Robert mengerutkan keningnya bingung belum bisa memahami arah pembicaraan istrinya. “Tentu saja tidak, kamu tidak salah sama sekali dan wajar memang karena Raffael sudah menikah dan kita juga semakin tua.”
“Apa yang kamu pikirkan, aku rasa meski sikap Raffael dan Bella tidak baik pada Ana, anak itu bisa mengatasinya aku yakin dia bukan orang yang lemah.”“Bagaimana kalau Ana menyerah?”“Ana meminta cerai dari Raffael? apa kamu yakin dulu Ana yang menjebak Raffael dan membuat mereka akhirnya menikah.”“Entahlah aku tidak yakin soal itu, aku tadi... aku melihat Ana menangis dipelukan managernya, dia berusaha mengejarku untuk menjelaskan tapi aku sudah terlanjur kecewa,” kata Sandra dengan suara lemah dan kembali terisak.“Apa maksudmu Ana berselingkuh?”Sang istri menggeleng dengan muram. “Entahlah aku tidak tahu,” katanya juga biingung. “Aku sangat menyukai Ana, kamu tahu bukan, dia anak yang baiBella terkejut saatmembuka pintu kamar mandi melihat Raffael sedang memegang ponselnya. “Raf, kamu sudah datang kukira kamu akan pulang nanti malam.” “Ada apa papa mengajakmu bertemu?” Bella terdiam, dia harus bisa membuat alasan agar Raffael tidak curiga padanya, bagaimanapun dia tidak ingin Raffael nanti ikut serta menemui ayahnya. Ayo pikir-pikir Bella! Otaknya berputar cepat mencari solusi untuk masalah ini. “Dan kenapa ponselmu tidak bisa aku buka? Kamu mengganti paswordnya?” “Iya, Maaf aku menggantinya, beberapa orang mengetahui tanggal pernikahan mereka, dan aku tidak mau mereka secara tidak sengaja membuka ponselku, kamu tahu sendiri kadang aku terlalu ceroboh. Raffael mengangguk cukup masuk akal memang alasan istrinya. “Baiklah lalu apa passwordnya?” “Memangnya kamu mau apa, Raf, aku sudah lapar, apa tidak bisa nanti saja kamu melihat ponselku.” “Sejak kapan kamu makan malam?”
“Pak Raffael, apa yang bapak lakukan di sini?” Adam baru saja sampai di depan rumahnya dan melihat Raffael sudah berdiri di depan pintu pagarnya dengan wajah keruh, dia tak bisa menebak apa yang diinginkan suami dari orang yang dicintainya itu, tapi apapun itu Adam merasakan firasat buruk. “Di mana Ana?” tanyanya dingin. Adam mengerutkan keningnya, sedikit ingin bermain dengan Raffael. “Bukankah anda yang suaminya kenapa bertanya pada saya, setahu saya anda sudah memboikot seluruh proyek yang melibatkan Ana, jadi sudah tentu saya tidak tahu di mana dia.” “Kamu kira aku percaya, meski aku tak menyukaimu aku tahu bagaimana kemampuanmu,” kata Raffael sinis. Sebagai sesama orang yang berkecimpung di dunia hiburan, tentu dia tahu benar kemampuan satu dengan yang lainnya. “Terima kasih, suatu kehormatan untuk saya menerima pujian itu, apa anda ingin duduk dan minum sebentar?” tanya Adam sopan. “Untuk orang ya
“Aku tidak tahu kamu sebegitu murahannya sampai berpelukan dengan laki-laki lain di depan kantorku.” Ana yang baru saja masuk ke kamarnya setelah menyiapkan baju ganti untuk Raffael, tertegun melihat suaminya itu malah berada di sini dan juga kata pembuka yang luar biasa menyakitkan hati. Sejenak ruangan itu hening, keheningan yang sangat menakutkan, hanya bunyi detak jam dinding yang memenuhi ruangan, dia tidak tahu kalau ibu mertuanya itu akan menceritakan apa yang dia lihat pada Raffael, bukankah dia sudah menceritakan semuanya, apa ibu mertuanya juga tak percaya padanya. Oh Tuhan ternyata tindakan spontannya ini berdampak sangat besar. “Itu hanya kesalahpahaman,” kata Ana pelan, niatnya untuk menutup pintu dia urungkan kembali. Raffael memang suaminya dan mereka sudah sering berada di dalam kamar ini berdua meski hanya dalam konteks “hukuman” tapi Ana cukup terbiasa dengan itu, Raffael memang kasar di awal tapi hanya saat me
“Ibu... apa yang ibu lakukan di sini, ehm maksudku-““Apa ibu tak boleh berkunjung ke rumah anak ibu sendiri dan harus minta ijin padamu?” “Ehm, maaf maksudku bukan begitu,” kata Ana dengan gugup, dia lalu bangkit dari posisi duudknya dan menghampiri sang ib mertua. Pagi ini Ana sedang berdiam diri di atas matras menarik dan menghembuskan napas dengan teratur sesuai dengan arahan instruktur yoga yang pernah dia pelajari. Olah raga ringan yang beberapa waktu ini telah dia lupakan, tapi sekarang sangat dia butuhkan , dia butuh tubuh dan otak yang rileks, rasa bersalah yang dia rasakan pada ibu mertuanya membuat Ana tak tenang, bahkan tadi malam ibu mertuanya itu menolak saat Ana berniat untuk menemaninya di rumah sakit. Ibu Raffael lebih memilih ditemani asistennya itu, membuat Ana tak bisa berbuat banyak dan langsung mengekor saat Raffaelberpamitan pulang. Akan menyenangkan memang kalau mereka berkendara berdua malam itu,
Seperti malam-malam sebelumnya, Raffael lebih memilih menginap di rumah mertuanya bersama Bella, enggan rasanya da bertemu muka dengan Ana, tanpa adanya Bella. Hukuman dari orang tuanya juga belum berakhir, tinggal tiga hari lagi yang menurut Raffael rasnya sangat lama. Berita baiknya lagi asisten ibunya tadi pagi sudah mengabarkan padanya kalau sang ibu sudah keluar dari rumah sakit, meski sekarang berita yang pagi tadi membuatnya senang itu tak memiliki efek yang sama saat ponselnya berdering dan menampilkan nama ibunya. Saat telepon diangkat ibunya tak mengatakan banyak hal hanya, “Pulang sekarang!” dan Raffael tak mungkin membantah kalimat sederhana itu. “Kamu yakin akan pulang, Raf?” tanya Bella setelah Raffael menutup ponselnya padahal baru saja mereka akan melakukan ritual malam yang menyenangkan seperti biasa. “Aku khawatir terjadi sesuatu dengan ibu,” kata Raffael“Bukankah di sana banyak pembantu juga, Ana tak mun
Sepanjang sejaah hidupnya, ayah adalah sosok yang sangat dia idolakan, dia memang menyayangi ibunya dan selalu bisa jadi tempat untuk bermanja-manja, tapi tetap saja ketegasan dan ajaran sang ayah yang banyak meresap masuk dalam ingatannya, dan berhasil mempengaruhi setiap tindak tanduknya. Bahkan dulu waktu masih kecil dengan konyolnya Raffael meminjam baju dan asesoris sang ayah agar bisa seperti ayahnya. Saat ini sosok itu memang masih ada, tapi kekecewaan pada sikap sang ayah membuatnya menjadi curiga apa gerangan maksud pesan yang dikirim ayahnya, melihat sikap sang ayah yang memandang ibunya dengan hangat dan penuh cinta, kecurigaan Raffael kalau ada Affair di antara mereka langsung gugur sudah? Tapi bisa saja ayahnya bahkan melakukan hal yang lebih buruk dari itu, misalkan .... meminta Bella meninggalkannya.Raffael menggelengkan kepalanya, itu juga tak mungkin ayahnya pasti tahu kalau dia sangat mencintai Bella dan tak akan mungkin melakukan hal itu. Dan kesempatan untuk me
Setelah kejadian hari itu Adam sama sekali belum bertemu muka dengan Ana, hanya lewat telepon dan pesan singkat saja. Ana mengatakan ibu mertuanya sudah menerima penjelasan mereka waktu itu dan bebrapa hari ini akan tinggal di rumah Raffael, hal yang membuat Adam bahagia karena suara Ana juga terdengar bersemangat. Dia memang mencinatai Ana, cinta yang belum pernah dia rasakan pada perempuan mana pun, semenjak tumbuh dewasa, tapi dia sadar kalau dia tak bisa dengan semena-mena memaksakan perasaannya. Kali ini mobil yang dia kendarai mengambil jalur kiri, dia akan menyambangi salah satu artisnya yang lain, yang saat ini sedang melakukan syuting drama terbaru. “Wah Mas Adam, ini kejutan!” seru gadis yang belum genap berusia dua puluhan itu, menatap Adam dengan mata berbinar. Resti, gadis lain yang dia temukan memiliki bakat yang luar biasa, apalagi dia juga menguasai beberapa bela diri, dan sinetron laga anak SMA ini sangat cocok untu
Raffael dari tadi gelisah. Dipandangnya tumpukan dokumen yang harus dia tanda tangani itu, kenapa begitu banyak sekali seakan tak ada habisnya, padahal sedari tadi dia sangat ingin menyelesaikan semuanya dan pergi sebentar, tak mungkin juga dia harus meninggalkan semua ini, demi urusan pribadi. “Bapak sudah ditunggu di ruang meeting sekarang,” sekretarisnya memberitahukan jadwalnya setelah ini melalui telepon antar ruangan. “Apa tidak bisa ditunda, saya banyak pekerjaan.” kata Raffael. “Tidak bisa, Pak, Pak Adnan sudah datang.”Dia ingin bertemu dengan Bella kenapa sulit sekali. Himpitan pekerjaan ini hampir saja membuatnya gila, ditatapnya lagi layar ponselnya, ditekannya angka satu sebagai nomer darurat di ponselnya. “Kenapa juga tidak dijawab,” gerutunya kesal. Jika Bella memang sedang syuting biasanya ada asistennya yang menjawab telepon itu, tapi berkali-kali dia coba hubungi tak jua diangkat membu