Selama ada kesempatan bagi Ramus agar bangun dari komanya, Aria rela menerima takdirnya di tangan Dario. dengan kekuasaan dan kekayaan Dario, Ramus akan mendapat perawatan yang lebih baik.
Namun Aria tetap diam dan menundukkan kepalanya, tidak menanggapi Dario.
Melihat Aria tidak menanggapinya, Dario mengerutkan keningnya tidak senang. Namun tidak menegur Aria dan memanggil Haris.
Tak lama kemudian pintu kantor terbuka dan sosok Haris muncul. dia melirik Aria sekilas dan sebelum membungkuk hormat pada Dario.
“Tuan Clark, Anda memanggil saya. Apa Anda ada perintah?”
Dario mengangguk kepalanya menunjuk Aria.
“Apa kamu sudah menyiapkan vila di luar kota?”
“Sudah Tuan.”
“Bawa Aria ke sana, aku masih ada pekerjaan yang harus aku urus,” katanya duduk di kursinya dan memeriksa dokumen yang menumpuk di atas meja kerja. Dia tampaknya benar-benar sibuk.
“Baik Tuan Clark,”
Langit sudah gelap saat Aria pulang ke apartemen.Dia berharap Hanna tidak ada di apartemen saat dia datang.Tapi di luar harapannya, Hanna berada di apartemen.“Aria, kamu dari mana kemarin? Kamu membuatku cemas karena tidak bisa menghubungimu,” ceramah Hanna melihat Aria pulang.Aria memaksakan dirinya untuk tersenyum di depan Hanna.“Kemarin adikku tiba-tiba kritis dan harus dioperasi. Maaf, aku tidak memegang ponsel seharian.”Hanna berpura-pura terkejut.“Adikmu di operasi kenapa kamu tidak memberitahuku kemarin?” dia berkata cemas.Senyum Aria hampir goyah dengan malam sebelumnya. Bagaimana dia bisa memberitahunya saat Hanna sibuk bercinta dengan Dario.Dia merasa jijik tapi tidak bisa membenci Hanna. Itu adalah hak Hanna karena dia adalah pacar dan calon istri Dario, Aria tidak berhak marah.Mengingat dirinya harus menyerahkan anaknya pada Hanna, Aria merasa hatinya seper
Haris menunggu Aria di lantai di parkiran apartemen.Saat melihat Aria keluar sambil membawa koper, dia membantunya membawa koper dan dimasukkan ke bagasi.“Apa ada tempat lagi yang ingin kamu kunjungi?” tanya Haris membuka pintu untuk Aria.Aria memandang gedung apartemen Hanna sambil menghela napas lalu menggelengkan kepalanya.“Tidak ada, ayo pergi.”“Apa kamu tidak mengunjungi keluargamu?” tanya Haris menatap dengan Aria dengan tatapan hati-hati.Wajah Aria berubah dingin dan acuh tak acuh.Dalam hati dia sudah memutuskan semua hubungan dengan Stefan atau pun keluarga Crowen sejak mereka tidak peduli dengan Ramus dan menyembunyikan warisan ibunya.“Tidak perlu. Mereka bukan keluargaku lagi,” balasnya dengan gigi terkatup sebelum masuk ke dalam mobil.Haris melihat wajah dingin Aria dan menghela napas dalam hati. Dia menutup pintu penumpang dan masuk ke dalam
Aria cemberut dan menggerutu, “Bajingan gila itu ....”Namun dia hanya menggerutu dengan suara pelan. Takut Haris akan mendengarnya dan mengadu pada Dario.“Pak Haris, tolong bangunkan aku ketika sudah sampai.”Aria merasa sangat lelah karena seharian ini menguras energinya dan ingin cepat-cepat sampai agar dia bisa tidur di tempat tidur.Haris mengangguk dan memutar musik dengan alunan syahdu agar membantu Aria tidur.Aria memejamkan matanya. Beberapa saat dia tertidur nyenyak.Mobil SUV yang dikendarai Haris melaju tanpa hambatan di jalur jalan tol.Satu jam kemudian mobil akhirnya berhenti di depan vila pribadi Dario.Haris memarkirkan mobil di halaman yang luas.Dia melepas sabuk pengamannya dan berbalik menghadap ke belakang untuk membangunkan Aria.“Aria, kita sudah sampai.” Dia memanggilnya sambil menepuk lututnya dengan pelan.“Hmm ...” Aria berg
Aria mengangguk mengerti dan mengikuti Bibi Molly.“Omong-omong, apakah ....” Aria ragu-rahu menatap Haris.“Dario ada di sini?”Haris menggelengkan kepalanya.“Tuan Clark masih sibuk di kantor dan tidak datang.”Aria menghela napas.Setidaknya dia tidak harus menghadapi Dario untuk saat ini.Setelah makan malam dan perkenalan, Haris tidak kembali ke Capital dan tinggal sebentar di vila untuk beristirahat.Sementara Aria dituntun ke kamarnya untuk beristirahat karena dua sudah melakukan perjalanan jauh.Setelah mengganti pakaiannya dengan tank top. Aria menghempaskan tubuhnya ke kasur.Dia mendesah nyaman merasakan kasurnya sangat empuk. Sudah lama dia tidak menyentuh kasur.Dua hari ini dia tidak bisa tidur dengan nyenyak dengan kejadian baru-baru ini.Begitu menyentuh kasur, Aria langsung tertidur.....Puku dua belas dini hari, Dario datang ke vila
Dia masih ekspresi cemas di wajahnya karena melihat wajah Dario tampak lelah.“Kenapa wajahnya begitu letih, apa dia bekerja terlalu keras,” gumam Bibi Molly.“Bibi ingin berbicara dengannya.”Haris menguap dan berbaring di sofa ruang tamu.“Bibi jangan khawatir, kembali saja tidur. Besok baru berbicara.”“Haiss kamu kenapa tidur di sofa, ada banyak kamar yang tersedia.”Haris melambaikan tangannya menarik selimut di tubuhnya dan memejamkan matanya. Dia sangat mengantuk.Bibi Molly tidak punya pilihan lain selain kembali tidur setSementara itu Dario masuk ke kamar yang ditempati Aria. Lampu di kamar sudah di matikan, hanya menyisakan penerangan minim dari lampu tidur.Tanpa menyalakan lampu, Dario berjalan mendekati tempat tidur.Di tempat tidur, terlihat sosok Aria tertidur pulas.Dario berhenti dan menatap gadis di tempat tidur. Iris obsidiannya menatap dal
Tubuh Aria berubah kaku. Sulit menjelaskan seorang pria di pagi hari. Dia bergerak ingin menjauh namun Dario menariknya ke pelukannya dan berkata dengan malas, “Untuk apa kamu menghindar?” Aria berbalik dengan ekspresi tidak suka. “Tuan Clark, aku sedang hamil. Apa kamu ingin memaksaku melayanimu?” katanya dengan suara dingin dan agak cemas. Dario menatapnya dengan sepasang mata gelapnya agak lama, sedikit termenung melihat wajah tidak sukanya. “Kamu begitu membenciku?” Dia mengulurkan tangannya mengelus wajah Aria lembut. Dia merindukan sifat lemahnya yang seperti kelinci. Aria mengerutkan kening tidak menanggapinya. Namun ekspresi dingin di wajahnya menjelaskan semuanya. Dario menghela napas. Tidak peduli betapa bernafsunya dia, dia tidak suka melakukan hubungan intim dengan gadis yang membencinya. Itu hanya akan menjadi kesenangan satu pihak dan harga diri Dario terluka. Dario mengetuk kening Aria dan menarik
Di ruang makan, bubur ayam, udang sambal pedas, sup iga, salad sayuran tertata di atas meja makan membuat Aria hampir meneteskan air liurnya.“Nona silakan duduk dulu, kita akan menunggu Tuan Muda untuk sarapan bersama.”Aria mengerutkan keningnya dan duduk di meja makan.Tak lama kemudian Dario turun dari lantai dua. Dia sudah rapi dengan setelan kerjanya seperti biasa.Dia memberikan tas kerjanya pada Haris dan menghampiri ruang makan. Dia melirik Aria yang sudah duduk di ruang makan sambil melipat tangannya di depan dada dengan ekspresi bosan.Dia hanya melirik Dario sesaat sebelum membuang muka.Haris menarik kursi di seberang Aria untuk Dario. Dario duduk tanpa sepatah kata pun.“Kenapa kamu tidak menungguku?” Dia berkata menatap Aria. Saat dia selesai mandi, dia tidak melihat Aria di tempat tidur. dia berpikir Aria melarikan diri dan buru-buru berganti pakaian keluar dari kamar.“Untuk apa?&r
Aria berhenti dan berbalik menghadapnya.“Kembali ke kamar. Kenapa, ada masalah?” Dia menatap Dario dengan wajah tanpa ekspresi.Dario terdiam menggertakkan giginya.“Lupakan.” Dario berbalik keluar dengan perasaan dongkol.Aria mengerutkan keningnya.“Dasar aneh,” gumamnya melihat Dario pergi dengan tergesa-gesa.Dario tidak bisa berlama-lama tinggal di vila karena berangkat ke kantor lebih awal karena jarak vila dan kota cukup jauh.Aria berharap Dario tidak sering datang atau tinggal di vila karena tempat yang begitu jauh dari pusat kota. Sangat melelahkan bagi Dario bolak-balik antara vila dan perusahaan yang berjarak cukup jauh.Aria berbalik naik ke kamarnya ingin kembali tidur. begitu menyentuh kasur dia langsung terlelap. Entah mengapa dia sangat mengantuk sekali.Siangnya Bibi Molly datang bersama dokter untuk pemeriksaan kesehatan dan kandungannya, kemudian membawakan makanan