Dia masih ekspresi cemas di wajahnya karena melihat wajah Dario tampak lelah.
“Kenapa wajahnya begitu letih, apa dia bekerja terlalu keras,” gumam Bibi Molly.
“Bibi ingin berbicara dengannya.”
Haris menguap dan berbaring di sofa ruang tamu.
“Bibi jangan khawatir, kembali saja tidur. Besok baru berbicara.”
“Haiss kamu kenapa tidur di sofa, ada banyak kamar yang tersedia.”
Haris melambaikan tangannya menarik selimut di tubuhnya dan memejamkan matanya. Dia sangat mengantuk.
Bibi Molly tidak punya pilihan lain selain kembali tidur set
Sementara itu Dario masuk ke kamar yang ditempati Aria. Lampu di kamar sudah di matikan, hanya menyisakan penerangan minim dari lampu tidur.
Tanpa menyalakan lampu, Dario berjalan mendekati tempat tidur.
Di tempat tidur, terlihat sosok Aria tertidur pulas.
Dario berhenti dan menatap gadis di tempat tidur. Iris obsidiannya menatap dal
Tubuh Aria berubah kaku. Sulit menjelaskan seorang pria di pagi hari. Dia bergerak ingin menjauh namun Dario menariknya ke pelukannya dan berkata dengan malas, “Untuk apa kamu menghindar?” Aria berbalik dengan ekspresi tidak suka. “Tuan Clark, aku sedang hamil. Apa kamu ingin memaksaku melayanimu?” katanya dengan suara dingin dan agak cemas. Dario menatapnya dengan sepasang mata gelapnya agak lama, sedikit termenung melihat wajah tidak sukanya. “Kamu begitu membenciku?” Dia mengulurkan tangannya mengelus wajah Aria lembut. Dia merindukan sifat lemahnya yang seperti kelinci. Aria mengerutkan kening tidak menanggapinya. Namun ekspresi dingin di wajahnya menjelaskan semuanya. Dario menghela napas. Tidak peduli betapa bernafsunya dia, dia tidak suka melakukan hubungan intim dengan gadis yang membencinya. Itu hanya akan menjadi kesenangan satu pihak dan harga diri Dario terluka. Dario mengetuk kening Aria dan menarik
Di ruang makan, bubur ayam, udang sambal pedas, sup iga, salad sayuran tertata di atas meja makan membuat Aria hampir meneteskan air liurnya.“Nona silakan duduk dulu, kita akan menunggu Tuan Muda untuk sarapan bersama.”Aria mengerutkan keningnya dan duduk di meja makan.Tak lama kemudian Dario turun dari lantai dua. Dia sudah rapi dengan setelan kerjanya seperti biasa.Dia memberikan tas kerjanya pada Haris dan menghampiri ruang makan. Dia melirik Aria yang sudah duduk di ruang makan sambil melipat tangannya di depan dada dengan ekspresi bosan.Dia hanya melirik Dario sesaat sebelum membuang muka.Haris menarik kursi di seberang Aria untuk Dario. Dario duduk tanpa sepatah kata pun.“Kenapa kamu tidak menungguku?” Dia berkata menatap Aria. Saat dia selesai mandi, dia tidak melihat Aria di tempat tidur. dia berpikir Aria melarikan diri dan buru-buru berganti pakaian keluar dari kamar.“Untuk apa?&r
Aria berhenti dan berbalik menghadapnya.“Kembali ke kamar. Kenapa, ada masalah?” Dia menatap Dario dengan wajah tanpa ekspresi.Dario terdiam menggertakkan giginya.“Lupakan.” Dario berbalik keluar dengan perasaan dongkol.Aria mengerutkan keningnya.“Dasar aneh,” gumamnya melihat Dario pergi dengan tergesa-gesa.Dario tidak bisa berlama-lama tinggal di vila karena berangkat ke kantor lebih awal karena jarak vila dan kota cukup jauh.Aria berharap Dario tidak sering datang atau tinggal di vila karena tempat yang begitu jauh dari pusat kota. Sangat melelahkan bagi Dario bolak-balik antara vila dan perusahaan yang berjarak cukup jauh.Aria berbalik naik ke kamarnya ingin kembali tidur. begitu menyentuh kasur dia langsung terlelap. Entah mengapa dia sangat mengantuk sekali.Siangnya Bibi Molly datang bersama dokter untuk pemeriksaan kesehatan dan kandungannya, kemudian membawakan makanan
Aria menghela napas memandang keluar jendela. Pikirannya berputar dengan fakta bahwa Dario trauma dengan pernikahan membuatnya agak terkejut.Apa ini salah satu alasan Dario tidak ingin menikahinya?Tapi ... Aria menggelengkan kepalanya dengan ekspresi mengejek.Lalu mengapa dia mengatur pernikahan dengan Hanna jika dia trauma?Mood Aria menjadi jelek. Tidak mood membaca lagi.Dia berdiri dan berkata pada Bibi Molly.“Bibi, aku ingin keluar jalan-jalan.”“Biar aku temani Nona.”“Tidak usah, Bibi. Aku hanya berjalan-jalan di halaman.”“Oh baiklah.” Bibi Molly hanya memandang punggung Aria yang berjalan keluar dari kamar....Aria baru tahu vila pribadi Dario di pedesaan. Tapi Vila pribadi Dario terletak di bukit yang sedikit jauh pemukiman desa.Halaman vila sangat luas. Di samping vila ada sebuah taman bunga peony. Dia terpesona dengan taman bunga peony
Sudah sebulan Aria tinggal di vila. Dia tidak membuat ulah dan menjalani hari-harinya dengan patuh.Meski dia tinggal di kamar yang sama dengan Dario, pria itu tidak memaksanya untuk melayaninya sesuai dengan kesepakatan di kontrak mereka.Mereka hanya berbagi tempat tidur, Dario tidak menyentuh lebih dari sekedar berpelukan. Keduanya tidak banyak berinteraksi selain makan malam, tidur dan sarapan karena Dario lebih banyak bekerja. Belum lagi dia harus bolak bali vila dan kota teramat jauh.Meski Aria bersikap patuh, dia tidak berusahan mencoba menyenangkan Dario atau berusaha mengambil hatinya. Hubungan mereka tidak hangat, juga tidak dingin.Meskipun begitu Dario tetap merawatnya.Tidak seperti dugaan Aria, Dario tinggal vila setiap hari dan berangkat ke kantor dari vila tanpa peduli harus menempuh perjalanan yang jauh. Setiap kali dia pulang ke vila, Dari akan membawa segala macam barang-barang yang disukai wanita seperti gaun, perhiasan dan lai
ario mendesah menariknya erat ke pelukannya. Sambil menggerutu karena penolakan Aria.“Omong-omong, ayahmu akhir-akhir ini mencarimu ke mana-mana dan menanyakanmu pada teman-teman kampusmu. Apa kamu ingin aku mengabarinya tentang kabarmu?”Aria mengerutkan keningnya mendengar ucapan Dario.Stefan mencarinya? Jika di masa lalu Stefan mencarinya, Aria tentu akan bahagia. Tapi sekarang dia tidak merasa bahagia.Ayahnya tidak pernah peduli tentang Aria dan tidak pernah mencarinya bahkan jika Aria tidak pulang selama berminggu-minggu tanpa mengabarinya.Tapi dia sekarang mencarinya? Tentu Aria tahu Stefan memiliki tujuan, yaitu warisan yang ditinggalkan Delia.“Tidak perlu memberi kabar pada ayahku, aku sudah memutuskan hubunganku dengannya,” balas Aria acuh tak cuh tanpa berbalik.Dario meliriknya dan berkata, “Stefan juga ingin membayar biaya perawatan Ramus dan memindahkan adikmu ke rumah sakit lain.”
“Kamu jangan khawatirkan itu. kamu hanya perlu merawat dirimu dan anak kita,” ujar Dario lembut mengelus perut Aria.Aria mengerutkan bibirnya merasa masam mendengar kata ‘anak kita’ dari mulut Dario. Dia tidak membalasnya dan menutup matanya......Dario melakukan perjalan bisnis keluar negeri selama dua minggu. Aria tetap tinggal di vila.Namun dia tidak bisa menahan perasaan rindunya pada adiknya dan kebebasannya karena terlalu lama dikurung di vila.Dia takut Ramus sendirian dan tidak ada orang terdekat yang merawatnya.Dia memohon pada Bibi Molly.“Bibi, aku ingin melihat keadaan adikku. Adikku sendirian dan tidak asa keluarga merawatnya. Aku benar-benar mencemaskannya.” Dia menatap Bibi Emily memelas.Bibi Molly tampak kesulitan.“Nona, tolong jangan mempersulitkan aku. Tanpa izin dari Tuan Muda, kamu tidak ke mana-mana.”“Tapi Dario berada di luar negeri
Bibi Molly juga tersenyum bahagia. Ini adalah berkat. Tuan Muda-nya memiliki dua bayi kembar sebagai anak pertamanya.“Selamat Nona, Tuan Muda pasti senang mendengar berita ini.”Senyum di wajah Aria memudar. Dia kemudian ingat bahwa harus menyerahkan bayinya pada Hanna setelah dia melahirkan.Ekspresi Aria rumit memandang layar USG.Akankah Dario memberikan kedua anaknya pada Hanna?Aria menjadi tidak bahagia. Dia tidak tersenyum sepanjang pemeriksaan kandungan.Setelah keluar dari ruang kandungan, dia berkata pada Bibi Molly.“Bibi adikku di rawat di rumah sakit ini. Aku akan menunggu Bibi di kamar rawat Ramus.”Bibi Molly harus mengurus biaya administrasi. Aria tidak sabar menunggu Bibi Molly dan memilih langsung menjenguk Ramus.“Oke, jangan ke mana-mana, Bibi akan menjemputmu nanti.”’Aria mengangguk dan berbalik meninggalkan Bibi Molly. Dia pergi ke lantai tujuh yang