Dario menatap Delin yang menangis dalam pelukannya sebelum mengalihkan pandangannya pada Aria.“Delin hanya anak-anak. Mana dia mengerti tentang kata-kata itu. Delin tidak siap memiliki adik, bisakah kamu memberinya pengertian dan bukan menyalahkannya. Dia juga terpengaruh dengan sikapmu yang seperti ini mengabaikan segalanya padahal kamu masih memiliki si kembar ....” ujar Dario dengan nada lirih pada kalimat terakhirnya.Sejak kehilangan bayi mereka, Aria seperti mengabaikan segalanya dan terpuruk.“Aku tahu kamu terluka. Aku juga terluka, tapi anak kita sudah pergi. Kita masih memiliki si kembar, kumohon Aria ikhlaskan ... jangan sampai kamu menyakiti anak-anak kita yang lain,” lanjutnya menatap anak-anaknya.Delin menangis dalam pelukannya, sementara Dixon bersembunyi di belakang Bibi pengasuh, tampak ketakutan melihat Aria yang mengamuk dan marah hampir menyakiti Delin.Aria terdiam tidak bisa membalasnya. Dia mengepalkannya di atas selimut dan menatap anak-anaknya.Delin masih m
Mereka belum bertemu selama delapan bulan. Namun kondisi Aria tidak bisa diabaikan, dia takut kejadian hari ini akan terulang jika anak-anak ada di dekat Aria.“Delin, Ibu masih sakit. Papa harus merawat ibu, Delin anak pintar dan patuh, ikut Nenek Mira saja ya,” ujarnya membujuk putrinya.Namun gadis kecil itu menggelengkan kepala dengan mata berkaca tampak akan menangis lagi.“Papa juga tidak sayang Delin lagi seperti Ibu?” isaknya lirih.“Delin bukan seperti itu. sudah jangan nangis. Dixon saja tidak nangis ....” bujuk Dario menghapus air mata yang mengalir pipi putri kecilnya.Bukannya berhenti, air mata gadis kecil mengalir semakin deras.“Delin mau sama Papa. Delin kangen Papa ....” tangisnya memeluk leher Dario takut papanya akan menyerahkannya pada Nenek Mira dan meninggalkannya.“Delin ....” Dario kesulitan membujuk Delin.Hanya Dixon yang terlihat biasa dan tidak merengek seperti adiknya.“Dario bagaimana kalau kamu ikut saja?” kata Mira menawarkan setelah melihat Delin tet
Dia membungkuk menatap putrinya sambil mengusap pipinya yang basah oleh air mata.“Delin, pergilah bersama Nenek Mira dan tunggu Papa, okey?”Wajah Gadis itu cemberut.“Papa akan menyusul dan pergi bersama kalian,” lanjutnya mencium kening putrinya.“Janji?” Delin mengulurkan jari kelingkingnya yang mungil.Dari tersenyum mengaitkan kelingkingnya.“Papa janji.” Dia kemudian menatap Mira.“Maaf merepotkanmu Bibi.”Mira tersenyum ramah membalasnya.“Kami akan menunggumu di tempat parkir,” ujarnya lalu menunduk menatap Delin sambil mengulurkan tangannya satunya yang tidak menggenggam tangan Dixon.“Ayo pergi Delin ....”Delin meraih tangan Mira dan mengikuti neneknya pergi meninggalkan tempat itu.Dario memandang punggung mereka sampai menghilang di koridor rumah sakit sebelum berbalik masuk ke dalam kamar rawat VIP Aria.Dia menutup pintu di belakangnya dan melihat ke arah rampat tidur pasien.Aria masih berbaring dengan punggung menghadap pintu. Selimut jatuh di bawah ranjang memperlih
Dario mencoba tetap tenang meski dia tahu tujuan Joseph memanggilnya hari ini bukan untuk pembicaraan yang menyenangkan.Mira menatap suaminya dan Dario dengan pandangan bertanya hingga dia menyuruhnya dan anak-anak pergi.“Apa yang akan kalian bicarakan?” Dia bertanya dengan penasaran.Joseph menatap istrinya dengan kening berkerut.“Hanya pembicaraan biasa. Ada yang perlu kami bahas tentang Aria dan hubungan mereka.”Mira terlihat cemas mengingat suaminya sangat tidak suka Aria menjalin hubungan dengan Dario. Dia takut Joseph menekan Dario untuk mengakhiri hubungannya dengan Aria.“Sayang jangan terlalu keras pada Dario. Dia dan Aria masih memiliki anak-anak,” ujarnya dengan hati-hati pada suaminya mengisyaratkan jika Joseph ingin memisahkan hubungan Aria dan Dario, anak-anak mereka yang akan menderita.Kerutan di dahi Joseph semakin dalam.“Aku tahu. Karena itu kami akan membicarakannya. Pergilah dan bawa-bawa anak-anak untuk mengganti pakaian mereka sebelum makan siang,” ujar Jose
Dario mengerutkan keningnya tidak menemukan kata-kata Joseph berkaitan dengan dirinya. dia menatap Joseph dengan hati-hati.“Luar biasa dan sangat besar. Aku tidak pernah melihat rumah bak istana ini semewah ini yang dihuni sebuah keluarga. Bahkan istana kerajaan tidak bisa dibandingkan. Aku tidak percaya rumah ini hanya dihuni oleh sebuah keluarga pengusaha alih-alih keluarga kerajaan.”Joseph tersenyum.“Keluarga Garrett memang sangat kaya sejak beberapa generasi dan memiliki status yang bergengsi di Meksiko dan beberapa negara.”Dario mendengarnya dengan kening berkerut. Dia tahu tentang latar keluarga Garrett, yang tidak dia mengerti mengapa Joseph membahas ini padanya.Joseph melirik Dario.“Ada banyak orang ingin menikah ke keluarga Garrett dan melakukan segala cara untuk menikahi anggota keluarga kami karena tergiur dengan kekayaan dan pengaruh keluarga Garrett.”“Namun keluarga kami kebanyakan adalah anak-anak laki. Keluarga kami hanya memiliki satu anak perempuan setelah bebe
Wajah Dario memucat, tubuhnya menegang. Dia mengepalkan tangannya tidak bisa membalas kata-kata Joseph yang 100% mendekati kebenaran dan perasaan bersalah di hatinya atas semua yang di alami Aria memuncak. Namun dia tidak ingin melepaskan Aria mau pun anak-anak mereka. Dia mencintai keluarga kecilnya.“Aku ....”Joseph mengangkat tangannya memotong ucapan Dario.“Aku tidak ingin mendengar pembelaanmu. Kondisi Aria tidak membaik, kupikir sudah saatnya kamu mengakhiri hubunganmu dengan Aria sebelum hubungan kalian semakin dalam. Kami akan merawat Aria dan si kembar mulai sekarang, dan kamu harus meninggalkan Capital sekarang.” Dia meliriknya dengan dingin.Tubuh Dario menegang sesaat. Dia menenangkan dirinya sebelum melirik Joseph dari ujung mata dengan ekspresi tenang.“Aku minta maaf, tapi aku tidak bisa meninggalkan calon istriku dan anak-anakku.” Dia menatap Joseph dengan tatapan lurus.Raut wajah Joseph berubah menjadi semakin dingin dan atmosfer di sekitarnya menjadi berat.“Apa k
“Apa kamu pikir Ayah tidak bisa melihat bahwa kamu sebenarnya menyukai Aria?” Dia menatapnya tajam.“Umurmu sudah 33 tahun namun kamu masih belum menikah dan selalu menolak wanita yang diperkenalkan ibumu.”Seth membuang muka.“Aku mencintai Aria atau tidak, tidak ada hubungannya dengan Aria. Ayahnya sebaiknya kamu berhenti menekan Dario untuk memutuskan mereka. Ini bukan hanya demi kepentingan Aria, tapi si kembar yang masih membutuhkan ayah mereka.”Seth bukan ingin membela Dario, tapi melihat sendiri bagaimana Aria mencintai Dario dan bertahan saat pria itu masih koma. Memisahkan mereka hanya menyebabkan masalah lebih lanjut dan lebih penting akan berpengaruh pada psikologi anak-anak.Joseph mendengus.“Bukankah kamu sudah cukup untuk jadi ayah mereka? Yang merawat Aria dan si kembar selama tujuh tahun adalah kamu, dan kamu lebih mengenal mereka lebih dari siapa pun bahkan ayah kandung mereka sekali pun. Ayah akan lebih tenang jika Aria bersamamu, daripada dia membuat pilihan yang
Aria langsung mengangkat kepalanya dengan mata membelalak.Dario tersenyum getir, dia menunduk mencium punggung tangan Aria.“Aku sadar tidak bisa membahagiakanmu dan hanya membuatmu menderita. Aku ikhlas melepaskanmu.”Aria meraih wajahnya dan membuatnya mendongkak agar menatapnya.Air mata mengalir di pipinya saat dia menggelengkan kepalanya.“Tidak. Aku tidak mau berpisah denganmu. Aku ....” Dia berhenti sejenak sebelum berkata lirih.“Akulah yang salah. Aku begitu keras kepala ikut denganmu ke Meksiko. Aku gagal menjadi ibu dan istri untukmu. Aku tidak memberimu kebahagiaan menjadi ayah sekali lagi,” isaknya lirih.Setelah kehilangan bayinya, Aria menyalahkan dirinya terus menerus dalam hatinya karena sebagai ibu dia tidak bisa menyelamatkan bayinya. Dia tidak bisa keluar dari keterpurukannya itu dan menyalahkan dirinya karena tidak bisa memberikan anak pada Dario dan membuatnya merasakan menjadi ayah untuk kedua kalinya setelah sekian tahun terpisah dari si kembar.Aria merasa ga