Share

06. Panggilan Kesayangan

Suasana di ruang makan terbilang sangat kondusif. Terkesan sedikit dingin sebenarnya.

Tidak ada obrolan apalagi candaan, karena semua orang yang ada di sana hanya fokus pada piring dan sendok di depan mereka. 

Bunyi dentingan sendok garpu yang beradu dengan piring keramik, menjadi satu-satunya pertanda bahwa mereka yang ada di sana bukanlah patung, melainkan manusia bernyawa.

Sebagai bintang utama hari itu, Abigail dan Gama terus saja menjadi pusat perhatian. Seperti saat ini, tindakan Gama yang memotong daging hingga berukuran lebih kecil sebelum diberikan pada Abby, membuat mereka semua yang ada di sana tersenyum dalam diam.

Tidak semua yang tersenyum sebenarnya, karena ada beberapa orang yang justru memandang tindakan Gama sebagai sebuah pemandangan memuakan. 

“Kontrol ekspresimu agar mereka tidak curiga.” Suara seorang wanita, membuat Alicia yang tengah menatap sengit interaksi Gama dan Abby terkejut. 

Sadar telah melakukan kesalahan, Alicia bergegas mengubah raut wajahnya. “Maafkan aku, Ibu.” 

Wanita paruh baya itu menanggapi permintaan maaf sang putri dengan tatapan sengit. 

....

Acara makan siang kala itu selesai tanpa hambatan. Ya, karena memang Gerald Evans merupakan seseorang yang menganggap meja makan sebagai tempat sakral, sehingga keributan walau hanya sekedar obrolan tidak diizinkan berlangsung di meja makan.

Takut akan merusak acara makan adalah alasan kenapa tidak ada suara lain selain dentingan sendok dan garpu di meja makan Kastel Evans 

“Selamat atas pernikahan kalian.” 

Abigail yang tengah memandang deretan bunga di taman samping Kastel Evans, sedikit terlonjak mendengar suara wanita dari balik punggungnya. 

Senyum tipis tersemat di bibirnya, begitu berbalik dan mendapati kehadiran Alicia sebagai orang yang berbicara tadi. “Terima kasih, Nona ....” 

“Alicia.” Wanita muda bergaun putih itu menyebut namanya sendiri. “Aku Alicia. Kau bisa memanggilku Alic, tapi jangan Cia, karena itu panggilan kesayangan dari Kak Gama untukku.” 

Alicia mengakhiri kalimat terakhirnya dengan kekehan kecil. Kekehan yang lebih terdengar seperti provokasi terang-terangan di telinga Abby.

Abigail menyebutnya provokasi karena seolah telah melakukan kesalahan–padalah bukan seolah dan benar melakukan kesalahan, Alicia menutup mulutnya dengan sebelah tangan, lalu menatap Abby dengan raut penyesalan yang tampak jelas. “Aa, maafkan aku. Tidak ada maksud apa pun dalam ucapanku tadi. Tolong jangan dianggap serius. Aku hanya ... Ya, tidak ingin mengubah apa yang telah ada sejak dulu? Bisa dikatakan seperti itu.” 

Abigail yang semula terdiam dengan tatapan terus tertuju pada Alicia, perlahan tertawa. Tawa kecil yang berhasil mengundang perhatian beberapa orang. 

Abby melambaikan tangannya di depan Alicia. “Kau terlalu khawatir ... Aku tidak apa-apa, sungguh.” Abigail menghela nafas, guna meredam tawa. “Aku tidak masalah dengan panggilan khusus. Panggilan tetaplah hanya panggilan.” 

Abigail melipat kedua tangannya di depan dada. “Lagi pula, seperti apa pun panggilan yang Gama berikan tidak akan mengubah fakta bahwa dia suamiku dan kau sepupunya. Posisi kita berbeda, sangat aneh jika aku keberatan dengan kedekatan sepasang sepupu.” 

Alicia terdiam. Wanita cantik itu benar-benar kehilangan kata-kata sekarang. Dia tidak menyangka Abby akan merespons seperti itu. Maksudnya .., bagaimana mungkin sesantai itu?! 

Abigail tersenyum lebar. “Oh iya sepupu .., apakah kau tahu panggilan seperti apa yang Gama inginkan? Selama beberapa hari ini, aku mencari beberapa referensi nama panggilan kesayangan untuk suamiku, tapi belum juga menemukan. Berhubung kau membahasnya, aku rasa sebuah saran dari sepupu yang sangat dekat dengannya akan sangat baik. Mengingat, kau juga memiliki panggilan khusus dengan suamiku.” 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status