“Aku tidak tahu kamu sebegitu murahannya sampai berpelukan dengan laki-laki lain di depan kantorku.”
Ana yang baru saja masuk ke kamarnya setelah menyiapkan baju ganti untuk Raffael, tertegun melihat suaminya itu malah berada di sini dan juga kata pembuka yang luar biasa menyakitkan hati.Sejenak ruangan itu hening, keheningan yang sangat menakutkan, hanya bunyi detak jam dinding yang memenuhi ruangan, dia tidak tahu kalau ibu mertuanya itu akan menceritakan apa yang dia lihat pada Raffael, bukankah dia sudah menceritakan semuanya, apa ibu mertuanya juga tak percaya padanya.Oh Tuhan ternyata tindakan spontannya ini berdampak sangat besar.“Itu hanya kesalahpahaman,” kata Ana pelan, niatnya untuk menutup pintu dia urungkan kembali.Raffael memang suaminya dan mereka sudah sering berada di dalam kamar ini berdua meski hanya dalam konteks “hukuman” tapi Ana cukup terbiasa dengan itu, Raffael memang kasar di awal tapi hanya saat me“Ibu... apa yang ibu lakukan di sini, ehm maksudku-““Apa ibu tak boleh berkunjung ke rumah anak ibu sendiri dan harus minta ijin padamu?” “Ehm, maaf maksudku bukan begitu,” kata Ana dengan gugup, dia lalu bangkit dari posisi duudknya dan menghampiri sang ib mertua. Pagi ini Ana sedang berdiam diri di atas matras menarik dan menghembuskan napas dengan teratur sesuai dengan arahan instruktur yoga yang pernah dia pelajari. Olah raga ringan yang beberapa waktu ini telah dia lupakan, tapi sekarang sangat dia butuhkan , dia butuh tubuh dan otak yang rileks, rasa bersalah yang dia rasakan pada ibu mertuanya membuat Ana tak tenang, bahkan tadi malam ibu mertuanya itu menolak saat Ana berniat untuk menemaninya di rumah sakit. Ibu Raffael lebih memilih ditemani asistennya itu, membuat Ana tak bisa berbuat banyak dan langsung mengekor saat Raffaelberpamitan pulang. Akan menyenangkan memang kalau mereka berkendara berdua malam itu,
Seperti malam-malam sebelumnya, Raffael lebih memilih menginap di rumah mertuanya bersama Bella, enggan rasanya da bertemu muka dengan Ana, tanpa adanya Bella. Hukuman dari orang tuanya juga belum berakhir, tinggal tiga hari lagi yang menurut Raffael rasnya sangat lama. Berita baiknya lagi asisten ibunya tadi pagi sudah mengabarkan padanya kalau sang ibu sudah keluar dari rumah sakit, meski sekarang berita yang pagi tadi membuatnya senang itu tak memiliki efek yang sama saat ponselnya berdering dan menampilkan nama ibunya. Saat telepon diangkat ibunya tak mengatakan banyak hal hanya, “Pulang sekarang!” dan Raffael tak mungkin membantah kalimat sederhana itu. “Kamu yakin akan pulang, Raf?” tanya Bella setelah Raffael menutup ponselnya padahal baru saja mereka akan melakukan ritual malam yang menyenangkan seperti biasa. “Aku khawatir terjadi sesuatu dengan ibu,” kata Raffael“Bukankah di sana banyak pembantu juga, Ana tak mun
Sepanjang sejaah hidupnya, ayah adalah sosok yang sangat dia idolakan, dia memang menyayangi ibunya dan selalu bisa jadi tempat untuk bermanja-manja, tapi tetap saja ketegasan dan ajaran sang ayah yang banyak meresap masuk dalam ingatannya, dan berhasil mempengaruhi setiap tindak tanduknya. Bahkan dulu waktu masih kecil dengan konyolnya Raffael meminjam baju dan asesoris sang ayah agar bisa seperti ayahnya. Saat ini sosok itu memang masih ada, tapi kekecewaan pada sikap sang ayah membuatnya menjadi curiga apa gerangan maksud pesan yang dikirim ayahnya, melihat sikap sang ayah yang memandang ibunya dengan hangat dan penuh cinta, kecurigaan Raffael kalau ada Affair di antara mereka langsung gugur sudah? Tapi bisa saja ayahnya bahkan melakukan hal yang lebih buruk dari itu, misalkan .... meminta Bella meninggalkannya.Raffael menggelengkan kepalanya, itu juga tak mungkin ayahnya pasti tahu kalau dia sangat mencintai Bella dan tak akan mungkin melakukan hal itu. Dan kesempatan untuk me
Setelah kejadian hari itu Adam sama sekali belum bertemu muka dengan Ana, hanya lewat telepon dan pesan singkat saja. Ana mengatakan ibu mertuanya sudah menerima penjelasan mereka waktu itu dan bebrapa hari ini akan tinggal di rumah Raffael, hal yang membuat Adam bahagia karena suara Ana juga terdengar bersemangat. Dia memang mencinatai Ana, cinta yang belum pernah dia rasakan pada perempuan mana pun, semenjak tumbuh dewasa, tapi dia sadar kalau dia tak bisa dengan semena-mena memaksakan perasaannya. Kali ini mobil yang dia kendarai mengambil jalur kiri, dia akan menyambangi salah satu artisnya yang lain, yang saat ini sedang melakukan syuting drama terbaru. “Wah Mas Adam, ini kejutan!” seru gadis yang belum genap berusia dua puluhan itu, menatap Adam dengan mata berbinar. Resti, gadis lain yang dia temukan memiliki bakat yang luar biasa, apalagi dia juga menguasai beberapa bela diri, dan sinetron laga anak SMA ini sangat cocok untu
Raffael dari tadi gelisah. Dipandangnya tumpukan dokumen yang harus dia tanda tangani itu, kenapa begitu banyak sekali seakan tak ada habisnya, padahal sedari tadi dia sangat ingin menyelesaikan semuanya dan pergi sebentar, tak mungkin juga dia harus meninggalkan semua ini, demi urusan pribadi. “Bapak sudah ditunggu di ruang meeting sekarang,” sekretarisnya memberitahukan jadwalnya setelah ini melalui telepon antar ruangan. “Apa tidak bisa ditunda, saya banyak pekerjaan.” kata Raffael. “Tidak bisa, Pak, Pak Adnan sudah datang.”Dia ingin bertemu dengan Bella kenapa sulit sekali. Himpitan pekerjaan ini hampir saja membuatnya gila, ditatapnya lagi layar ponselnya, ditekannya angka satu sebagai nomer darurat di ponselnya. “Kenapa juga tidak dijawab,” gerutunya kesal. Jika Bella memang sedang syuting biasanya ada asistennya yang menjawab telepon itu, tapi berkali-kali dia coba hubungi tak jua diangkat membu
Setelah menyelesaikan serangkaian pertemuan penting yang tidak bisa ditunda lagi, Raffael kembali masuk ke dalam ruangannya. “Aku tidak ingin diganggu siapa pun, batalkan semua jadwalku hari ini,” kata Raffael saat melewati meja kerja sekretarisnya. “Tapi, Pak, ada-“ “Apa kata-kataku kurang jelas, bukankah kamu aku bayar untuk itu,” kata Raffael dingin. Hari ini memang bukan hari terbaiknya, mungkin juga tak akan pernah ada hari yang baik sejak dia menikahi Ana. Raffael begitu mengagumi orang di luar sana, bagaimana mereka bisa mendua dan terlihat baik-baik saja, bagaimana mereka bisa membagi hati dengan begitu enaknya? Sedangkan dia yang sudah punya dua istri sama sekali tidak menikmatinya. Raffael tidak pernah bermimpi untuk terperangkap dalam situasi seperti ini, sejak jatuh cinta pada Bella di masa remajanya, dia hanya berpikir untuk bersama Bella sampai akhir hidupnya. Kejadian hari ini juga merupakan rangkaian ketaku
Raffael hari ini tidak akan pulang ke rumahnya, dia harus menemui Bella, dia tak mau ada kesalahpahaman lagi dan membuat hubungan mereka renggang, dia bahkan tak peduli kalau nanti ayah dan ibunya marah padanya, dia hanya ingin memperbaiki hubungannya dengan Bella. Raffael segera melajukan mobilnya ke rumah orang tua Bella, satpam dengan sigap membukakan pintu gerbang untuknya. “Ma, Pa,” sapa Raffael pada orang tua Bella yang sedang bercengkrama di ruang tengah. “Kamu pulang sendiri tidak bersama, Bella?” Raffael mengerutkan keningnya, jadi Bella belum pulang. “Saya dari kantor dan tidak bersama Bella, memangnya dia syuting sampai jam berapa?” “Entahlah dia tidak bilang mungkin sampai malam seperti biasa.” Tidak, Raffael tadi sempat bertanya pada asisten Bella, kapan akan selesai syuting, dia bilang hanya tinggal satu adegan, tak mungkin satu adegan memerlukan waktu sampai semalam ini, apa Bella sengaja menghindarinya.
Raffael tersenyum senang saat ayahnya menghubungi dan mengatakan kalau Bella sudah boleh kembali ke rumahnya, asalkan Raffael bisa berlaku adil pada kedua istrinya, yang tentu saja itu disambut antusias olehnya. Dia tak sabar untuk mengatakan semua ini pada Bella, istrinya itu pasti sangat senang sekali, bagaimanapun di rumah itu Bella lah ratunya, dan ketikan dia kembali semuanya akan kembali seperti sedia kala. Tapi sayang sekretarisnya sudah masuk dan membacakan jadwal kerjanya hari ini yang sangat padat, oh dia tidak lupa dua hari melarikan diri seenaknya, kali ini semua sudah baik-baik saja, dan Raffael harus menahan diri dulu untuk memberi tahukan semuanya pada Bella. “Kamu yakin akan membiarkan mereka bersama lagi, Bella pasti akan membuat Ana stress dan tidak bisa segera hamil.” Sore itu pasangan Alexander senior itu sedang menikmati waktu santai mereka di taman belakang rumah, tak ada yang lebih indah selain duduk bercengkrama bersama orang terkasih di hari senja mereka,