“Kamu tidak bisa memprovokasi aku dengan ini! Apa kamu pikir ibuku sama dengan ibumu yang sudah mati?! Ibuku tidak akan pernah meninggalkan aku!” serunya.Aria tersenyum dingin.“Melissa, manusia juga punya perasaan dan egois. Dengan semua perlakuanmu padanya beberapa hari ini, berapa lama lagi Bibi Emily akan tahan diperlakukan seperti pelayan? Juga ... dia sama egoisnya denganmu.” Aria berjalan menuruni tangga dan berhenti di depan Melissa.Dia berjongkok menyejajarkan tinggi mereka.“Bibi Emily mengemas semua perhiasannya dan milikmu tanpa menyisakannya satu pun untukmu. Dia mengambil semua uang simpanan di rumah ini dan melarikan diri. Meninggalkan tanggung jawab hutang untuk kamu bayar.” Dia tersenyum menatap Melissa.Melissa menatapnya kosong.“Egois bukan? Sama sepertimu juga. Kalian egois dan serakah hanya mementingkan diri sendiri. Bahkan ibu yang paling mencintaimu bisa meninggalkanmu.” Dia kemudian berdiri.“Tapi bukan berarti aku akan membiarkannya pergi dengan mudah. Aku
“Mengapa kamu selalu mendapatkan semua yang kuinginkan! Mengapa! Mengapa! Mengapa! Mengapa ini sangat tidak adil!” Hati Melissa dengan kecemburuan dan merasa sangat tidak adil.“Mengapa hidupmu selalu baik setelah kamu menghancurkan hidupku dan keluarga Crowen! Mengapa kamu tidak menghilang dari dunia ini!” serunya menggertak gigi menatap Aria penuh kebencian dan dendam.Dia dan Aria bersaudara, namun mengapa hidup Aria lebih baik dari dirinya. dia selalu mendapatkan apa yang dia selalu dia inginkan. Mengapa? Mengapa Aria mendapatkan semua itu?Aria menatapnya datar dan merasa lucu dalam hati. Dia dulu selalu iri Melissa hidup dimanjakan oleh Emily dan mendapat cinta ayahnya hingga dewasa. Dia selalu mendapat perlindungi dari orang tuanya. Di masa kecilnya dia hidup lebih baik dari dirinya di dalam keluarga Crowen.Sementara Aria berjuang sendirian setelah ibunya meninggal tanpa ada siapa pun yang mendukungnya. Stefan adalah sosok ayah yang acuh tak acuh membuang anak-anak yang disuka
Namun Jenny bergerak cepat menendang tulang keringnya dan mendorongnya menjauh dari Aria.Melissa sekali terjatuh di lantai. Dia berteriak kesakitan. Air mata mengalir di pipinya. Dia menatap Aria dan Jenny dengan kebencian ekstrem.Aria menatapnya mencibir. Dia membungkuk menatapnya rendah.“Melissa, jangan menyalahkan aku. Jika kamu tidak selalu berencana untuk menyakiti dan menghancurkan aku, aku tidak akan berbalik menyakitimu. Pada awalnya kamu dan ibumu yang memulai semua ini. Semua penghinaan dan perlakuan keji kalian padaku dan Ramus, aku selalu ingat dan membalas dua kali lipat,” desisnya dingin sebelum kemudian tersenyum dan menegakkan tubuhnya.“Lucu bukan melihat kalian berakhir seperti ini? di masa lalu kalian hidup dengan bergelimang harta, makan mewah dan berfoya-foya menjadi gelandangan yang tidak memiliki apa-apa.”“Aku sangat berterima kasih padamu. Berkat kebodohan mengambil alih perusahaan Quin dari Stefan, aku bisa membodohi dan menipumu untuk mengambil perusahaan
Melissa menoleh dengan cepat.“Apa kamu bilang? Kamu memata-mataiku dan keluarga Crowen?!” serunya marah hendak bangkit tapi kemudian meringis kesakitan memeluk tubuhnya.Aria menatapnya acuh tak acuh.“Ya, karena mereka melakukan pekerjaan mereka dengan baik, aku memperkerja mereka kembali untuk melayaniku di rumah ini.”Dia menatap kelima pelayan, “Sekarang, usir wanita itu dari rumah ini.”“Baik Nona,” balas kelima pelayan itu hormat dan berjalan menghampiri Melissa yang terduduk di lantai.Mereka meraih tangannya dan memaksanya berdiri dengan kasar.“Arrggh ... apa yang kalian lakukan! Lepaskan!” Melissa meronta mencoba melepaskan dirinya dari cengkeram dari para pelayan itu.Namun rasa sakit yang dia terima di sekujur tubuhnya dan cengkeraman pelayan menambah rasa sakitnya. Mereka memaksanya berdiri dengan kasar.Melissa meraung marah menunjuk Aria.“Aria Crowen, apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku jalang sialan!”“Mengusirmu seperti yang kamu dan keluarga ini lakukan padaku.”“K
“Bawa dia keluar dari sini.”“Baik Nona!” Para pelayan meraih tubuh Melissa dan tanpa menunda menyeretnya keluar dari tempat itu dengan paksa.“Tidak! Lepaskan aku! Rumah ini adalah milikku!”“Aria Crowen tunggu aku akan membalasmu! Tunggu saja kamu!”Suara Melissa bergema dan terdengar jauh ketika para pelayan membawanya keluar dari ruang tamu.Aria menghela napas dan bersandar di sofa sambil memejamkan matanya.“Apa Anda lelah?” Jenny mendekatinya.“Ya ....”Dan sedikit puas. Dia akhirnya bisa membalaskan dendamnya.“Apa yang harus kita lakukan tentang rumah ini?” Jenny bertanya.Aria membuka mata dan melirik ke samping di mana sebuah foto besar yang berisi keluarga tiga orang, Stefan, Melissa dan Emily.Tidak ada jejak ibunya, Ramus dan dirinya di rumah ini.“Bakar rumah ini.”Jenny terkejut.“Mengapa Anda membakar rumah ini setelah semua upaya yang Anda lakukan untuk mendapatkannya?”Aria berdiri memandang potret keluarga tiga orang itu dan mengambil sebuah vas sebelum melemparkan
“Diam! Kamu sebaiknya tutup mulutmu atau kami akan membunuhmu di sini!” ujar dengan kejam.Dia menyeringai mesum dan mulai merobek gaun yang dikenakan Melissa.Teman-temannya tertawa terbahak-bahak.“Tidak! Lepaskan aku! Tolong!” Melissa menangis dengan putus asa saat mereka memperkosanya dalam mobil.Sementara itu di sisi lain jalan.Sebuah mobil sedang mewah terparkir di pinggir jalan.“Tuan Clark, apa Anda harus melakukan ini?” Haris agak meringis melihat Melissa dipaksa oleh para pria itu.Dario melirik keluar jendela dengan acuh tak acuh.“Itu hal yang pantas yang dia dapatkan. Aria berhati lembut tidak segera menyingkirkannya. Jika dia dibiarkan hidup, dia akan menyakiti Aria dan anak-anakku.”“Anda akan membunuhnya?” kata Haris menelan ludah ngeri.“Tidak, terlalu murah untuknya.” Dario meliriknya dengan senyum miring.“Aku akan membuatnya merasakan hidup di neraka di rumah sakit jiwa.”....Beberapa hari kemudian Aria sangat sibuk mengurus perusahaan Quin. Perusahaan sudah ban
Dia kemudian menatap Jenny.“Kumpulkan semua bukti-bukti korupsi mereka dan serahkan mereka ke polisi. Mereka harus mengembalikan kerugian yang mereka sebabkan. Aku tidak ingin mereka ada perusahaanku.” “Baik Nona,” balas Jenny dengan hormat.Aria mendesah dan memegang kepalanya yang tiba-tiba pening. Kepalanya jadi berkunang-kunang.“Ugh ....” Aria meringis memegang kepalanya yang pening.“Nona Anda baik-baik saja? Perlukah saya bawa Anda ke rumah sakit? Wajah Anda terlihat pucat.” Jenny menghampirinya dan bertanya cemas.“Aku baik-baik saja. Jangan khawatir aku hanya sakit kepala.” Aria menggelengkan kepalanya menolak saran Jenny.“Bagaimana Anda bisa terlihat baik-baik saja dengan wajah sepucat itu? Anda tidak pernah beristirahat atau pun makan dengan baik selama beberapa hari ini. Saya sangat cemas jika Anda sampai pingsan.”Aria hanya terkekeh masam.“Aku baik-baik saja sungguh.”“Nona Anda harus berhenti dan beristirahat sejenak,” bujuk Jenny.Aria tetap menggelengkan kepalanya
Aria menoleh melihat Dario sudah berdiri di sebelahnya dan memijat keningnya dengan lembut. Aria merasa nyaman dan tanpa sadar memejamkan kepalanya. Sakit kepalanya perlahan memudar.“Jangan memaksakan diri dan beristirahatlah. Tinggalkan dokumen-dokumen itu. Kamu harus makan malam.”Aria menggelengkan kepalanya.“Sebentar lagi. Tinggal sedikit lagi aku akan menyelesaikan— kyaaaa ... apa yang kamu lakukan!” Aria menjerit ketika tubuhnya tiba-tiba terangkat dari kursi.Dia langsung melingkarkan tangannya di leher Dario dan memelototi pria itu.Dario menggendongnya dengan gaya bride style. Dia menatapnya tersenyum ringan.“Kamu keras kepala.”“Apa yang kamu lakukan turunkan aku!”Dario tidak mendengarkannya membawanya menuju sofa dan mendudukkan Aria.Aria mencoba bangkit namun Dario menahan tetap duduk.“Jangan keras kepala, kamu butuh istirahat dan makan.”“Aku tahu, aku bisa makan sambil tetap memeriksa dokumen. Minggir, aku sebentar lagi akan menyelesaikan berkas-berkas itu dan pula