Share

Dia di sini

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-21 13:34:00

Salah satu hal yang disukai Ana saat makan bersama Romeo adalah anak itu akan makan dengan lahap apapun masakan yang dia hidangkan.

Kata Sasi bahkan orang yang sedang tidak doyan makan saja langsung lahap kalau sudah lihat Romeo makan.

“Untung saja kamu suka olahraga jadi kamu tidak gendut,” kata Sasi melongo melihat Romeo yang sudah menghabiskan sepiring nasi.

“Aku kayak mama, meski makan banyak badanku tidak gendut,” kata Romeo sambil nyengir.

“Itu karena tulang belulang mamamu kecil.”

Romeo cemberut, dia masih duduk di taman kanak-kanak, dan belum diajari tentang tulang belulang, jadi dia suka sebal kalau Mbak Sasi suka bicara yang kadang dia tidak mengerti.

“Tulangku juga kecil,” kata Romeo ngeyel.

“Mana ada, kamu itu turunan papamu yang tinggi besar, turunan bule.”

Sasi langsung menutup mulutnya saat tahu dia salah bicara apalagi Ana sudah memandangnya dengan tajam.

“Mbak Sasi kenal papak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Tak Dianggap   Ayah Romeo

    Bagi Ana rasa rindu itu sangat mengerikan, dia menggodanya untuk tahu bagaimana kabar laki-laki yang dia rindukan itu, akan tetapi dia juga takut untuk bertemu dengannya, rasa takut yang membuatnya menjadi trauma. Andai bisa Ana ingin menghilangkan perasaan ini, perasaan yang tak seharusnya ada dan tumbuh dalam hatinya. Hampir satu tahun dia menjadi istri Raffael, semula dia menyangka semuanya akan baik-baik saja meski dia hanya istri kedua, meski rasa bersalah itu selalu menghantuinya, dia memang tak berharap mendapatkan perhatian lebih seperti Bella, tapi dia juga tidak menyangka kalau waktu satu tahun pernikahannya dia lalui seperti neraka, siksaan demi siksaan selalu dia terima, bukan hanya fisik tapi juga batinnya. Dan sekarang laki-laki yang membuatnya menahan rindu itu berdiri di depannya oh... tepatnya memaksa masuk ke dalam ruang pribadinya, membuatnya ketakutan setengah mati, bayang-bayang kelam pemaksaan yang dilakukan Raffael berputar di ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Istri Tak Dianggap   Tak Pernah Berubah

    “Ma...” Ana langsung menoleh saat mendengar suara itu. “Kenapa mama marah pada om Raffael?” tanya Romeo dengan polos, anak itu datang bersama sasi dengan membawa sebuah kantong berlogo minimarket di bawah gedung aparteman ini. Ana memandang putranya dengan gugup, dia selalu mengajari anaknya untuk berlaku sopan pada orang lain, tapi saat ini dia sedang memberi contoh yang sangat tidak pantas untuk putranya. “Romeo dari mana, Sayang?” tanya Ana mengalihkan perhatian anak itu.Romeo menatap mamanya sebentar lalu beralih ke kantong yang dia bawa. “Ini coklat dan puding, om Raffael tadi minta dibelikan makanan,” kata Romeo dengan senyum lebar. Ana mengangkat alisnya, sejak kapan Raffael suka dengan coklat? “Oh, kamu membantu om Raffael membeli ini?” tanya Ana memutuskan untuk mengikuti permainan ini. Romeo mengangguk dan mendekati Raffael yang tersenyum melihat interaksi ibu dan anak itu, dalam hati dia berkata “ An

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Istri Tak Dianggap   Masa Lalu

    Ana mencengkeram troli yang sedang dipegangnya, wajahnya berusaha tersenyum meski hatinya berdebar hebat. Dari sekian banyak hari setelah dia kembali ke kota ini, kenapa Tuhan memilih sekarang dia bertemu dengan mantan ibu mertuanya, ah... mungkin masih menjadi mertuanya mengingat Raffael belum menceraikannya secara resmi. Wanita itu masih tetap sama, tersenyum ramah padanya, matanya memandang Ana dengan sorot mata yang memancarkan kerinduan. Dari semua keluarga Raffael, Ana paling merasa bersalah pada wanita ini, dia sudah sangat baik padanya , bahkan menganggapnya seperti anak sendiri, akan tetapi dengan gampangnya Ana bahkan mematahkan hatinya. Andai ibu mertuanya itu tahu kalau anak yang sekarang berdiri di sampingnya dengan pandangan bertanya adalah cucunya, akankah wanita itu mengambilnya? “Ibu,” sapa Ana lembut. Sandra Alexander hanya menatap Ana dengan terpaku, dia bahkan tak mampu untuk berkata apa-apa, bibirnya kelu, apalagi saat dia melihat seorang anak laki-laki yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-23
  • Istri Tak Dianggap   Keinginan Romeo

    Sandra langsung melangkah dengan cepat ke ruang kerja suaminya begitu sampai di rumah, dia sudah tak sabar ingin bercerita kepada suaminya itu. “Bapak di ruang kerjanya, Bi?” tanya Sandra pada bibi untuk memastikan. “Iya, Nya.” Tanpa mengetuk pintu Sandra langsung menerobos masuk, di dalam dia mendapati sang suami yang sedang tekun memelototi kertas-kertas di depannya, laki-laki itu hanya mengerutkan kening saat sang istri masuk ruang kerjanya dengan tergesa. “Yah, ayah tahu tidak.” “Tidak,” kata sang suami. Sandra langsung memasang wajah cemberut, Robert langsung menghela napas, puluhan tahun beruimah tangga dengan sang istri dia sudah sangat hapal, istrinya itu pasti ingin membicarakan hal yang dianggapnya penting dan tentu saja dia akan makin kesal kalau Robert masih berkutat dengan pekerjaannya. “Ibu belum bilang, tentu saja ayah tidak tahu,” kata Robert sambil menggenggam tangan sang istri. Ada seny

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-23
  • Istri Tak Dianggap   Mulai Curiga

    Bella menarik napasnya dalam, hatinya begitu tak tenang akhir-akhir ini, dia menyesali keputusannya yang menjabak Ana waktu itu. Seharusnya dia bisa mengalahkan popularitas Ana dengan cara lain, bukan dengan membuat wanita itu tidur dengan suaminya, ide yang dulu dia anggap sangat cerdik kini membuatnya tercekik sesal. Bella tahu setelah Ana pergi suaminya seperti orang linglung, yang sering memikirkan wanita itu, bahkan dia sering mengabaikannya di saat mereka bersama, hal yang tak pernah dilakukan Raffael sejak mereka kecil dulu. Muka Bella bertambah kusut saat dia mengingat tentang pertemuan dengan keluarganya waktu itu, dia bahkan sengaja meminta om dan tantenya untuk datang dan membantunya untuk membujuk Raffael. Bella menyangka harga diri Raffael yang sangat tinggi membuat laki-laki itu malu karena memperlakukannya dengan semena-mena, tapi nyatanya Raffael langsung menolak begitu saja ‘niat baiknya’ bahkan juga tiket bulan madu yang dibe

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-23
  • Istri Tak Dianggap   Terjebak

    “Mereka sudah masuk dan memesan kamar hotel, apa saya juga harus merekam apa yang mereka lakukan?” “Baik, saya mengerti.” Malam memang sudah jauh merangkak mendekati pagi, bulan dan bintang yang absen dalam bertugas membuat malam ini makin gelap, apalagi gerimis yang baru saja datang membuat hawa dingin makin menyerang, itulah yang dirasakan laki-laki bertopi itu. Sekarang dia memang ada di lobi hotel bintang lima, salah satu hotel mewah yang tamunya kebanyakan orang-orang berkantung tebal. “Kenapa AC distel sedingin ini memangnya mereka tidak tahu kalau dilur sedang hujan,” gerutunya. Dia merapatkan jaket yang dia kenakan lalu saat pasangan itu mulai melangkah ke dalam dengan diantarkan seorang belboy, diam-diam dia juga ikut melangkah, dan langkahnya berhenti begitu tahu nomer kamar yang pasangan itu pesan, sebuah senyum terbit di bibirnya. Tuannya tidak menyuruhnya merekam kejadian di balik pintu kamar itu, padahal dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-23
  • Istri Tak Dianggap   Pengalihan

    Dulu bagi Raffael pulang adalah, bertemu dengan Bella, entah itu di rumah, di apartemen atau bahkan di hotel yang kebetulan dekat dengan lokasi syuting Bella. Tapi hal itu kini hanya kenangan, yah kenangan yang bagi Raffael tak pantas untuk diingat lagi. Rumah orang tuanya adalah tempat dia pulang, seperti saat dia masih belum menikah dulu, bahkan dia jarang sekali pulang ke rumahnya sendiri, meski di sana dia pasti akan diperlakukan seperti raja, di sana dia memiliki asisten yang sama dengan sekompi tentara.Kamar masa bujangnya yang dulu biasa dia gunakan untuk bermain game semalam suntuk atau melihat film-film yang dia inginkan menjadi sarangnya sekarang, bukan karena dia ingin melihat film atau apa akan tetapi di kamar inilah dia pernah tidur bersama dengan Ana, meski bukan kenangan manis yang tertinggal, tapi tetap saja itu sudah cukup untuknya. “Kamu melihat berita itu?” tanya sang ibu, meski sangat yakin kalau Raffael tak mungkin melewat

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-24
  • Istri Tak Dianggap   Berakhir?

    Belajar dari pengalamannya yang waktu itu memperlakukan Ana dengan sangat kasar padahal wanita itu sama sekali tak bersalah, Raffael untuk mencoba untuk tidak langsung terbawa emosi. Dia membiarkan saja Bella memeluknya dengan erat. Raffael ingin mengukur kondisi hatinya sendiri, apa rasa itu masih ada, rasa yang dia jaga hampir seumur hidupnya hanya untuk satu wanita.Isak tangis Bella terdengar sangat menyedihkan, hal yang selama ini menjadi kelemahan Raffael, dia tidak suka melihat wanitanya menangis, jadi sedapat mungkin dia akan melakukan segala cara agar Bella bisa tersenyum kembali, yah ternyata rasa itu masih ada, apakah ini yang dikatakan cinta buta, tangan Raffael sudah terangkat untuk memeluk Bella seperti biasanya, ingin menenangkan wanita yang pastinya sedang menghadapi masalah besar itu, tapi kilasan tangis Ana malam itu berkelebat di depannya juga senyum ceria Romeo saat dia menemui anak itu, kemudian foto-foto Bella yang masuk hotel dengan seorang laki-laki

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-24

Bab terbaru

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Indah pada Waktunya

    “Jangan cepat-cepat jalannya, asistenku sudah mengurus semuanya.” Sofi tidak pernah membayangkan akan berada di posisi ini, jika ada orang yang mengatakan hal ini satu tahun yang lalu Sofi pasti langsung mengatakan orang itu sedang mabuk. Operasi tangannya emang berhasil dengan baik, dia bisa bermain biola lagi dengan baik, beberapa event baik di dalam dan di luar negeri telah dia ikuti, seperti impiannya. Dan bagi Sofi itu sudah cukup, bahkan tidak ada penyesalan di hatinya saat tiga bulan yang lalu dia memutuskan pansiun dini dan hanya akan menerima permintaan bermain biola saat event itu tak jauh dari kediaman mereka. Dia memang memutuskan memberi kesempatan pada dirinya dan Romeo untuk bisa bersama. Laki-laki itu memang telah membuktikan ucapannya, perhatian yang Sofi inginkaan dari sang suami sekarang bukan hanya impian, bahkan Romeo sangat protektif padanya, apalagi sejak sebulan yang lalu Sofi dinyatakan hamil. Laki-laki itu bahkan mekad menyetir dari Bandung setelah syuti

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Kesempatan

    “Kamu apa kabar?” Deg. Rasanya seperti mimpi mereka jalan berdua melintasi pematang sawah dan Romeo berbicara lembut padanya. Ingat ya lembut bukan kasar seperti biasanya dan tanpa senyum sinis yang menghiasi bibirnya. Ah mungkin karena Ara sudah menjelaskan semuanya dan hubungan mereka toh akan berakhir setelah dia menandatangani surat cerai itu. “Ehm ba.. baik.” Sofi merutuki dirinya sendiri kenapa harus gagap sih. Mereka kembali diam menyusuri pematang sawah sambil sesekali Sofi membantu Romeo yang hampir jatuh karena tak biasa berjalan di sawah, sebelum sampai ke rumah orang tua Sofi Romeo mencekap tangan sang istri lalu berkata. “Kita harus bicara.” Inilah saatnya. Sofi mengangguk. “Iya, tapi ibu sudah memanggil, makanlah dulu meski menunya mungkin tak sesuai seleramu.” Sejujurnya Sofi belum siap mendengar kata cerai dari mulut Romeo, dia sudah berusaha menguatkan hati sejak kembali ke rumah orang tuanya tapi saat berhadapan dengan Romeo langsung nyalinya menjadi ciut.

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Kunjungan

    Sudah satu bulan Sofi tinggal di rumah orang tuanya. Kota kecil yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang. Dan Sofi merasa hidupnya lebih tentram dan damai meski rasa rindu pada sosok sang suami yang tak pernah mengharapkannya kian meninggi. Romeo sudah sadar dan sudah kembali beraktifitas. Dari mana Sofi tahu tentu saja mama mertunya yang setiap hari menghubunginya, dan mengatakan kabar Romeo pada Sofi, beliau bukannya tidak meminta Sofi untuk kembali tapi dengan halus Sofi menolak apalagi saat infoteiment mengabarkan kalau Ara sudah ditemukan dan beberapa kali Ara juga terlihat bersama Romeo. Sofi ikut bahagia jika mereka bersama, bukankah itu yang seharusnya terjadi, sejak awal dia hanya orang luar yang sama sekali tidak diharapkan kehadirannya, meski tak bisa dipungkiri hatinya begitu sakit. Dia hanya harus lebih menguatkan hati jika sewaktu-waktu menerima kiriman surat cerai dari Romeo. “Bagaimana persiapan penampilan anak-anak bu Sofi... b

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Pergi

    Hal pertama yang dilihat Sofi saat membuka mata adalah semua putih dan bau tajam obat-obatan menusuk hidungnya. “Kamu sudah sadar, Nak?” Sofi menoleh dan mendapati mama Ara ada di sana, Sofi berusaha bangun tapi saat tak sengaja dia bertumpu pada tangannya dia mengernyit kesakitan. “Hati-hati tanganmu terluka parah.” Sofi ingat tusukan itu dan darah yang merembes keluar, begitu deras bercampur dengan ... darah Romeo. “Romeo bagaimana dia tante?” tanya Sofi begitu ingat kejadian malam itu, Romeo yang tak bergerak meski dia berteriak memanggil namanya. “Dia baik-baik saja kan?” “Tenanglah, dia sudah ditangani dokter, sekarang operasinya masih berlangsung,” kata wanita itu dengan senyum menenangkan. “Dimana?” Mama Ara langsung menggeleng dan menatap luka di tangan Sofi. Sofi mengikuti pandangan itu dan tangannya berdenyut begitu sakit sampai dia menyadari sesuatu... tapi sebelum dia bertanya pintu ruangan terbuka dan beberapa orang berpakaian dokter melangkah masuk. “Apa yang terj

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Awas

    Ternyata ke pesta bersama Romeo tak sehoror yang Sofi bayangkan. Paling tidak laki-laki itu memperlakukannya dengan baik meski Sofi tahu kalau itu hanya pencitraan saja. Yup tentu saja Romeo sang bintang yang tengah bersinar tidak akan sudi kalau nama baiknya akan tercemar lagi, apalagi perusahaan papanya juga pasti terkena dampaknya. “Jangan salah paham aku hanya tidak ingin nama baikku dan keluargaku hancur.” Tuhkan benar dugaan Sofi. Saat ini mereka memang sudah kembali berkendara meninggalkan pesta, dengan Romeo sendiri yang menyetir mobilnya, tanpa didampingi asisten atau bodyguard seperti b iasanya. Hal yang tadi sempat menjadi perdebatan dengan orang tua laki-laki itu di telepon. Sofi baru menyadari kalau menjadi orang kaya itu tidak selalu menyenangkan, bayangkan saja kalau hanya ingin pergi sebentar harus dikawal beberapa orang. Hah! “Aku tahu,” jawab Sofi sambil menunduk menatap kuku jarinya yang entah kenapa jadi lebih menarik. Tak dipungkiri ada sedikit rasa bahag

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Puas

    “Siapkan dirimu untuk menghadiri undangan ini besok.” Sofi menatap kertas undangan mewah yang dilemparkan Romeo padanya, dia baru saja mandi dan akan naik ke tempat tidur saat tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan sosok Romeo masuk tanpa perlu repot-repot mengetuk pintu atau mengucap salam. Untung saja aku tidak sedang ganti baju, batin Sofi. Status mereka memang suami istri tapi Sofi seperti masih berada di kamar kosnya yang dulu, serba tak peduli. “Apa aku harus ikut?” tanya Sofi nekad saar Romeo sudah membalikkan badannya, bukan apa-apa sih dia sangat mau memang untuk mendampingi laki-laki itu ke sebuah pesta, tapi masalahnya Romeo terlihat sangat membencinya, dan terlihat tak sudi bercakap-cakap dengannya bisa mati gaya dia datang terus dicuekin semua orang. “Mama yang minta,” kata Romeo seolah menjelaskan segalanya. “Apa beliau juga datang?” Mata Romeo langsung menyipit curiga membuat Sofi kesal. Segitunya dia hanya memastikan nanti ada orang yang dia kenal. “Aku tidak tah

  • Istri Tak Dianggap   Sesi2: Talak?

    “Kemasi semua barang-barangmu.” Mata Sofi langsung melebar saat mendengar perintah Romeo, dia hanya menatap laki-laki itu dengan pias. Apa lagi salahnya sekarang? Apa Romeo akan menceraikannya sekarang? Padahal baru saja dia berniat mengikuti saran mama mertuanya. “Kenapa? Apa Ara sudah kamu temukan?” tanya Sofi dengan dada bergemuruh kencang. “Bukan urusanmu.” Dan laki-laki itu langsung keluar kamar, Sofi terdiam ditempat benarkah ini akhir dari pernikahan mereka, dan sebentar lagi dia akan menyandang predikat janda. Sofi sudah memegang handle pintu, apa dia harus bercerita pada mama mertuanya? Tapi... Sofi menggeleng pelan, apa enaknya memiliki orang yang jelas-jelas tak mau kita miliki apalagi alasan pernikahan mereka sudah tidak ada lagi jika Ara sudah kembali. Dia bukan Ana yang mau saja menjadi istri kedua meski bukan keinginannya. Sofi menghela napas panjang dan membuka lemari pakaian, mengambil baju-bajunya yang beberapa hari lalu baru saja menjadi penghuni lemari ini d

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Pergi

    “Dimana?” Mata Sofi membulat saar mendengar suara di ujung sana, tentu saja dia mengenali suara Romeo dengan baik, dia tadi sempat tak percaya nomer Romeo yang sudah lama dia simpan tiba-tiba menghubunginya. “Ehm.... ini siapa?” rasa marah membuat Sofi tidak ingin langsung menjawab. “Kamu tahu siapa aku,” kata orang diujung sana. Sofi menghela napas. “Baiklah aku matikan jika bukan hal penting.” Sofi menatap ponselnya, ada godaan untuk menonaktifkan ponselnya, tapi ada juga rasa penasaran kenapa laki-laki itu tiba-tiba mencarinya, apakah dia sedang ada masalah? Ah sial kenapa dia masih peduli padanya? Bukankah Romeo sama sekali tidak menginginkannya, bahkan laki-laki itu juga menghinanya padahal dia hanya berniat membantu. Tak lama ponselnya kembali berdering dan nomer yang sama kembali menghubungi, Sofi hanya menatap layar ponselnya, hatinya masih bimbang lalu meletakkan ponsel itu lagi, tak lama panggilan itu berhenti. Sofi menghela napas panjang dan merebahkan tubuhnya di r

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Kecewa

    Air mata Sofi menetes membasahi pipinya. Bukan hanya karena dagunya yang dicengkeram erat oleh Romeo tapi juga kata-kata kasar penuh hinaan dari laki-laki itu. Sampai kapan dia harus seperti ini. “Sudah aku bilang bukan jangan pedulikan aku, jangan pernah berharap menjadi istriku yang sebenarnya.” Setelah berkata begitu Romeo menyambar kemeja yang tadi malam dia pakai dan memakainya dengan cepat sebelum pergi dari kamar itu tak lupa membanting pintu kamar. Sofi langsung tersenyum begitu pintu kamar dibanting, meski air matanya menetes dengan deras. “Memangnya apa yang kamu harapkan, Sof. Menoleh padamu saja dia tidak sudi,” gumam Sofi.Dengan kasar Sofi mengusap air matanya, dia lalu beranjak dari atas ranjang. Sudah tak ada gunanya di sini. Orang yang ingin dia lindungi malah menuduhnya dengan keji. Sejenak Sofi menatap bayangan wajahnya di dalam cermin dan yang menatap balik di sana hanya wanita menyediihkan dengan mata bengkak dan dagu memerah juga rambut yang awut-awutan

DMCA.com Protection Status