Saat kecil Ana selalu mengagumi rumah besar gedongan milik pak lurah yang terlihat sangat nyaman dan asri, dia selalu berharap jika suatu saat bisa tinggal di rumah seperti itu, dia tidka perlu lagi repot saat hujan turun karena tidak mungkin rumah semewah itu akan bocor ataupun dia tak perlu harus menggigil ketakutan saat gelagar petir bersahutan saat neneknya tak bisa memeluknya.
Ternyata Tuhan memang sangat baik hati, setelah dewasa dengan kerja kerasnya Ana bisa membangun rumah seperti itu dan juga sekarang dia juga tinggal di rumah yang lebih mirip istana, dengan berbagai fasilitas yang dimilikinya. Tapi hatinya tetap saja terasa hampa, tidak ada kebahagian seperti yang pernah dipikirkannya dulu.Andai tahu seperti ini dia akan lebih spesifik dalam berdo’a pada Tuhan, dia akan minta punya rumah mewah, suami yang sangat mencintainya, dan juga karir yang bersinar terang.Akan tetapi Ana tahu kalau hidup memang tak lepas dari ujian, ujian hidup yang k“Bisakah sekarang kita bicara secara dewasa,” kata Raffael. Ana tahu sebuah pernikahan bukan hanya tentang sepasang buku nikah saja, ada kesakralan dan tanggung jawab yang besar di dalamnya dan sebagai seorang istri dia juga tahu apa hak dan kewajibanya pada suaminya, Neneknya sudah memberikan nasehat yang panjang lebar terkait hal itu sebelum menikah atau saat berkunjung ke rumah neneknya kemarin. Pernikahan yang dia jalani bersama Raffael memang bukan pernikahan yang normal, tapi tetap saja Ana sadar kalau dia salah menyembunyikan kehamilannya ini dari Raffael, yang notabene ayah kandung bayi ini, Ana hanya merasa takut dan belum siap untuk mengatakan semuanya, tapi dengan kejadian ini dia tidak akan bisa mengelak lagi. Ana yang sedang meringkuk di ujung terjauh ranjang dari Raffael perlahan mengangkat kepalanya, tangannya masih setia memeluk perutnya, seolah jika dia tidak melakukan itu Raffael akan menyakiti bayi dalam kandungannya. Melihat Ana ya
“Aku mengajukan Resti yang mengikuti audisi ini, karena pimpinan theater minta aku mengirimkan aktrisku yang lain, dia memang tidak sebaik dirimu tapi aku yakin dia akan mendapatkan salah satu peran di sana.” Kata Adam saat Ana menghubunginya dan ingin mengatakan apa yang terjadi sore ini. “Syukurlah menurutku dia sangat berbakat dan beberapa hari yang lalu aku juga sempat iseng berduet juga dengannya, dan suaranya sangat bagus, aku yakin jika dia beruntung dia akan mendapatkan pemeran utama, kenapa Mas Adam tidak mendorongnya untuk itu?” tanya Ana. Adam yang dia tahu sangat optimis, dan dia bukan manager pemula yang tidak bisa mengenali bakat artisnya, bahkan Ana saja yang baru beberapa tahun berkecimpung di dunia entertaiment bisa melihatnya dengan jelas. “Yah aku yakin memang dia bisa bersaing dengan peserta yang lain, dengan catatan mereka mengikuti audisi secara fair,” kata Adam terdengar kesal. “Maksudmu Bella? Bukankah undangan itu suda
“Terima kasih, Nak, ibu senang sekali mendengar berita ini,” kata Sandra Alexander. Wanita paruh baya yang masih cantik itu langsung mengajak suaminya untuk datang ke rumah sang anak begitu mendengar berita dari dokter keluarga, karena berita itu juga dia meminta asisten rumah tangganya untuk memasak berbagai makanan dan membeli berbagai keperluan yang diperlukan Ana, sang ibu juga menempatkan satu asisten khusus untuk memenuhi permintaan ngidam Ana nantinya, dia tahu anak laki-lakinya sangat tidak bisa diharapkan. “Maaf ibu saya tidak langsung mengabarkan berita ini, saya-“ “Sttt, sudahlah ibu tidak masalah ibu yakin kamu punya alasan untuk melakukan ini semua, yang terpenting sekarang kamu harus menjaga kandunganmu dengan baik,” kata sang ibu.“Benar, Nak ayah juga sangat berharap kamu tidak terlalu banyak pikiran dan kelelahan, sekarang di dalam perutmu ada anak yang harus kamu perhatikan juga,” kata sang ayah, Ana sedikit terkejut juga kare
Sampai jauh malam Raffael tidak muncul juga di rumahnya, ayah dan ibunya berkali-kali menghubunginya, tapi tetap saja tak ada jawaban dari laki-laki itu, ponselnya mungkin entah tertinggal di mana, atau memang dia yang tidak begitu peduli dengan ponselnya karena sibuk dengan Bella. Kenyataan itu semakin membuat hati Ana berdenyut nyeri, Raffael sama sekali tak menginginkannya, bahkan meski atas nama kedua orang tua yang dia sayangi, laki-laki itu juga tak mau datang, entah apa yang terjadi pada Bella setelah mengikuti audisi itu, karena Ana belum lagi mendapat berita dari Adam. “Apa tidak sebaiknya kita makan dulu, ehm... mungkin Raffael masih terjebak macet, saya sudah sangat lapar,” kata Ana sambil nyengir. Keberadaan bayi ini memberinya privilege tersendiri, dia jadi bisa meminta apa saja, meski Ana tidak akan meminta apapun kalau tak mendesak tentu saja, dia asih punya rasa malu. “Astaga kamu pasti sangat lapar, baiklah kita makan dulu, bi
“Jangan meyimpan semua masalah sendiri, Nak, bicaralah pada orang yang kamu percaya, mungkin mereka memang tidak bisa banyak membantu, tapi setidaknya itu akan membuatmu sedikit lega.” Sang ibu mengikuti Ana yang masuk ke dalam kamarnya, seharusnya wanita paruh baya itu harus pulang karena esok hari harus menemani suaminya ke luar kota untuk bertemu dengan teman-temannya, tapi dengan Raffael yang tidak pulang ke rumah dan malah memilih menghabiskan hari bersama Bella membuat wajah Ana mendung. Sebagai wanita yang juga pernah mengandung, sang ibu tahu bahwa tentu saja dalam keadaan seperti ini dia sangat ingin dukungan dari suaminya, kata-kata perhatian sangat dibutuhkan, tapi jangankan perhatian, Raffael malah pergi dan tak kembali. “Ana baik-baik saja, Bu, hanya sedikit lelah saja,” kata Ana yang tadi dipaksa sang ibu mertua untuk langsung masuk ke dalam kamarnya. Sang ibu menghela napas, tahu sekali Ana hanya sedang menahan perasaannya, tap
Memanfaatkan waktu saat Bella ke kamar mandi dini hari itu, Raffael keluar dari kamar mereka dan berjalan menuju kamar Ana. Bukan karena takut dengan Bella, tapi lebih karena Raffael ingin menghindari drama yang tidak perlu, dia hanya ingin menengok Ana, melihat keadaan wanita yang sedang mengandung darah dagingnya itu, meski dia tahu jam segini Ana pasti sudah tertidur lelap. Hal yang tak terduga membuat Raffael hanya bisa mematung di sisi ranjang Ana, istrinya itu memang sudah tertidur dengan lelapnya dan sang ibu juga ada di sana menemani Ana. Sesayang itukah sang ibu dengan Ana, meski wanita itu adalah orang yang baru saja masuk dalam kehidupan mereka. Hubungan sang ibu dengan Bella memang tidak bisa dibilang tak baik, tapi juga bukan hubungan yang sangat hangat, kesibukan Bella untuk belajar akting dan juga syuting berbagai drama membuat sang istri sama sekali tak memiliki waktu senanggang untuk melakukan hal-hal seperti ngobrol atau belanja bersa
Setelah kejadian itu Ana sama sekali tak bisa tidur, berbagai pemikiran bergelayut di otaknya, memaksa matanya untuk terus terbuka meski tubuhnya lelah luar biasa. Meski begitu pagi ini Ana bangun dengan semangat yang baru, dia harus bahagia demi anak yang ada dalam kandungannya ini. “Kamu sebaiknya kembali ke kamar saja, Ana, biar ibu dan bibi yang memasak,” kata sang ibu mertua saat melihat Ana mengambil bahan-bahan makanan dari dalam kulkas. “Ana baik-baik saja, Bu malah aneh rasanya kalau harus tidur lagi,” kata Ana lembut. Tapi ternyata sang ibu mertua lebih keras kepala dari pada Ana, wanita paruh baya itu memaksa Ana untuk duduk di kursi panjang. “Kamu bisa jadi jurinya kalau nanti masakan kami tidak enak kamu bisa komplain,” kata sang ibu setengah bergurau. “Saya sangat cerewet kalau jadi juri memasak.” “Kecerewetan itu perlu supaya makanannya enak.” Pagi itu dapur yang biasanya hanya berisi obrolan ri
Hari memang masih terlalu sore, tapi entah mengapa sejak tahu dia hamil tubuh Ana mudah sekali lelah, bahkan tak jarang dia langsung tidur lagi setelah membantu bibi membereskan dapur setelah makan siang tadi.Tapi kali ini Ana harus menahan matanya untuk tetap melek lebar karena ada tamu yang tidak diundang datang ke kamarnya. Bella, sang madu tersayang. Itu bukan bentuk sindiran memang nyatanya begitulah perasaan Ana pada Bella. Dia menyayangkan sikap Bella yang sangat keras kepala tidak mau hamil dan mempublikasikan hubungannya dengan Raffael, hanya demi karier yang menurut Ana tidak akan bertahan lama. sangat disayangkan kalau keluarga yang dia miliki harus ditukar dengan karir. Ana bukan menghina kemampuan akting Bella, wanita itu tidak akan masuk nominasi penghargaan tahunan kalau tidak memiliki kualitas yang baik, jujur saja Bella sangat baik dalam teknik aktingnya, mungkin itu hasil didikan sekolah-sekolah akting mahal yang dia ikuti. S