Hai jumpa lagi dengan author. Gimana kabar my reader?semoga sehat selalu😘 bulan ini author bakal daily up. Yuk suport author dengan ngasih gems dan coment ya😘🥰
Aria mengalihkan pandangannya pada Delin.Anak itu melihat ke samping, tidak mau menatap Aria.“Delin, jelaskan pada Ibu, apa kamu yang memukul Jessica?”Delin tidak mau menjawab.Aria berjongkok dan meraih lengannya.“Delin ....”Delin tiba-tiba meringis dan ingin menarik tangannya dari genggaman Aria.Mata Aria menyipit. Dia dengan cepat menggulung lengan kemeja sekolah Delin.Hatinya tercubit melihat memar ungu gelap memenuhi tangan putih Delin. Ini tidak terlihat seperti anak-anak yang mencubitnya, melainkan orang dewasa.“Delin, siapa yang melakukan ini padamu?”“Mengapa kamu pakai tanya segala?! Jelas dong anakmu memukul anakku!” Ibu Jessica berseru kesal karena diabaikan.“Lihat bagaimana dia memukul anakku! Aku ingin anak itu minta maaf dan dikeluarkan di sekolah. Jika tidak, aku akan menuntut kalian karena tindak kekerasan! Suamiku bekerja pemilik firma hukum. Aku akan memastikan kalian menderita konsekuensi melukai anakku!”“Ibu Jessica, tolong tenang. Kita bisa selesaikan i
Jessica tiba-tiba berhenti menangis dan ketakutan. Tapi tidak berani maju untuk membela ibunya.“Apa yang kamu lakukan?!” Ibu Jessica agak ketakutan melihat tindakan tiba-tiba Aria.Dia mencoba melepaskan cengkeraman Aria dengan marah, namun Aria semakin mengencangkan cengkeramnya di kerah baju Ibu Jessica hingga membuatnya merasa tercekik.Aria terlatih bela diri beberapa tahun yang lalu hingga tenaganya lebih baik dari kebanyakan wanita biasa.Ibu Jessica hanya seorang ibu rumah tangga yang dimanjakan tidak bisa melawan tenaga Aria.“Apa kamu gila? Lepaskan aku! Apa kamu mau membunuhku!” serunya terbata-bata dan panik meminta bantuan wali kelas.“Ibu guru, mengapa kamu diam saja! Jauhkan wanita gila ini dariku!”“No-nona Garrett, kita bisa membicarakan ini baik-baik. Tidak perlu pakai kekerasan ....” guru terbata-bata dan mencoba memisahkan mereka.“Diam!” desis Aria menatapnya tajam sebelum mengalihkan pandangannya pada Ibu Jessica.“Aku mengenal anakku dengan baik. Delin bukan ana
“Memberimu pelajaran.” Setelah mengatakan itu dia mendorong Ibu Jessica dengan cepat dan ke sebuah ruangan terbuka di belakangnya.“Kyaaa!” Ibu Jessica berteriak ketika tubuhnya di dorong tiba-tiba dan jatuh ke lantai yang basah. “Nona Garrett!” Wali kelas berlari hendak menghentikan Aria masuk ke bilik kamar mandi.Namun Aria sudah menutup pintu dengan cepat dan mengunci pintu dari dalam.Tiba-tiba terdengar jeritan dari Ibu Jessica, suara pukulan, makian dan cipratan air yang sangat bising.Jessica menangis mendengar teriakan ibunya.Bibi pengasuh dengan cepat menutupi telinga Delin dan menutupi pandangannya.“Bibi lepaskan. Apa yang dilakukan Ibu?” Delin menggerutu sambil menatap Bibi pengasuh dengan tatapan penasaran.“Tidak apa-apa. Ibu sedang bermain air dengan Ibu Jessica.” Bibi berbohong menenangkan Delin.Terdengar rentetan teriakan lain bercampur tangisan histeris menyebar ke seluruh ruang guru.Wali guru mencoba membuka pintu, tapi tetap saja dia tidak bisa membuka pintu k
Aria berjalan melewati wali kelas dan menghampiri Delin yang tengah di peluk Bibi pengasuh.Delin berkedip menatap ibunya sebelum menundukkan kepalanya tanpa mengucapkan sepatah kata.Aria menghela napas dan berkata lembut.“Bibi tolong pergi ke apotek untuk membeli salep.”Bibi pengasuh mengangguk dan meninggalkan ruang guru untuk membeli salep sesuai dengan permintaan Aria.Aria mengalihkan pandangannya pada wali kelas yang tengah membantu Ibu Jessica berdiri di kamar mandi.“Guru, aku minta cuti untuk membawa Delin dan Dixon pulang. Apa Anda keberatan?” Dia menatap datar wali kelas dan Ibu Jessica yang masih terisak. Dia memelototi Aria dengan marah dan sedikit rasa takut di matanya.Aria mengabaikannya.“O-oh oke! Ya silakan.” Wali kelas terbata-bata menyetujui permintaannya.Aria berbalik menatap putrinya dan mengulurkan tangannya pada Delin.“Ayo pergi.”Delin membuang muka dan keluar tanpa menggandeng tangan Aria.Dia keluar lebih dulu dengan ekspresi cemberut.Aria menghela n
“Ibu ... Delin ingin bertemu dengan Papa,” bisiknya dengan suara parau.“Delin tidak mau jadi anak haram. Delin mau Ibu dan Papa tinggal bersama, huhuhu ....”Aria memejamkan matanya memeluk tubuh putrinya erat tidak bisa menjawab permintaannya.Dia mencium rambut Delin dengan penuh rasa sakit dan perasaan bersalah.Maafkan Ibu, Nak. Maafkan keegoisan Ibu.“Siapa yang mengatakan Delin anak haram.”Seth entah sejak kapan mendengar percakapan mereka dan muncul di belakang Aria bersama Dixon.Aria melepaskan pelukannya dari tubuh Delin dan berbalik menghadap Seth. Dixon di sebelahnya menggenggam erat tangan Seth. Wajahnya tak kalah dingin dengan sang paman.Delin menghapus air matanya dan mengeluh pada pamannya.“Jessica! Delin benci dia. Dia menghina Delin anak haram dan anak buangan!” serunya mengadu dengan penuh emosi dan pandangan sedih matanya.Seth mengerutkan keningnya menatap Aria.Aria menggelengkan kepalanya tidak berdaya.Seth melepaskan genggaman tangannya dari Dixon dan mera
Seth dan Dixon langsung menatapnya terkejut.Delin berhenti menangis dan mendongak menatap ibunya dengan matanya yang basah dan memerah.“Benarkah? Ibu tidak berbohong, kan?”Aria tersenyum enggan dan mengulurkan tangannya pada Delin.“Tentu buat apa ibu bohong sama Delin. Ayo berdiri dan berhenti menangis,” ujarnya enggan tapi di permukaan dia tersenyum membujuk pada Delin.Wajah Delin bersinar. Dia dengan cepat meraih tangan ibunya dan berdiri.“Kapan Delin akan bertemu dengan Papa?” Dia menatap Aria dengan penuh harap.Aria menghindari tatapan putrinya dan membungkuk untuk membersihkan debu di rok Delin.“Ibu akan berbicara dengan papamu dan mengatur jadwal. Papa adalah orang yang sibuk. Kita tidak boleh mengganggunya di waktu kerja,” kata Aria.“Ibu sudah berjanji! Ibu tidak boleh bohong!” Delin melompat-lompat sambil meraih tangan Aria gembira.Aria tersenyum paksa dan mengalihkan pandangannya dari wajah gembira putrinya.“Ayo pulang. Dixon apa kamu akan ikut ibu pulang atau teta
“Nona Aria, apa kabar?” Dia menyapa Aria dengan sopan.“Haris apa yang kamu lakukan di sini?” desis Aria mengerutkan keningnya kemudian mengintip ke sisi penumpang dan melihat sosok pria lain keluar.“Papa!” seru Delin berbinar melepaskan tangannya dari genggam Aria dan berlari menuju Dario.Dario tersenyum tipis dan merentangkan tangannya sambil membungkuk untuk menyambut Delin dalam pelukannya.Delin melompat ke pelukannya dan memeluk lehernya erat.“Papa! Delin kangen!”“Papa juga kangen Delin ....” Dario berdiri tegak dengan Delin di pelukannya dan mengacak-acak poni rambut gadis kecilnya dengan penuh sayang.Dixon di sisi lain mengerutkan keningnya dengan ekspresi dingin. Genggam tangannya di tangan Aria mengencang menatap pria yang sangat mirip dengannya.“Apa Papa ke sini untuk menjemput Delin?” tanya gadis kecil itu antusias.Dario tersenyum kecil dan mengangguk.“Keren, akhirnya Delin punya Papa bisa menjemput Delin. Teman-teman Delin tidak akan mengejek Delin tidak punya Pap
“Delin, ibu hanya mengizinkan kamu bertemu Papa, bukan pulang bersama kita,” kata Aria mencoba tersenyum namun diam-diam menatap Dario tajam seolah mengisyaratkannya untuk menolak permintaan Delin.Dario berpura-pura tidak melihat.“Kalau begitu Delin akan pulang bersama Papa.”“Delin ....” Aria terlihat tidak senang.“Ibu sudah berjanji!” Delin mulai terlihat merajuk.“Benar, kami tidak bertemu selama beberapa hari. Hari ini aku ingin menghabiskan waktu bersama anak-anak, apa kamu keberatan?” kata Dario tersenyum miring menatap Aria.Aria menggertakkan giginya menatap Dario kesal. Dia tidak tenang meninggalkan putrinya bersama Dario.Delin menatapnya memohon dan penuh harap membuatnya tidak bisa menolak.Dario tersenyum kemenangan melihat Aria tidak bisa menolak lalu mengalihkan pandangannya pada putranya.“Dixon apa kamu ingin ikut bersama Papa?” Dia menatap putranya dengan penuh harap.Dixon menatapnya dengan ekspresi jijik.“Tidak mau! Aku lebih baik bersama Ibu,” ketusnya menolak
Regina tersenyum melihat mereka selalu bertengkar. Seluruh anggota keluarga Clark berkumpul di kamar rawatnya untuk menyambut anggota baru keluarga Clark.Delin dan Aria menggoda bayi di pelukannya, sementara ayah mertuanya duduk santai di sofa mengupas apel.“Apa kamu sudah memikirkan anak untuk bayinya?” Aria bertanya dengan lembut menatap cucunya penuh cinta.Dixon dan Regina saling pandang tersenyum mengalihkan pandangannya pada Dario yang menyendiri di sofa.“Kami belum memikirkannya, tapi bagaimana kalau ayah yang memberi nama?” kata Regina.Dia mendengar dari Dixon ayah mertuanya tidak pernah membesarkan Dixon dan Delin sejak bayi. Dia bahkan tidak memberi mereka nama karena masalah hubungan orang dewasa. Dia bahkan tidak diberi kesempatan untuk menyaksikan pertumbuhan dan memberi nama bayi yang hilang setelah dilahirkan Aria.Suasana menjadi sunyi. Aria tersenyum menatap suaminya lembut.“Sayang, bagaimana menurutmu?”Dario kaku duduk di sofa dan menatap bayi di pelukan Regin
“Aku tahu sayang, aku tahu kamu kuat. Kita harus berjuang demi anak kita.”“Aku tidak memiliki anak lagi ....” Regina mendesis kesakitan meremas kuat tangan Dixon.“Iya, kita tidak akan memiliki anak lagi. Kamu sangat penting bagiku.” Dixon akan menyetujui apa pun yang minta Regina. dia mengusap wajahnya yang berkeringat memberinya kekuatan dan dukungan.Mereka cukup memiliki satu saja. Dia hanya membutuhkan Regina.“Nyonya, ayo dorong lagi. Kepala bayinya mulai kelihatan ....” Dokter yang menangani persalinan Regina memberitahu mereka.Dixon gembira dan mencium pipi istrinya.“Sayang, kamu dengar itu? Bayi kita akan segera keluar. Aku akan menemanimu di sini, ayo berjuang sayang dan mendengar tangisan bayi kita,” Dixon memberi istrinya semangat sambil melap keringat di wajahnya.“Nyonya Regina, mari ambil napas dalam-dalam sekarang. Bernapaslah, hembuskan dan dorong ,...” Dokter membimbingnya.Regina menarik napas dalam-dalam mengumpul tenaganya yang tersisa. Kehadiran Dixon di sisin
Delapan bulan kemudian, Regina di dorong ke ruang bersalin. Dia akan melahirkan sebelum perkiraan jatuh tempo. Seluruh anggota keluarga Clark sudah menunggu di depan ruang operasi dengan cemas, hanya satu orang yang kurang, yaitu Dixon.Teriakan Regina terdengar dari ruang bersalin hampir setengah jam. Aria berjalan bolak-balik di depan ruang bersalin cemas, sementara Dario menatap istrinya dengan tegang. Kedua pasangan itu sangat cemas. Aria mengkhawatirkan Aria sementara Dario tegang karena memikirkan insiden istrinya melahirkan anak mereka yang ketiga meninggal saat setelah dilahirkan.Dario yang biasa tenang mau tak mau menjadi gugup dan takut. Mereka sangat menantikan bayi lahir di keluarga Clark setelah dua puluhan tahun.“Delin, apa kamu sudah menghubungi Dixon?” Aria bertanya cemas karena belum juga melihat putra datang. Aria berjuang di dalam untuk melahirkan keturunan keluarga Clark, tapi sang suami tidak ada untuk menemaninya.“Tenang, Bu. Aku sudah memberitahu Dixon
Dixon memelototinya dan berkata dengan dingin. “Ibu tidak perlu repot. Aku akan sendiri akan melakukannya.”“Oh benarkah? Apa hatimu tidak sakit?” Delin terlihat tidak percaya.Regina juga menatapnya namun tidak mengatakan apa pun. Namun sorot matanya memiliki arti yang dengan ucapan Delin.“Aku bilang akan mengurusnya. Aku tidak ada hubungan apa pun lagi dengan Freya!” balas Dixon menggertakkan gigi.“Sudah cukup, jangan bertengkar.” Aria melerai pertengkaran putra putrinya.Dia meraih tangan Regina dan bertanya khawatir. “Regina, bagaimana keadaanmu? Apa kamu terluka?” Dia bertanya cemas dan menatap perut Regina.Dia mengingat Georgina mendorong Regina ke lantai. Regina mengandung cucu keluarga Clark dan takut dia mengalami keguguran.“Dixon, cepat bawa istrimu periksa ke dokter!” Aria panik. Bagaimana ini bayi keluarga Clark yang paling dinantikan.“Ibu, jangan khawatir, aku baik-baik saja.” Aria menenangkan ibu mertuanya. Dia tidak merasa perutnya sakit atau berdarah di area bawah
“Hari ini kamu menjambak Regina, aku akan membuat rambut Freya dicukur habis. Kamu menampar Regina, akan menampar Freya ratusan kali. Kamu mendorong dan menendang Regina, aku akan menyuruh sekelompok orang memukul Freya sampai babak belur!” Ini pertama kalinya Aria sangat marah dan sakit hati atas penderitaan Regina karena memiliki ibu berdarah dingin seperti Georgina mengingatkannya pada saat dia di keluarga Crowen.Karena Georgina adalah ibu kandungnya, Regina dipaksa diam oleh keadaan dan tidak bisa melawan Georgina saat ditindas.Raut wajah Georgina berubah pucat dan ketakutan.“Ka ... kamu! Kamu tidak bisa menyakiti Freya!” serunya marah dan panik.Aria tersenyum dingin mendekatinya dengan langkah mengancam.“Aku bisa melakukannya! Aku akan melakukannya sekarang!”Tubuh Aria mungil hingga bisa dibandingkan dengan tubuh Georgina yang tinggi dan montok. Namun Georgina yang gemetar ketakutan mundur.“Aku tidak akan mengganggu Regina lagi! Jadi jangan mengganggu Freya!” Georgina han
Tapi melihat bagaimana Georgina memperlakukan Regina sangat jahat, sikapnya pada Regina berubah dan dia membela kakak iparnya.Georgina mengangkat dagunya angkuh dan tidak takut menghadapi keluarga Clark. dia bukan suaminya yang menjilat keluarga Clark. Dia sudah tidak peduli lagi dengan Harion jika dia menyinggung keluarga Clark. suaminya hanya peduli dengan keluarga Hadley dan menjual putrinya. Dia memiliki simpanan di luar dan anak laki-laki yang dia sembunyikan.Maka dia tidak akan menjaga keluarga Hadley dan tidak takut menyinggung keluarga besannya yang kuat.“Memang begini cara kami mendisiplinkan anak-anak di keluarga Hadley yang berbuat salah. kalian orang luar tidak usah ikut campur!”“Oh, begitu. Terus kenapa kamu tidak membawa Freya ke sini dan mendisiplinkannya dengan cara yang sama karena dia sudah membuat masalah dan mempermalukan Dixon! Kudengar dia dirawat di rumah sakit, aku akan menyeretnya ke sini dan melihat bagaimana kamu akan mendisiplinkannya!” cibir Delin.R
“Aku sudah pernah di posisiku. Aku tidak peduli apa yang terjadi dengan Freya. Dia menjebak suamiku di kamar hotel dan masih ingin aku menyerahkan suamiku padanya? Dialah yang menyebabkan semua ini terjadi. Dia kawin lari dengan pria lain dan menyebabkan keluarga Hadley jatuh. Dia harus menanggung konsekuensinya,” ujarnya tersenyum dingin.“Ibu bahkan jika kamu memaksaku meninggalkan Dixon dan menyerahkan suamiku pada kakakku demi membayar jasa melahirkanku, keluarga Clark tidak akan sudi menikahi Freya.”“Tidak ada gunanya kamu membuat keributan di sini dan mempermalukan keluarga Hadley. Jika ayah mendengar ini, ayah tidak hanya berurusan denganmu, tapi juga Freya.”Georgina menggertakkan gigi tidak bisa membantah ucapan Regina. dia sangat tidak menyukai putri ini dan semakin membencinya karena dia tidak berperasaan pada Freya. Dia tidak pernah memberi keuntungan apa pun pada keluarga Hadley tetapi juga menghancurkan hidup Freya. dia sangat berdarah dingin pada saudara perempuannya
Apa yang terjadi pada Freya sampai Georgina bersikeras agar dia bercerai dengan Dixon dan memberikan suaminya pada kakaknya.“Ibu, kamu konyol dan menggelikan. Kenapa aku harus memberikan suamiku pada kakakku? Bahkan jika aku bercerai, memangnya ibu pikir bisa memaksa Dixon menikahi kakakku?” cibirnya mencela.“Ibu tidak peduli! Kamu harus bercerai dengan Dixon dan membuat Dixon menikahi Freya!” Georgina tetap ngotot.Regina tertawa dan ingin menangis. Hanya ibu kandungnya yang bisa melakukan hal yang paling tak tertahankan dan tidak masuk akal.“Bu, kamu sangat tidak waras dan konyol. Atas dasar apa aku harus memberikan suamiku pada kakakku?!”Georgina mengangkat tanyanya memukul wajah Regina.“Aku yang melahirkanmu dan membesarkanmu! Kamu harus menurutiku! Bahkan jika aku menyuruhmu mati, kamu harus mati!”Regina menggertakkan gigi merasa sangat perih di pipinya. Di banyak penonton, dia tidak bisa membalas Georgina seperti yang dia lakukan pada Freya.Dia mengepalkan tangannya menat
“Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Freya. aku di rumah sakit untuk pemeriksaan!”“Pemeriksaan? Kamu akhirnya punya penyakit?!” Georgina berharap Regina benar-benar punya penyakit dan dicampakkan keluarga Clark agar putri sulungnya bisa menggantikan dia sebagai istri Dixon.Apa itu sesuatu yang dikatakan ibu kandung pada anaknya? Georgina terlalu tak berperasaan.Ekspresi Regina tidak bahagia. Dia tahu ibunya sangat bias dan tidak menyayanginya sebagai ibu kandung. Tapi sebagai ibu kandungnya, dia sangat tidak berperasaan mengharapkan Regina punya penyakit.Setelah lama tidak bertemu dengan ibunya, ketidaksukaan ibunya menjadi lebih parah dan dia terlihat sangat membenci Regina.“Aku tidak akan memberitahumu,” balas Regina dingin tidak ingin membagi momen bahagia kehamilannya dengan ibu kandungnya.Dia meraih map cokelat besar yang ditinggal Aria di atas meja dan ingin meninggalkan kantin menghindari perkelahian dengan Georgina di depan banyak orang.“Siapa yang mengizinkan kamu per