mereka bukan keluargaku lagi,” balasnya dengan gigi terkatup sebelum masuk ke dalam mobil.
Haris melihat wajah dingin Aria dan menghela napas dalam hati. Dia menutup pintu penumpang dan masuk ke dalam
Aria cemberut dan menggerutu, “Bajingan gila itu ....”Namun dia hanya menggerutu dengan suara pelan. Takut Haris akan mendengarnya dan mengadu pada Dario.“Pak Haris, tolong bangunkan aku ketika sudah sampai.”Aria merasa sangat lelah karena seharian ini menguras energinya dan ingin cepat-cepat sampai agar dia bisa tidur di tempat tidur.Haris mengangguk dan memutar musik dengan alunan syahdu agar membantu Aria tidur.Aria memejamkan matanya. Beberapa saat dia tertidur nyenyak.Mobil SUV yang dikendarai Haris melaju tanpa hambatan di jalur jalan tol.Satu jam kemudian mobil akhirnya berhenti di depan vila pribadi Dario.Haris memarkirkan mobil di halaman yang luas.Dia melepas sabuk pengamannya dan berbalik menghadap ke belakang untuk membangunkan Aria.“Aria, kita sudah sampai.” Dia memanggilnya sambil menepuk lututnya dengan pelan.“Hmm ...” Aria berg
Aria mengangguk mengerti dan mengikuti Bibi Molly.“Omong-omong, apakah ....” Aria ragu-rahu menatap Haris.“Dario ada di sini?”Haris menggelengkan kepalanya.“Tuan Clark masih sibuk di kantor dan tidak datang.”Aria menghela napas.Setidaknya dia tidak harus menghadapi Dario untuk saat ini.Setelah makan malam dan perkenalan, Haris tidak kembali ke Capital dan tinggal sebentar di vila untuk beristirahat.Sementara Aria dituntun ke kamarnya untuk beristirahat karena dua sudah melakukan perjalanan jauh.Setelah mengganti pakaiannya dengan tank top. Aria menghempaskan tubuhnya ke kasur.Dia mendesah nyaman merasakan kasurnya sangat empuk. Sudah lama dia tidak menyentuh kasur.Dua hari ini dia tidak bisa tidur dengan nyenyak dengan kejadian baru-baru ini.Begitu menyentuh kasur, Aria langsung tertidur.....Puku dua belas dini hari, Dario datang ke vila
Dia masih ekspresi cemas di wajahnya karena melihat wajah Dario tampak lelah.“Kenapa wajahnya begitu letih, apa dia bekerja terlalu keras,” gumam Bibi Molly.“Bibi ingin berbicara dengannya.”Haris menguap dan berbaring di sofa ruang tamu.“Bibi jangan khawatir, kembali saja tidur. Besok baru berbicara.”“Haiss kamu kenapa tidur di sofa, ada banyak kamar yang tersedia.”Haris melambaikan tangannya menarik selimut di tubuhnya dan memejamkan matanya. Dia sangat mengantuk.Bibi Molly tidak punya pilihan lain selain kembali tidur setSementara itu Dario masuk ke kamar yang ditempati Aria. Lampu di kamar sudah di matikan, hanya menyisakan penerangan minim dari lampu tidur.Tanpa menyalakan lampu, Dario berjalan mendekati tempat tidur.Di tempat tidur, terlihat sosok Aria tertidur pulas.Dario berhenti dan menatap gadis di tempat tidur. Iris obsidiannya menatap dal
Tubuh Aria berubah kaku. Sulit menjelaskan seorang pria di pagi hari. Dia bergerak ingin menjauh namun Dario menariknya ke pelukannya dan berkata dengan malas, “Untuk apa kamu menghindar?” Aria berbalik dengan ekspresi tidak suka. “Tuan Clark, aku sedang hamil. Apa kamu ingin memaksaku melayanimu?” katanya dengan suara dingin dan agak cemas. Dario menatapnya dengan sepasang mata gelapnya agak lama, sedikit termenung melihat wajah tidak sukanya. “Kamu begitu membenciku?” Dia mengulurkan tangannya mengelus wajah Aria lembut. Dia merindukan sifat lemahnya yang seperti kelinci. Aria mengerutkan kening tidak menanggapinya. Namun ekspresi dingin di wajahnya menjelaskan semuanya. Dario menghela napas. Tidak peduli betapa bernafsunya dia, dia tidak suka melakukan hubungan intim dengan gadis yang membencinya. Itu hanya akan menjadi kesenangan satu pihak dan harga diri Dario terluka. Dario mengetuk kening Aria dan menarik
Di ruang makan, bubur ayam, udang sambal pedas, sup iga, salad sayuran tertata di atas meja makan membuat Aria hampir meneteskan air liurnya.“Nona silakan duduk dulu, kita akan menunggu Tuan Muda untuk sarapan bersama.”Aria mengerutkan keningnya dan duduk di meja makan.Tak lama kemudian Dario turun dari lantai dua. Dia sudah rapi dengan setelan kerjanya seperti biasa.Dia memberikan tas kerjanya pada Haris dan menghampiri ruang makan. Dia melirik Aria yang sudah duduk di ruang makan sambil melipat tangannya di depan dada dengan ekspresi bosan.Dia hanya melirik Dario sesaat sebelum membuang muka.Haris menarik kursi di seberang Aria untuk Dario. Dario duduk tanpa sepatah kata pun.“Kenapa kamu tidak menungguku?” Dia berkata menatap Aria. Saat dia selesai mandi, dia tidak melihat Aria di tempat tidur. dia berpikir Aria melarikan diri dan buru-buru berganti pakaian keluar dari kamar.“Untuk apa?&r
Aria berhenti dan berbalik menghadapnya.“Kembali ke kamar. Kenapa, ada masalah?” Dia menatap Dario dengan wajah tanpa ekspresi.Dario terdiam menggertakkan giginya.“Lupakan.” Dario berbalik keluar dengan perasaan dongkol.Aria mengerutkan keningnya.“Dasar aneh,” gumamnya melihat Dario pergi dengan tergesa-gesa.Dario tidak bisa berlama-lama tinggal di vila karena berangkat ke kantor lebih awal karena jarak vila dan kota cukup jauh.Aria berharap Dario tidak sering datang atau tinggal di vila karena tempat yang begitu jauh dari pusat kota. Sangat melelahkan bagi Dario bolak-balik antara vila dan perusahaan yang berjarak cukup jauh.Aria berbalik naik ke kamarnya ingin kembali tidur. begitu menyentuh kasur dia langsung terlelap. Entah mengapa dia sangat mengantuk sekali.Siangnya Bibi Molly datang bersama dokter untuk pemeriksaan kesehatan dan kandungannya, kemudian membawakan makanan
Aria menghela napas memandang keluar jendela. Pikirannya berputar dengan fakta bahwa Dario trauma dengan pernikahan membuatnya agak terkejut.Apa ini salah satu alasan Dario tidak ingin menikahinya?Tapi ... Aria menggelengkan kepalanya dengan ekspresi mengejek.Lalu mengapa dia mengatur pernikahan dengan Hanna jika dia trauma?Mood Aria menjadi jelek. Tidak mood membaca lagi.Dia berdiri dan berkata pada Bibi Molly.“Bibi, aku ingin keluar jalan-jalan.”“Biar aku temani Nona.”“Tidak usah, Bibi. Aku hanya berjalan-jalan di halaman.”“Oh baiklah.” Bibi Molly hanya memandang punggung Aria yang berjalan keluar dari kamar....Aria baru tahu vila pribadi Dario di pedesaan. Tapi Vila pribadi Dario terletak di bukit yang sedikit jauh pemukiman desa.Halaman vila sangat luas. Di samping vila ada sebuah taman bunga peony. Dia terpesona dengan taman bunga peony
Sudah sebulan Aria tinggal di vila. Dia tidak membuat ulah dan menjalani hari-harinya dengan patuh.Meski dia tinggal di kamar yang sama dengan Dario, pria itu tidak memaksanya untuk melayaninya sesuai dengan kesepakatan di kontrak mereka.Mereka hanya berbagi tempat tidur, Dario tidak menyentuh lebih dari sekedar berpelukan. Keduanya tidak banyak berinteraksi selain makan malam, tidur dan sarapan karena Dario lebih banyak bekerja. Belum lagi dia harus bolak bali vila dan kota teramat jauh.Meski Aria bersikap patuh, dia tidak berusahan mencoba menyenangkan Dario atau berusaha mengambil hatinya. Hubungan mereka tidak hangat, juga tidak dingin.Meskipun begitu Dario tetap merawatnya.Tidak seperti dugaan Aria, Dario tinggal vila setiap hari dan berangkat ke kantor dari vila tanpa peduli harus menempuh perjalanan yang jauh. Setiap kali dia pulang ke vila, Dari akan membawa segala macam barang-barang yang disukai wanita seperti gaun, perhiasan dan lai
Regina tersenyum melihat mereka selalu bertengkar. Seluruh anggota keluarga Clark berkumpul di kamar rawatnya untuk menyambut anggota baru keluarga Clark.Delin dan Aria menggoda bayi di pelukannya, sementara ayah mertuanya duduk santai di sofa mengupas apel.“Apa kamu sudah memikirkan anak untuk bayinya?” Aria bertanya dengan lembut menatap cucunya penuh cinta.Dixon dan Regina saling pandang tersenyum mengalihkan pandangannya pada Dario yang menyendiri di sofa.“Kami belum memikirkannya, tapi bagaimana kalau ayah yang memberi nama?” kata Regina.Dia mendengar dari Dixon ayah mertuanya tidak pernah membesarkan Dixon dan Delin sejak bayi. Dia bahkan tidak memberi mereka nama karena masalah hubungan orang dewasa. Dia bahkan tidak diberi kesempatan untuk menyaksikan pertumbuhan dan memberi nama bayi yang hilang setelah dilahirkan Aria.Suasana menjadi sunyi. Aria tersenyum menatap suaminya lembut.“Sayang, bagaimana menurutmu?”Dario kaku duduk di sofa dan menatap bayi di pelukan Regin
“Aku tahu sayang, aku tahu kamu kuat. Kita harus berjuang demi anak kita.”“Aku tidak memiliki anak lagi ....” Regina mendesis kesakitan meremas kuat tangan Dixon.“Iya, kita tidak akan memiliki anak lagi. Kamu sangat penting bagiku.” Dixon akan menyetujui apa pun yang minta Regina. dia mengusap wajahnya yang berkeringat memberinya kekuatan dan dukungan.Mereka cukup memiliki satu saja. Dia hanya membutuhkan Regina.“Nyonya, ayo dorong lagi. Kepala bayinya mulai kelihatan ....” Dokter yang menangani persalinan Regina memberitahu mereka.Dixon gembira dan mencium pipi istrinya.“Sayang, kamu dengar itu? Bayi kita akan segera keluar. Aku akan menemanimu di sini, ayo berjuang sayang dan mendengar tangisan bayi kita,” Dixon memberi istrinya semangat sambil melap keringat di wajahnya.“Nyonya Regina, mari ambil napas dalam-dalam sekarang. Bernapaslah, hembuskan dan dorong ,...” Dokter membimbingnya.Regina menarik napas dalam-dalam mengumpul tenaganya yang tersisa. Kehadiran Dixon di sisin
Delapan bulan kemudian, Regina di dorong ke ruang bersalin. Dia akan melahirkan sebelum perkiraan jatuh tempo. Seluruh anggota keluarga Clark sudah menunggu di depan ruang operasi dengan cemas, hanya satu orang yang kurang, yaitu Dixon.Teriakan Regina terdengar dari ruang bersalin hampir setengah jam. Aria berjalan bolak-balik di depan ruang bersalin cemas, sementara Dario menatap istrinya dengan tegang. Kedua pasangan itu sangat cemas. Aria mengkhawatirkan Aria sementara Dario tegang karena memikirkan insiden istrinya melahirkan anak mereka yang ketiga meninggal saat setelah dilahirkan.Dario yang biasa tenang mau tak mau menjadi gugup dan takut. Mereka sangat menantikan bayi lahir di keluarga Clark setelah dua puluhan tahun.“Delin, apa kamu sudah menghubungi Dixon?” Aria bertanya cemas karena belum juga melihat putra datang. Aria berjuang di dalam untuk melahirkan keturunan keluarga Clark, tapi sang suami tidak ada untuk menemaninya.“Tenang, Bu. Aku sudah memberitahu Dixon
Dixon memelototinya dan berkata dengan dingin. “Ibu tidak perlu repot. Aku akan sendiri akan melakukannya.”“Oh benarkah? Apa hatimu tidak sakit?” Delin terlihat tidak percaya.Regina juga menatapnya namun tidak mengatakan apa pun. Namun sorot matanya memiliki arti yang dengan ucapan Delin.“Aku bilang akan mengurusnya. Aku tidak ada hubungan apa pun lagi dengan Freya!” balas Dixon menggertakkan gigi.“Sudah cukup, jangan bertengkar.” Aria melerai pertengkaran putra putrinya.Dia meraih tangan Regina dan bertanya khawatir. “Regina, bagaimana keadaanmu? Apa kamu terluka?” Dia bertanya cemas dan menatap perut Regina.Dia mengingat Georgina mendorong Regina ke lantai. Regina mengandung cucu keluarga Clark dan takut dia mengalami keguguran.“Dixon, cepat bawa istrimu periksa ke dokter!” Aria panik. Bagaimana ini bayi keluarga Clark yang paling dinantikan.“Ibu, jangan khawatir, aku baik-baik saja.” Aria menenangkan ibu mertuanya. Dia tidak merasa perutnya sakit atau berdarah di area bawah
“Hari ini kamu menjambak Regina, aku akan membuat rambut Freya dicukur habis. Kamu menampar Regina, akan menampar Freya ratusan kali. Kamu mendorong dan menendang Regina, aku akan menyuruh sekelompok orang memukul Freya sampai babak belur!” Ini pertama kalinya Aria sangat marah dan sakit hati atas penderitaan Regina karena memiliki ibu berdarah dingin seperti Georgina mengingatkannya pada saat dia di keluarga Crowen.Karena Georgina adalah ibu kandungnya, Regina dipaksa diam oleh keadaan dan tidak bisa melawan Georgina saat ditindas.Raut wajah Georgina berubah pucat dan ketakutan.“Ka ... kamu! Kamu tidak bisa menyakiti Freya!” serunya marah dan panik.Aria tersenyum dingin mendekatinya dengan langkah mengancam.“Aku bisa melakukannya! Aku akan melakukannya sekarang!”Tubuh Aria mungil hingga bisa dibandingkan dengan tubuh Georgina yang tinggi dan montok. Namun Georgina yang gemetar ketakutan mundur.“Aku tidak akan mengganggu Regina lagi! Jadi jangan mengganggu Freya!” Georgina han
Tapi melihat bagaimana Georgina memperlakukan Regina sangat jahat, sikapnya pada Regina berubah dan dia membela kakak iparnya.Georgina mengangkat dagunya angkuh dan tidak takut menghadapi keluarga Clark. dia bukan suaminya yang menjilat keluarga Clark. Dia sudah tidak peduli lagi dengan Harion jika dia menyinggung keluarga Clark. suaminya hanya peduli dengan keluarga Hadley dan menjual putrinya. Dia memiliki simpanan di luar dan anak laki-laki yang dia sembunyikan.Maka dia tidak akan menjaga keluarga Hadley dan tidak takut menyinggung keluarga besannya yang kuat.“Memang begini cara kami mendisiplinkan anak-anak di keluarga Hadley yang berbuat salah. kalian orang luar tidak usah ikut campur!”“Oh, begitu. Terus kenapa kamu tidak membawa Freya ke sini dan mendisiplinkannya dengan cara yang sama karena dia sudah membuat masalah dan mempermalukan Dixon! Kudengar dia dirawat di rumah sakit, aku akan menyeretnya ke sini dan melihat bagaimana kamu akan mendisiplinkannya!” cibir Delin.R
“Aku sudah pernah di posisiku. Aku tidak peduli apa yang terjadi dengan Freya. Dia menjebak suamiku di kamar hotel dan masih ingin aku menyerahkan suamiku padanya? Dialah yang menyebabkan semua ini terjadi. Dia kawin lari dengan pria lain dan menyebabkan keluarga Hadley jatuh. Dia harus menanggung konsekuensinya,” ujarnya tersenyum dingin.“Ibu bahkan jika kamu memaksaku meninggalkan Dixon dan menyerahkan suamiku pada kakakku demi membayar jasa melahirkanku, keluarga Clark tidak akan sudi menikahi Freya.”“Tidak ada gunanya kamu membuat keributan di sini dan mempermalukan keluarga Hadley. Jika ayah mendengar ini, ayah tidak hanya berurusan denganmu, tapi juga Freya.”Georgina menggertakkan gigi tidak bisa membantah ucapan Regina. dia sangat tidak menyukai putri ini dan semakin membencinya karena dia tidak berperasaan pada Freya. Dia tidak pernah memberi keuntungan apa pun pada keluarga Hadley tetapi juga menghancurkan hidup Freya. dia sangat berdarah dingin pada saudara perempuannya
Apa yang terjadi pada Freya sampai Georgina bersikeras agar dia bercerai dengan Dixon dan memberikan suaminya pada kakaknya.“Ibu, kamu konyol dan menggelikan. Kenapa aku harus memberikan suamiku pada kakakku? Bahkan jika aku bercerai, memangnya ibu pikir bisa memaksa Dixon menikahi kakakku?” cibirnya mencela.“Ibu tidak peduli! Kamu harus bercerai dengan Dixon dan membuat Dixon menikahi Freya!” Georgina tetap ngotot.Regina tertawa dan ingin menangis. Hanya ibu kandungnya yang bisa melakukan hal yang paling tak tertahankan dan tidak masuk akal.“Bu, kamu sangat tidak waras dan konyol. Atas dasar apa aku harus memberikan suamiku pada kakakku?!”Georgina mengangkat tanyanya memukul wajah Regina.“Aku yang melahirkanmu dan membesarkanmu! Kamu harus menurutiku! Bahkan jika aku menyuruhmu mati, kamu harus mati!”Regina menggertakkan gigi merasa sangat perih di pipinya. Di banyak penonton, dia tidak bisa membalas Georgina seperti yang dia lakukan pada Freya.Dia mengepalkan tangannya menat
“Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Freya. aku di rumah sakit untuk pemeriksaan!”“Pemeriksaan? Kamu akhirnya punya penyakit?!” Georgina berharap Regina benar-benar punya penyakit dan dicampakkan keluarga Clark agar putri sulungnya bisa menggantikan dia sebagai istri Dixon.Apa itu sesuatu yang dikatakan ibu kandung pada anaknya? Georgina terlalu tak berperasaan.Ekspresi Regina tidak bahagia. Dia tahu ibunya sangat bias dan tidak menyayanginya sebagai ibu kandung. Tapi sebagai ibu kandungnya, dia sangat tidak berperasaan mengharapkan Regina punya penyakit.Setelah lama tidak bertemu dengan ibunya, ketidaksukaan ibunya menjadi lebih parah dan dia terlihat sangat membenci Regina.“Aku tidak akan memberitahumu,” balas Regina dingin tidak ingin membagi momen bahagia kehamilannya dengan ibu kandungnya.Dia meraih map cokelat besar yang ditinggal Aria di atas meja dan ingin meninggalkan kantin menghindari perkelahian dengan Georgina di depan banyak orang.“Siapa yang mengizinkan kamu per