Beranda / Rumah Tangga / Istri Tak Dianggap / Haruskah Aku Bersyukur?

Share

Haruskah Aku Bersyukur?

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-12 10:00:49

“Nyonya Anda tidak boleh bangun dari tempat tidur dulu, anda bisa pendarahan lagi,” cegah seorang suster saat Ana berkeras ingin tahu kondisi ibu mertuanya.

Setelah Raffael memanggil dokter tadi, mereka memang memindahkan sang ibu ke ruangan yang lain untuk ditangani dan Ana tak mungkin bisa tenang tinggal di sini sendiri.

Ana tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri yang telah membuat sang ibu seperti ini.

“Tapi suster, saya juga tak bisa tenang saat mengetahui ibu mertua saya seperti itu,” kata Ana keras kepala.

“Iya tapi kondisi anda dan janin dalam perut anda juga sedang tidak baik-baik saja,” diingatkan seperti itu Ana lalu terdiam, dia tentu saja tidak mau kehilangan bayinya.

“Baiklah, suster, apa bisa saya minta tolong untuk melihat bagaimana kondisi ibu mertua saya sekarang, suami dan ayah mertua saya pasti sangat sibuk dan tak sempat kemari,” kata Ana akhirnya mengalah.

Sang suster mengangguk menyanggupi perm
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Tak Dianggap   Keegoisan Rafael

    “Selamat sore Ana, wah wajahmu tampak mengerikan.” “Memang apa yang diharapkan dari wanita yang sedang sakit?” Laki-laki yang baru saja masuk ruang rawat Ana itu menatap Ana dengan senyum menggoda, tapi wanita itu bukannya tersenyum seperti biasa, dia malah terlihat sangat kesal. “Apa aku tadi menganggumu, kamu terlihat sangat kesal, aku mau menghibur juga rasanya akan hambar dan buang-buang energi saja, padahal aku tadi sudah susah payah mencarikan makanan yang kamu inginkan.” “Aku tidak kesal, memang penampakan wajahku seperti ini,” kata Ana kesal. “Astaga memangnya kamu itu hantu pake kata penampakan segala.” “Bukan, tapi aku bisa menjadi hantu kalau mas Adam terus menggodaku.” “Siapa juga yang menggoda istri orang, memang kamu kira aku laki-laki apaan.” Kini Ana yang tertawa karena berhasil membuat Adam kesal. “Mas Adam laki-laki terbaik yang pernah aku temui,” kata Ana. “Nah sekarang siapa yang menggoda.” “Astaga kenapa mas Adam

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-12
  • Istri Tak Dianggap   Pulang Kemana?

    Ana menatap pintu ruang rawatnya dengan gelisah, semenjak tadi bibi belum juga kembali padahal wanita paruh baya itu berjanji akan kembali lagi ke sini setelah Raffael pergi, yah meski itu dikatakan dengan begitu lirih. “Anda terlihat gelisah, Bu,” kata perawat yang sore ini bertugas mengukur tensi dan suhu tubuhnya. “Saya hanya mengkhawatirkan bibi saya, apa dia tersesat, dari tadi belum kembali juga,” kata Ana. “Rumah sakit ini memang luas, tapi tetap saja banyak orang di sini yang bisa dia tanya.” Ana mengangguk dan membenarkan ucapan sang perawat, tapi tetap saja hatinya cemas, apalagi panggilannya juga tidak diangkat. “Apa perlu saya bantu dengan mengumumkannya?” tawar sang suster. Ana terdiam, usia bibi sudah sangat tua untuk tersesat dan tak bisa kembali, apalagi ruangan ini terlalu mencolok untuk tidak bisa ditemukan. “Tidak perlu, sus, mungkin suster benar saya terlalu khawatir.” Ana terus menco

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-13
  • Istri Tak Dianggap   Tak Boleh

    “Aku lapar.” “Eh?” Raffael menatap Ana dengan pandangan tajam. Setelah pertengkaran dengan sang ibu tadi, Raffael terpaksa mengalah dan malam ini dia akan tidur di rumah ini, tepatnya di kamar dan ranjang yang sama dengan Ana di kamar masa bujangnya yang penuh dengan poster dan juga kaset CD berbagai film, tempat ini memang lebih menyerupai mini theater dari pada kamar tidur. “Sebenarnya aku tadi memanggil ayah juga untuk makan malam, chef di sini sudah membuat banyak masakan tadi,” kata Ana. “Biasanya di kulkas ibu banyak sekali bahan makaan,” kata Raffael. Ana menghela napas, bukankah itu artinya kode kalau laki-laki ini ingin makan masakan buatannya. “Apa tidak ingin melihat dulu masakan yang ada? tadi ada cumi goreng tepung, ayam saus inggris-“ “Apa gunanya kamu di sini kalau chef juga yang memasakkan aku makananan,” kata Raffael dengan datar. Ingin sekali Ana mencibir laki-laki di depannya ini, bilang saja kalau dia merindukan masakannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-13
  • Istri Tak Dianggap   Noda

    Ana menatap Raffael dengan wajah ketakutan, apalagi dia bisa melihat kilat amarah di mata laki-laki itu. Ana bukan tak mengerti apa yang ingin di lakukan Raffaael, mereka memang sering melakukannya dan laki-laki itu sama sekali tak pernah lembut padanya, tapi Ana biasa terima, karena hatinya masih berharap untuk bisa menyenangkan suaminya tapi kali ini berbeda, tak ada harapan lagi untuk Ana meraih hati Raffael. Juga... ada bayi yang masih bergelung dalam rahimnya. Cepat Ana bangkit berdiri, dia harus keluar dari ruangan ini, dia tak mungkin berteriak minta tolong, karena selain ruangan ini kedap suara juga ini di rumah orang tua laki-laki itu, mereka memang sangat menyayangi Ana, tpi statusnya hingga saat ini masih istri sah Raffael. Ana bergerak cepat menuju pintu, tapi ternyata laki-laki tak membiarkannya begitu saja, seperti harimau yang ingin menerkam mangsanya secepat itu pula Raffael bergerak, tahu-tahu sekarang sudah ada di depan Ana.

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-13
  • Istri Tak Dianggap   Titik Akhir

    “Kamu cantik, pintar, baik dan sangat mandiri, aku tidak tahu kenapa kamu bisa berakhir menjadi istri kedua laki-laki yang sama sekali tak mengharapkanmu?” Ana hanya bisa terdiam mendengar perkataan wanita di depannya ini, bukan maunya untuk menjadi wanita kedua, bukan inginnya malam itu terjebak dalam lembah dosa bersama Raffael, meski belakangan baru dia ketahui bahwa Raffael saat itu dalam pengaruh obat. Yah meskipun ini juga salahnya yang sempat terbuai oleh laki-laki yang dicintainya dan juga demi menyelamatkan karirnya. “Maaf,” gumam Ana pelan. Wanita itu menghela napas dengan dalam, wanita yang menurut Ana sangat berbeda dengan yang dia temui di rumah Raffael waktu itu yang diminta oleh ibu mertuanya untuk menjaganya untuk sementara waktu, tapi karena ada pekerjaan yang tidak bisa dihandle yang lain terpaksa dia ditarik kembali ke rumah utama. Mbak Reni, begitulah Ana memanggilnya, wanita yang hanya beberapa tahun lebi

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-14
  • Istri Tak Dianggap   Bisikan Hati

    Ada sedikit rasa bersalah di hati Raffael saat memperlakukan Ana seperti itu, apalagi istrinya itu baru saja keguguran dan masih dalam tahap pemulihan, tapi Raffael berusaha untuk menepis rasa itu. Ana memang pantas mendapatkannya, wanita itu sudah membuatnya terjepit, dan orang tuanya sekarang juga sama sekali tidak menganggap Bella sebagai menantunya, awalnya Raffael hanya berpikir itu hal yang biasa karena Ana bisa memenuhi keinginan orang tuanya, meski Bella sering protes, tapi dia berusaha menenangkan wanita yang dia cintai itu. Akan tetapi lambat laun dia juga merasa orang tuanya sangat tidak adil pada Bella, membuatnya menyalahkan Ana atas hal itu, puncaknya saat Ana keguguran dan Raffael tak bersama wanita itu, ayahnya begitu marah pada Bella yang membuat istrinya itu sedih. Pintu diketuk dengan pelan dan Bella melangkah masuk begitu pintu terbuka, membuat senyum Raffael menggembang.“Sayang kamu di sini, bagaimana syuting hari

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-14
  • Istri Tak Dianggap   Tempat yang Sama

    “Saya kira anda akan datang bersama Anastasya, saya sudah lama tidak ngobrol dengannya,” sapaan tuan rumah di depan pintu masuk itu membuat Raffael dan Bella tak suka, meski sedapat mungkin kemarahan itu mereka sembunyikan dengan senyum menawan yang selalu bertengger di wajah ke duanya. Ada yang retak dan patah di dalam sana, bahkan tak ada orang lain yang tahu, kalau aoi itu mulai tersulut di hati Bella, bukan hanya orang tua Raffael yang mengagungkan wanita itu, tapi juga artis senior ini juga, Bella bahkan tak suka cara sang tuan rumah menyebut nama Ana, apalagi sang istri juga terlihat sangat antusias menanyakan tentang Ana. “Ana sedang tidak enak badan, karena itu saya datang mewakilinya, dia bilang tidak enak kalau tidak datang,” kata Raffael. “Ah, tuan Raffael bisa saja, saya sebenarnya yang tidak enak hati karena mengganggu waktu sibuk tuan, padahal ini hanya acara ulang tahun orang tua seperti saya.” “Saya malah terhormat bisa datan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-14
  • Istri Tak Dianggap   Malam Panjang

    “Bukankah dia laki-laki yang waktu itu minumannya diberi obat perangsang,” kata salah satu pelayan yang kebetulan melihat Raffael menuntun Bella ke dalam ruangan. “Iya benar dan wanita yang dituntun itu yang memberikan obat itu.” “Iya benar, itu artis Isabella tidak salah lagi, dia juga membagi-bagikan uang untuk tutup mulut, padahal laki-laki itu terlihat mencintai Bella, tapi kenapa Bella malah menjebaknya dengan Ana?” yang lain mengajukan tanya, “Entahlah, apa mungkin waktu itu salah sasaran ya?” “Ah mana mungkin, kalau salah sasaran untuk apa kita diberi uang, bukankah waktu itu Bella sendir yang memergoki mereka.” “Ya jelas saja bisa memergoki wong dia yang merencanakan.” “Stt,,,, sepertinya dia mendengar pembicaraan kita, ayo pergi jika tidak ingin mendapat masalah kabarnya laki-laki itu sangat berkuasa.” Para pelayan yang baru saja berkumpul itu langsung membubarkan diri dan pura-pura bekerja seperti biasa.

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-15

Bab terbaru

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Indah pada Waktunya

    “Jangan cepat-cepat jalannya, asistenku sudah mengurus semuanya.” Sofi tidak pernah membayangkan akan berada di posisi ini, jika ada orang yang mengatakan hal ini satu tahun yang lalu Sofi pasti langsung mengatakan orang itu sedang mabuk. Operasi tangannya emang berhasil dengan baik, dia bisa bermain biola lagi dengan baik, beberapa event baik di dalam dan di luar negeri telah dia ikuti, seperti impiannya. Dan bagi Sofi itu sudah cukup, bahkan tidak ada penyesalan di hatinya saat tiga bulan yang lalu dia memutuskan pansiun dini dan hanya akan menerima permintaan bermain biola saat event itu tak jauh dari kediaman mereka. Dia memang memutuskan memberi kesempatan pada dirinya dan Romeo untuk bisa bersama. Laki-laki itu memang telah membuktikan ucapannya, perhatian yang Sofi inginkaan dari sang suami sekarang bukan hanya impian, bahkan Romeo sangat protektif padanya, apalagi sejak sebulan yang lalu Sofi dinyatakan hamil. Laki-laki itu bahkan mekad menyetir dari Bandung setelah syuti

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Kesempatan

    “Kamu apa kabar?” Deg. Rasanya seperti mimpi mereka jalan berdua melintasi pematang sawah dan Romeo berbicara lembut padanya. Ingat ya lembut bukan kasar seperti biasanya dan tanpa senyum sinis yang menghiasi bibirnya. Ah mungkin karena Ara sudah menjelaskan semuanya dan hubungan mereka toh akan berakhir setelah dia menandatangani surat cerai itu. “Ehm ba.. baik.” Sofi merutuki dirinya sendiri kenapa harus gagap sih. Mereka kembali diam menyusuri pematang sawah sambil sesekali Sofi membantu Romeo yang hampir jatuh karena tak biasa berjalan di sawah, sebelum sampai ke rumah orang tua Sofi Romeo mencekap tangan sang istri lalu berkata. “Kita harus bicara.” Inilah saatnya. Sofi mengangguk. “Iya, tapi ibu sudah memanggil, makanlah dulu meski menunya mungkin tak sesuai seleramu.” Sejujurnya Sofi belum siap mendengar kata cerai dari mulut Romeo, dia sudah berusaha menguatkan hati sejak kembali ke rumah orang tuanya tapi saat berhadapan dengan Romeo langsung nyalinya menjadi ciut.

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Kunjungan

    Sudah satu bulan Sofi tinggal di rumah orang tuanya. Kota kecil yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang. Dan Sofi merasa hidupnya lebih tentram dan damai meski rasa rindu pada sosok sang suami yang tak pernah mengharapkannya kian meninggi. Romeo sudah sadar dan sudah kembali beraktifitas. Dari mana Sofi tahu tentu saja mama mertunya yang setiap hari menghubunginya, dan mengatakan kabar Romeo pada Sofi, beliau bukannya tidak meminta Sofi untuk kembali tapi dengan halus Sofi menolak apalagi saat infoteiment mengabarkan kalau Ara sudah ditemukan dan beberapa kali Ara juga terlihat bersama Romeo. Sofi ikut bahagia jika mereka bersama, bukankah itu yang seharusnya terjadi, sejak awal dia hanya orang luar yang sama sekali tidak diharapkan kehadirannya, meski tak bisa dipungkiri hatinya begitu sakit. Dia hanya harus lebih menguatkan hati jika sewaktu-waktu menerima kiriman surat cerai dari Romeo. “Bagaimana persiapan penampilan anak-anak bu Sofi... b

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Pergi

    Hal pertama yang dilihat Sofi saat membuka mata adalah semua putih dan bau tajam obat-obatan menusuk hidungnya. “Kamu sudah sadar, Nak?” Sofi menoleh dan mendapati mama Ara ada di sana, Sofi berusaha bangun tapi saat tak sengaja dia bertumpu pada tangannya dia mengernyit kesakitan. “Hati-hati tanganmu terluka parah.” Sofi ingat tusukan itu dan darah yang merembes keluar, begitu deras bercampur dengan ... darah Romeo. “Romeo bagaimana dia tante?” tanya Sofi begitu ingat kejadian malam itu, Romeo yang tak bergerak meski dia berteriak memanggil namanya. “Dia baik-baik saja kan?” “Tenanglah, dia sudah ditangani dokter, sekarang operasinya masih berlangsung,” kata wanita itu dengan senyum menenangkan. “Dimana?” Mama Ara langsung menggeleng dan menatap luka di tangan Sofi. Sofi mengikuti pandangan itu dan tangannya berdenyut begitu sakit sampai dia menyadari sesuatu... tapi sebelum dia bertanya pintu ruangan terbuka dan beberapa orang berpakaian dokter melangkah masuk. “Apa yang terj

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Awas

    Ternyata ke pesta bersama Romeo tak sehoror yang Sofi bayangkan. Paling tidak laki-laki itu memperlakukannya dengan baik meski Sofi tahu kalau itu hanya pencitraan saja. Yup tentu saja Romeo sang bintang yang tengah bersinar tidak akan sudi kalau nama baiknya akan tercemar lagi, apalagi perusahaan papanya juga pasti terkena dampaknya. “Jangan salah paham aku hanya tidak ingin nama baikku dan keluargaku hancur.” Tuhkan benar dugaan Sofi. Saat ini mereka memang sudah kembali berkendara meninggalkan pesta, dengan Romeo sendiri yang menyetir mobilnya, tanpa didampingi asisten atau bodyguard seperti b iasanya. Hal yang tadi sempat menjadi perdebatan dengan orang tua laki-laki itu di telepon. Sofi baru menyadari kalau menjadi orang kaya itu tidak selalu menyenangkan, bayangkan saja kalau hanya ingin pergi sebentar harus dikawal beberapa orang. Hah! “Aku tahu,” jawab Sofi sambil menunduk menatap kuku jarinya yang entah kenapa jadi lebih menarik. Tak dipungkiri ada sedikit rasa bahag

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Puas

    “Siapkan dirimu untuk menghadiri undangan ini besok.” Sofi menatap kertas undangan mewah yang dilemparkan Romeo padanya, dia baru saja mandi dan akan naik ke tempat tidur saat tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan sosok Romeo masuk tanpa perlu repot-repot mengetuk pintu atau mengucap salam. Untung saja aku tidak sedang ganti baju, batin Sofi. Status mereka memang suami istri tapi Sofi seperti masih berada di kamar kosnya yang dulu, serba tak peduli. “Apa aku harus ikut?” tanya Sofi nekad saar Romeo sudah membalikkan badannya, bukan apa-apa sih dia sangat mau memang untuk mendampingi laki-laki itu ke sebuah pesta, tapi masalahnya Romeo terlihat sangat membencinya, dan terlihat tak sudi bercakap-cakap dengannya bisa mati gaya dia datang terus dicuekin semua orang. “Mama yang minta,” kata Romeo seolah menjelaskan segalanya. “Apa beliau juga datang?” Mata Romeo langsung menyipit curiga membuat Sofi kesal. Segitunya dia hanya memastikan nanti ada orang yang dia kenal. “Aku tidak tah

  • Istri Tak Dianggap   Sesi2: Talak?

    “Kemasi semua barang-barangmu.” Mata Sofi langsung melebar saat mendengar perintah Romeo, dia hanya menatap laki-laki itu dengan pias. Apa lagi salahnya sekarang? Apa Romeo akan menceraikannya sekarang? Padahal baru saja dia berniat mengikuti saran mama mertuanya. “Kenapa? Apa Ara sudah kamu temukan?” tanya Sofi dengan dada bergemuruh kencang. “Bukan urusanmu.” Dan laki-laki itu langsung keluar kamar, Sofi terdiam ditempat benarkah ini akhir dari pernikahan mereka, dan sebentar lagi dia akan menyandang predikat janda. Sofi sudah memegang handle pintu, apa dia harus bercerita pada mama mertuanya? Tapi... Sofi menggeleng pelan, apa enaknya memiliki orang yang jelas-jelas tak mau kita miliki apalagi alasan pernikahan mereka sudah tidak ada lagi jika Ara sudah kembali. Dia bukan Ana yang mau saja menjadi istri kedua meski bukan keinginannya. Sofi menghela napas panjang dan membuka lemari pakaian, mengambil baju-bajunya yang beberapa hari lalu baru saja menjadi penghuni lemari ini d

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Pergi

    “Dimana?” Mata Sofi membulat saar mendengar suara di ujung sana, tentu saja dia mengenali suara Romeo dengan baik, dia tadi sempat tak percaya nomer Romeo yang sudah lama dia simpan tiba-tiba menghubunginya. “Ehm.... ini siapa?” rasa marah membuat Sofi tidak ingin langsung menjawab. “Kamu tahu siapa aku,” kata orang diujung sana. Sofi menghela napas. “Baiklah aku matikan jika bukan hal penting.” Sofi menatap ponselnya, ada godaan untuk menonaktifkan ponselnya, tapi ada juga rasa penasaran kenapa laki-laki itu tiba-tiba mencarinya, apakah dia sedang ada masalah? Ah sial kenapa dia masih peduli padanya? Bukankah Romeo sama sekali tidak menginginkannya, bahkan laki-laki itu juga menghinanya padahal dia hanya berniat membantu. Tak lama ponselnya kembali berdering dan nomer yang sama kembali menghubungi, Sofi hanya menatap layar ponselnya, hatinya masih bimbang lalu meletakkan ponsel itu lagi, tak lama panggilan itu berhenti. Sofi menghela napas panjang dan merebahkan tubuhnya di r

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Kecewa

    Air mata Sofi menetes membasahi pipinya. Bukan hanya karena dagunya yang dicengkeram erat oleh Romeo tapi juga kata-kata kasar penuh hinaan dari laki-laki itu. Sampai kapan dia harus seperti ini. “Sudah aku bilang bukan jangan pedulikan aku, jangan pernah berharap menjadi istriku yang sebenarnya.” Setelah berkata begitu Romeo menyambar kemeja yang tadi malam dia pakai dan memakainya dengan cepat sebelum pergi dari kamar itu tak lupa membanting pintu kamar. Sofi langsung tersenyum begitu pintu kamar dibanting, meski air matanya menetes dengan deras. “Memangnya apa yang kamu harapkan, Sof. Menoleh padamu saja dia tidak sudi,” gumam Sofi.Dengan kasar Sofi mengusap air matanya, dia lalu beranjak dari atas ranjang. Sudah tak ada gunanya di sini. Orang yang ingin dia lindungi malah menuduhnya dengan keji. Sejenak Sofi menatap bayangan wajahnya di dalam cermin dan yang menatap balik di sana hanya wanita menyediihkan dengan mata bengkak dan dagu memerah juga rambut yang awut-awutan

DMCA.com Protection Status