Dia mengusap wajahnya frustrasi dan sedih.Drrtt ... drrtt ... drrtt ...Ponselnya tiba-tiba berdering menandakan panggilan masukAria langsung menoleh melirik ponselnya. Matanya berubah cerah melihat nama Dario muncul di layar ponselnya.Dia buru-buru mengangkat ponselnya.“Halo, Dario kamu di mana—”“Dario,“Aria ....” Suara Dario terdengar mabuk dan serak.Di sekitarnya tampak bising oleh musik di DJ.Aria tersentak dan berdiri.“Kamu di mana? Jangan bilang kamu minum?!” tanyanya menuntut dan cemas.“Mengapa kamu peduli?” balasnya acuh tak acuh.“Karena aku calon istrimu dan kekasihmu!” Aria berseru tidak sabar.“Lalu kenapa kamu tidak berdiskusi denganku saat kamu minta bantuan pada keluarga Garrett-mu yang kaya raya.” Suara Dario terdengar menggerutu dan pahit.“Sayang, menurutmu aku tidak mampu? Karena itu kamu tidak percaya dengan kemampuanku? Bagaimana aku harus menghadapi keluargamu saat aku berhutang $100 miliar pada mereka. Aku tidak bisa memberikanmu apa-apa.” Suara Dario
Di sebuah bar, seorang pria terus menatap ponselnya yang berdering tanpa berniat mengangkatnya.Dia memutar gelas vodka di tangannya tanpa ekspresi. Wajahnya sedikit merah menandakan alkohol sudah mempengaruhinya.Layar ponselnya terus berkelip-kelip dan berdering. Namun Dario tidak segera mengangkatnya.Beberapa saat kemudian ponsel itu berhenti berdering. Dario melirik melihat layar ponselnya menjadi hitam.Aria berhenti menghubunginya.Dario mengusap rambutnya agak kesal. Dia tidak ingin bicara dengan Aria, namun merindukan wanita itu. Dia merasa enggan pulang.Apa yang dilakukan Aria cukup melukai harga dirinya.Dario menegak habis vodka di gelasnya lalu melirik layar ponselnya. Ponselnya hening, tidak ada panggilan masuk lagi dari Aria.Dia menyalakan layar ponselnya, jarinya tanpa sadar menelepon balik panggilan tak terjawab dari nomor Aria.Dia berdecak, sebelum Dario mematikan panggilannya telepon sudah dijawab duluan.“Halo, Dario kamu di mana—““Aria ....” Dario mendesah mem
Sayangku.Hanna langsung mengakhiri panggilan telepon Aria tanpa basa-basi“Apa yang kamu lakukan!” Dario merebut kembali ponselnya dan marah melihat panggilan teleponnya dengan Aria terputus.“Siapa yang menyuruhmu mematikan teleponku?!” desisnya dingin.Hanna terlihat tidak takut dan tersenyum manis duduk di sebelahnya. Dia mengulurkan tangannya menyentuh pipi Dario.Namun Dario menepis tangannya kasar tanpa menatapnya. Dan mengisi gelasnya dengan vodka dan menegaknya sampai habis. Dia tidak berniat menelepon Aria kembali hanya menatap ponselnya dengan ekspresi kosong, mengabaikan keberadaan Hanna.Hanna tidak tersinggung. Dia memutar kursinya menghadap Dario sambil menyilangkan kakinya di atas pahanya. Rok gaun merahnya tersingkap mememarkan pahanya yang terbuka nan mulus.“Kamu terlihat frustrasi. Apa karena masalah Garrett Group yang membayar hutang perusahaanmu?”Dario tidak menanggapinya dan menegak habis gelas vodkanya acuh tak acuh seolah tidak menganggap keberadaannya.“Aku
Hanna mendekatinya hingga tubuh mereka saling menempel. Dia mengulurkan tangannya meraba lengah berotot Dario dan berbisik di telinganya dengan menggoda.“Dario, kamu tahu aku bisa menghiburmu dan membuatmu melupakan kekecewaanmu ....” Dia dengan sengaja meniup tengkuk Dario dan mengulurkan tangannya meraba dada bidangnya.Dario tampak larut dalam pikiran mabuknya tidak menyadari apa yang dilakukan Hanna.Hanna menjadi lebih berani menyadarkan kepalanya di atas lengan Dario mesra. Tangannya menyusuk ke dalam kemejanya terbuka meraba-raba dada bidangnya yang berotot di balik kemejanya. Dia mengagumi ototnya yang keras dan mengingat mereka pernah berhubungan intim jauh sebelum Dario berselingkuh dengan Aria.Hanna menjadi lebih berani melihat Dario tidak menepisnya. Dia mengecup rahang pria itu dan berbisik sensual.“Dario, aku sangat merindukanmu kamu tahu. Aku tidak pernah melupakan saat-saat kita pernah bersama.”“Dasar wanita jalang!”Tiba-tiba dari belakang seseorang menarik rambut
Dia sudah memperingatkan Hanna untuk menjauh dari Dario. namun wanita masih saja gatal mendekati kekasihnya. Aria tidak peduli dengan persahabatan masa lalunya dengan Hanna dan bergegas menerobos kerumunan orang yang menarik liar di lantai dansa.Dia semakin mempercepat langkahnya dengan penuh amarah saat melihat Hanna meraba-raba tubuh Dario dan mengecup rahangnya dengan menggoda.Tiba di belakang mereka. Dia menarik rambut Hanna kasar dan menariknya menjauh dari Dario.“Dasar wanita jalang!”“Arrgghh ... siapa!” Hanna menjerit kesakitan dan menahan tangan orang yang menjambak rambutnya turun dari tempat duduknya agar tidak terjatuh ke lantai.Dia menoleh dengan tatapan maut melihat siapa yang menjambak rambut.“Aria, apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!” Dia menggeram marah memelototi Aria dan menarik kerah bajunya kasar.“Lepaskan sialan!” Dia mencoba melepaskan cengkeraman Aria dari rambutnya.Aria balik memelototinya marah.“Aku yang seharusnya bertanya, apa kamu lakukan pada Dar
Dario bangkit dengan cepat dan mencengkeram sikut Hanna mencegahnya menyerang Aria. “Apa yang kau lakukan?” Dia mengambil botol vodka dari tangan Hanna sebelum membantingnya ke lantai membuatnya suara bising mengagetkan semua orang yang menonton hal itu.Dario menatap Hanna tajam.“Jangan pernah menyentuh wanitaku.” Dia menghempaskan tangan Hanna membuat wanita itu terhuyung mundur menabrak kursi bar.“Dario Clark, benarinya kamu!” Hanna menunjuknya dengan telunjuknya marah sambil menggertak gigi menahan perih pecahan beling yang mengenai kakinya.Dario tidak peduli dengannya. Dia mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang untuk membayar minumannya sebelum mengalihkan pandangannya pada Aria yang masih terduduk di lantai.Aria terpaku menatapnya.Wajah Dario acuh tak acuh. Namun dia membungkuk dan mengangkat Aria dalam gendongannya dengan gaya bride style.“Aku sudah bilang padamu untuk tidak datang,” desisnya dengan suram.Aria menatapnya dengan ekspresi sedih.“Aku
Aria bangun kesiangan dan tidak menemukan Dario di tempat tidur. dia mengerjap menatap ke sekeliling kamar yang kosong. Dia tidak menemukan keberadaan Dario.Aria mengusap kepalanya lalu melirik jam digital di samping meja samping tempat tidur.Dia terperanjat melihat sudah pukul delapan pagi. Aria panik turun dari tempat tidur dan mengikat rambutnya.Begitu kakinya menginjak lantai dan berdiri, dia langsung terjatuh terduduk di lantai.Aria meringis kesakitan meraba pergelangan kakinya yang terkilir. Air mata mengalir di pipinya. Dia lupa kakinya terluka.Dia mengusap pergelangan kakinya dan menunggu selama beberapa menit sampai nyeri di kakinya hilang. Dia mengambil kruk di samping tempat tidur sebelum kemudian berdiri dan berjalan dengan tertatih-tatih dengan bantuan 1 kruk kanan meninggalkan kamarnya. Turun dari lantai dua sungguh menyiksanya.“Bibi!” Panggil Aria tiba di ruang tamu melihat asisten rumah tangga sedang bersih-bersih di ruang tamu.“Ya, Nyonya?” Asisten rumah tangga
Hanna menatap penuh kebencian Aria yang berada di jalur tabrakannya. Dia menginjak pedal gasnya dengan kecepatan tinggi.Mata Aria melebar terpaku melihat mobil dengan kecepatan tinggi melaju ke arahnya. Dia tidak akan bisa menghindar ketika mobil menabrak tubuhnya. Dia memejamkan matanya takut. Hal terakhirnya yang dia ingat adalah raungan putus asa Dario.“Aria!”Dario memeluk Aria dari belakang ingin menariknya menjauh namun terlambat mobil sedan itu menabrak tubuh keduanya. Tubuh mereka terpanting menabrak kaca depan mobil sedan sebelum jatuh berguling-guling di halaman tempat parkir yang keras.“Nona Aria!”“Tuan Clark!”Aria mengerjap-ngerjapkan matanya masih setengah sadar. Dia meringis merasakan seluruh tubuhnya seperti diremukkan. Dengan susah payah dia mencoba bangun.Tiba-tiba terdengar suara merintih kesakitan. Aria tersadar dia berbaring di atas tubuh Dario dan mendongak dengan panik melihat wajah berdarah Dario dalam visinya.“Da ... Dario ....” tubuhnya bergetar.Dario