Beranda / Rumah Tangga / Istri Tak Dianggap / Cinta tak Harus Memiliki

Share

Cinta tak Harus Memiliki

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-31 10:35:33

“Kita perlu bicara,” kata Raffael tanpa menghiraukan Sasi yang hanya melongo memandang tamu yang langsung nyelonong masuk ke dalam, mengabaikan dirinya, bahkan ibu laki-laki itu juga ada di sana, ikut mengerutkan kening melihat tingkah anak laki-lakinya.

Sedangkan Ana yang diajak bicara hanya bisa mengatakan “Hah!” karena terlalu kaget.

“Raff, apa-apaan kamu di mana sopan santunmu,” tegur sang ibu.

Raffael seolah baru tersadar dengan kehadiran sang ibu di sini, dia melangkah cepat pada sang ibu dan mencium punggung tangannya dengan takzim, lalu dengan tatapan mata yang dalam memandang mata sang ibu.

Sandra hanya bisa menghela napas pelan, dia tahu tidak ada jalan yang lebih baik selain mereka berdua harus bicara.

“Bersikap baiklah, ibu tak ingin kehilangan mereka, ibu percaya kamu anak ibu yang baik,” kata Sandra yang langsung berjalan ke pintu keluar. “Ibu akan membeli cemilan sebentar, kalian harus bicara,” sang ibu memandang Ana.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Tak Dianggap   Dimana?

    “Om Raffael kenapa setiap hari mengantar jemputku, aku ada sopir yang bisa melakukan itu,” kata Romeo ketika lagi-lagi Raffael menjemputnya dari sekolah. Raffael menoleh pada anak itu masih dnegan senyum di bibir dia berkata, “Kamu keberatan jika om mengantar jemputmu tiap hari?” Sejenak Raffael menatap putranya itu, dia teringat obrolannya kemarin dengan Ana. “Aku ingin menjadi ayah yang sesungguhnya untuk Romoe bukan hanya orang yang memiliki DNA yang sama, tapi juga bisa setiap hari bersamanya, dan selalu ada saat dia butuhkan.” “Maksudmu kamu ingin mengambil Romeo dariku?” tanya Ana makin gelisah. Raffael berdecak sebal, dia sangat sadar selain mendekati Romeo dia juga harus mendekati Ana, ibu dari anaknya itu memiliki luka yang sangat dalam dan sangat sulit untuk disembuhkan dan sialnya lagi luka itu Raffaellah penyebabnya. “Bukan seperti itu, aku mau kita kembali bersama sebagai keluarga, maksudku aku sudah pernah bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-31
  • Istri Tak Dianggap   Dalam Dilema

    Ana tak pernah berharap akan kembali lagi ke rumah ini, yah... meski dia hanya berkunjung sebagai tamu untuk menjemput anaknya. Rumah ini masih sama, bahkan bunga mawar yang dulu dia tanam juga masih ada, bahkan sudah tumbuh subur dan berbunga, sejenak Ana terpaku menatap bunga-bunga berwarna merah itu, pasti di pagi hari akan terlihat sangat indah. “Mbak Ana!” seruan itu membuat Ana yang ingin menekan bel pintu harus memundurkan langkah, dan tubuhnya harus berusaha keras menahan tubuh tambun yang menabrak tubuhnya dengan sangat keras. “Bi, sa...saya nggak bisa napas,” kata Ana dengan terengah berusaha mengingatkan sosok yang baru saja memeluknya kelewat erat. “Saya sudah mendengar kabar mbak Ana, saya sangat ingin bertemu dan juga ... anak itu, tapi saya takut mbak Ana tidak akan mau bertemu dengan saya,” kata bibi sambil memeluk Ana dengan erat, Ana bisa merasakan bahu wanita itu yang bergetar dan isak lirih terdengar. Wanita tua ini sudah sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Istri Tak Dianggap   Pertemuan Tak Terduga

    Ana berkeras ingin pulang kembali ke apartemennya. Raffael tentu saja sudah menduga semuanya tidak akan semudah itu, luka yang dia berikan pada Ana terlalu dalam untuk bisa disembuhkan dengan kata maaf dan iming-iming berbagai fasilitas yang dia berikan, Ana bukan orang yang gila harta, Raffael sangat tahu hal itu. Karena itu dia menggunakan Romeo untuk membawa wanita itu kembali dalam hidupnya, dia ingin menebus kesalahan yang dulu pernah da lakukan, dan Raffael sama sekali tak percaya dengan kata-kata melepaskan akan memberi kebebasan pada Ana untuk memilih akan membuat wanita itu lebh bahagia. bagi Raffael dialah yang bisa menyembuhkan trauma yang Ana alami, dan dia siap bekerja keras untuk itu, dia bersumpah pada dirinya sendiri untuk membahagiakan Ana.Rasa takut kehilanggan dan ditinggalkan itu sangat kuat terasa saar dia memandang punggung Ana yang berlalu pergi bersama putra mereka. Raffael bukan orang yang lugu, dia tahu hanya dengan mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Istri Tak Dianggap   Tak Berubah

    Dari sekian banyak kemungkinan yang ada, Ana tidak pernah menduga kalau dia akan bertemu dengan orang tua Bella di sini di dalam mala, dengan disaksikan oleh puluhan pasang mata, meskipun Ana tahu sebagian besar dari mereka tidak peduli,karena dia bukan lagi artis tenar yang membntangi sinetron yang digemari ibu-ibu, tapi tetap saja banyak penggemar Romoe yang diam-diam memperhatikan mereka, apalagi dengan berbagai gosip yang baru saja reda. Ana tahu sebagai publik figure dia tidak akan pernah sepi dari pemberitaan media, entah itu yang baik atau yang buruk, hal yang sama juga harusnya disadari oleh pasangan itu, meski mereka memang bukan publik figure tapi anak mereka adalah seorang artis dan butuh banyak ciitra posistif untuk mengembalikan imagenya yang telah terlanjur rusak oleh perbuatannya sendiri.“Romeo mau robot-robotan?” tanya Raffael yang entah kapan datangnya sudah berdiri di belakang Ana, sepertinya Romeo juga terkejut dengan kehadiaran laki-laki itu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Istri Tak Dianggap   Kita

    Menurut Raffael rasa trauma hanya bisa disembuhkan oleh penyebab trauma itu sendiri. “Mungkin kamu merasa terlalu egois dan pemaksa, tapi aku ingin Romeo hidup normal seperti anak-anak lainnya dengan ayah dan ibu yang setiap hari bertemu, bukan hanya yang mengantarkannya ke sekolah lalu menjemputnya.” “Aku tak ingin lagi menajdi benalu dalam hubunganmu dengan Bella, aku tidak mau Romeo nantinya akan mendapat imbasnya,” kata Ana dengan tak yakin, perasaan takut itu masih kuat mencengkeram dirinya luka fisik dan batin yang dia daoatkan dulu tak begitu saja bisa dia sembuhkan, dan Romeo ...oh astaga dia tak akan tahan kalau Romeo di perlakukan seperti itu. “Omong kosong, aku tidak akan kembali pada Bella, dia hanya masa laluku, aku memang tidak bisa berbohong kalau tidak lagi mempunyai rasa dengannya, tapi jika kita bersama aku optimis bisa mengalihkan perasaanku padamu,” kata Raffael dengan yakin. “Bagaimana kalau ternyata kamu tidak bisa?” tanya Ana. “Kamu bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Istri Tak Dianggap   Apa Cinta?

    Ana kira perkataan Raffael yang ingin membantunya sembuh bukan isapan jempol semata, terbukti siang ini setelah mengantar Romeo ke sekolah Raffael malah kembali ke apartemen Ana dan sambil menghabiskan secangkir kopi yang dibuatkan Sasi. “Apa yang kamu lakukan di sini, Raff, seharusnya kamu pergi bekerja,” kata Ana. “Perusahan itu tak akan kolaps meski aku tidak ada di kantor.” Memang benar, sih jaman sekarang dengan adanya internet semua bisa dilakukan di mana saja, tapi kok Ana kesal ya dengan kemudahan itu. “Tapi tetap saja kamu harus ada di sana setidaknya untuk membuat anak buahmu mudah menemuimu.” “Mereka bukan anak-anak lagi dan aku menggaji mahal mereka untuk bekerja dengan benar dengan atau tanpa aku di sana, lagi pula aku ada urusan penting yang tak boleh aku lewatkan.” Terserahlah, Ana sebenarnya tidak peduli tapi karena Raffael ada di rumahnya membuatnya engan untuk sekedar beredar di ruangan yang sama. “Kamu sudah siap, kita berangkat sekarang,”

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Istri Tak Dianggap   Akankah Kembali?

    Raffael tersenyum sinis saat sebuah pemikiran terlintas di kepalanya. Tidak ada lagi untuk Bella, atau setidaknya dia tak merasakan sebesar dulu, dan tentu saja hal itu harus dirayakan, jangankan berfoto mesra seperti ini, Bella di dekati laki-laki lain saja Raffael sudah seperti kebakaran jengkot, dulu, tapi sekarang hatinya sama sekali tak maslaah dia bahkan bisa tersenyum senang melihat itu semua. Fix dia berhasil move on. Dan ini waktunya untuk cinta yang baru. Sejenak Raffael berpikir untuk menerobos masuk ke dalam ruangan itu dan mengatakan semuanya pada Ana, tapi tentu saja yang ada di ruangan itu akan menganggapnya gila. Raffael menatap ke arah pintu yang tertutup berharap Ana segera keluar dari sana, ini awal yang baik untuk memulai suatu hubungan, yah... memang dia akui begitu konyol tak dapat meraba hatinya sendiri, tapi ya sudahlah dia hanya harus mempertahankan perasaan ini, dan waktunya meraih kembali anak dan istrinya, miliknya yang berharga

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Istri Tak Dianggap   Rencana

    Raffael memang tak pernah main-main dengan ucapannya. Rabu malam saat Ana masih sibuk mengetik naskah, laki-laki itu malah muncul di depan pintu apartemennya membuat Ana langsung berkata. “Kok sudah ke sini deadlinenya samapai hari Jum’at.” Sejak Adam menikah dengan sahabat baiknya, Ana memang membatasi pertemuan mereka hanya pada masalah pekerjaan jika berdua saja, meski kadang-kadang Adam amsih sangat cerewet mengatur kehidupan pribadinya seperti saat laki-laki itu masih menjadi managernya, untunglah Resti tidak berpikir macam-macam, setidaknya itulah yang ditampilkan sahabatnya itu di depannya dan Ana harap memang benar-benar begitu, karena dia tidak mau dianggap menghancurkan pernilahan orang lain untuk yang kedua kalianya. “Memangnya aku tidak boleh ke sini kalau tidak ada urusan pekerjaan,” kata Adam tak terima. Ana tahu dia sudah menyinggung Adam, bagaimanapun juga laki-laki itu sudah sangat baik padanya, Adamlah yang membantunya untuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04

Bab terbaru

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Indah pada Waktunya

    “Jangan cepat-cepat jalannya, asistenku sudah mengurus semuanya.” Sofi tidak pernah membayangkan akan berada di posisi ini, jika ada orang yang mengatakan hal ini satu tahun yang lalu Sofi pasti langsung mengatakan orang itu sedang mabuk. Operasi tangannya emang berhasil dengan baik, dia bisa bermain biola lagi dengan baik, beberapa event baik di dalam dan di luar negeri telah dia ikuti, seperti impiannya. Dan bagi Sofi itu sudah cukup, bahkan tidak ada penyesalan di hatinya saat tiga bulan yang lalu dia memutuskan pansiun dini dan hanya akan menerima permintaan bermain biola saat event itu tak jauh dari kediaman mereka. Dia memang memutuskan memberi kesempatan pada dirinya dan Romeo untuk bisa bersama. Laki-laki itu memang telah membuktikan ucapannya, perhatian yang Sofi inginkaan dari sang suami sekarang bukan hanya impian, bahkan Romeo sangat protektif padanya, apalagi sejak sebulan yang lalu Sofi dinyatakan hamil. Laki-laki itu bahkan mekad menyetir dari Bandung setelah syuti

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Kesempatan

    “Kamu apa kabar?” Deg. Rasanya seperti mimpi mereka jalan berdua melintasi pematang sawah dan Romeo berbicara lembut padanya. Ingat ya lembut bukan kasar seperti biasanya dan tanpa senyum sinis yang menghiasi bibirnya. Ah mungkin karena Ara sudah menjelaskan semuanya dan hubungan mereka toh akan berakhir setelah dia menandatangani surat cerai itu. “Ehm ba.. baik.” Sofi merutuki dirinya sendiri kenapa harus gagap sih. Mereka kembali diam menyusuri pematang sawah sambil sesekali Sofi membantu Romeo yang hampir jatuh karena tak biasa berjalan di sawah, sebelum sampai ke rumah orang tua Sofi Romeo mencekap tangan sang istri lalu berkata. “Kita harus bicara.” Inilah saatnya. Sofi mengangguk. “Iya, tapi ibu sudah memanggil, makanlah dulu meski menunya mungkin tak sesuai seleramu.” Sejujurnya Sofi belum siap mendengar kata cerai dari mulut Romeo, dia sudah berusaha menguatkan hati sejak kembali ke rumah orang tuanya tapi saat berhadapan dengan Romeo langsung nyalinya menjadi ciut.

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Kunjungan

    Sudah satu bulan Sofi tinggal di rumah orang tuanya. Kota kecil yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang. Dan Sofi merasa hidupnya lebih tentram dan damai meski rasa rindu pada sosok sang suami yang tak pernah mengharapkannya kian meninggi. Romeo sudah sadar dan sudah kembali beraktifitas. Dari mana Sofi tahu tentu saja mama mertunya yang setiap hari menghubunginya, dan mengatakan kabar Romeo pada Sofi, beliau bukannya tidak meminta Sofi untuk kembali tapi dengan halus Sofi menolak apalagi saat infoteiment mengabarkan kalau Ara sudah ditemukan dan beberapa kali Ara juga terlihat bersama Romeo. Sofi ikut bahagia jika mereka bersama, bukankah itu yang seharusnya terjadi, sejak awal dia hanya orang luar yang sama sekali tidak diharapkan kehadirannya, meski tak bisa dipungkiri hatinya begitu sakit. Dia hanya harus lebih menguatkan hati jika sewaktu-waktu menerima kiriman surat cerai dari Romeo. “Bagaimana persiapan penampilan anak-anak bu Sofi... b

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Pergi

    Hal pertama yang dilihat Sofi saat membuka mata adalah semua putih dan bau tajam obat-obatan menusuk hidungnya. “Kamu sudah sadar, Nak?” Sofi menoleh dan mendapati mama Ara ada di sana, Sofi berusaha bangun tapi saat tak sengaja dia bertumpu pada tangannya dia mengernyit kesakitan. “Hati-hati tanganmu terluka parah.” Sofi ingat tusukan itu dan darah yang merembes keluar, begitu deras bercampur dengan ... darah Romeo. “Romeo bagaimana dia tante?” tanya Sofi begitu ingat kejadian malam itu, Romeo yang tak bergerak meski dia berteriak memanggil namanya. “Dia baik-baik saja kan?” “Tenanglah, dia sudah ditangani dokter, sekarang operasinya masih berlangsung,” kata wanita itu dengan senyum menenangkan. “Dimana?” Mama Ara langsung menggeleng dan menatap luka di tangan Sofi. Sofi mengikuti pandangan itu dan tangannya berdenyut begitu sakit sampai dia menyadari sesuatu... tapi sebelum dia bertanya pintu ruangan terbuka dan beberapa orang berpakaian dokter melangkah masuk. “Apa yang terj

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Awas

    Ternyata ke pesta bersama Romeo tak sehoror yang Sofi bayangkan. Paling tidak laki-laki itu memperlakukannya dengan baik meski Sofi tahu kalau itu hanya pencitraan saja. Yup tentu saja Romeo sang bintang yang tengah bersinar tidak akan sudi kalau nama baiknya akan tercemar lagi, apalagi perusahaan papanya juga pasti terkena dampaknya. “Jangan salah paham aku hanya tidak ingin nama baikku dan keluargaku hancur.” Tuhkan benar dugaan Sofi. Saat ini mereka memang sudah kembali berkendara meninggalkan pesta, dengan Romeo sendiri yang menyetir mobilnya, tanpa didampingi asisten atau bodyguard seperti b iasanya. Hal yang tadi sempat menjadi perdebatan dengan orang tua laki-laki itu di telepon. Sofi baru menyadari kalau menjadi orang kaya itu tidak selalu menyenangkan, bayangkan saja kalau hanya ingin pergi sebentar harus dikawal beberapa orang. Hah! “Aku tahu,” jawab Sofi sambil menunduk menatap kuku jarinya yang entah kenapa jadi lebih menarik. Tak dipungkiri ada sedikit rasa bahag

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Puas

    “Siapkan dirimu untuk menghadiri undangan ini besok.” Sofi menatap kertas undangan mewah yang dilemparkan Romeo padanya, dia baru saja mandi dan akan naik ke tempat tidur saat tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan sosok Romeo masuk tanpa perlu repot-repot mengetuk pintu atau mengucap salam. Untung saja aku tidak sedang ganti baju, batin Sofi. Status mereka memang suami istri tapi Sofi seperti masih berada di kamar kosnya yang dulu, serba tak peduli. “Apa aku harus ikut?” tanya Sofi nekad saar Romeo sudah membalikkan badannya, bukan apa-apa sih dia sangat mau memang untuk mendampingi laki-laki itu ke sebuah pesta, tapi masalahnya Romeo terlihat sangat membencinya, dan terlihat tak sudi bercakap-cakap dengannya bisa mati gaya dia datang terus dicuekin semua orang. “Mama yang minta,” kata Romeo seolah menjelaskan segalanya. “Apa beliau juga datang?” Mata Romeo langsung menyipit curiga membuat Sofi kesal. Segitunya dia hanya memastikan nanti ada orang yang dia kenal. “Aku tidak tah

  • Istri Tak Dianggap   Sesi2: Talak?

    “Kemasi semua barang-barangmu.” Mata Sofi langsung melebar saat mendengar perintah Romeo, dia hanya menatap laki-laki itu dengan pias. Apa lagi salahnya sekarang? Apa Romeo akan menceraikannya sekarang? Padahal baru saja dia berniat mengikuti saran mama mertuanya. “Kenapa? Apa Ara sudah kamu temukan?” tanya Sofi dengan dada bergemuruh kencang. “Bukan urusanmu.” Dan laki-laki itu langsung keluar kamar, Sofi terdiam ditempat benarkah ini akhir dari pernikahan mereka, dan sebentar lagi dia akan menyandang predikat janda. Sofi sudah memegang handle pintu, apa dia harus bercerita pada mama mertuanya? Tapi... Sofi menggeleng pelan, apa enaknya memiliki orang yang jelas-jelas tak mau kita miliki apalagi alasan pernikahan mereka sudah tidak ada lagi jika Ara sudah kembali. Dia bukan Ana yang mau saja menjadi istri kedua meski bukan keinginannya. Sofi menghela napas panjang dan membuka lemari pakaian, mengambil baju-bajunya yang beberapa hari lalu baru saja menjadi penghuni lemari ini d

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Pergi

    “Dimana?” Mata Sofi membulat saar mendengar suara di ujung sana, tentu saja dia mengenali suara Romeo dengan baik, dia tadi sempat tak percaya nomer Romeo yang sudah lama dia simpan tiba-tiba menghubunginya. “Ehm.... ini siapa?” rasa marah membuat Sofi tidak ingin langsung menjawab. “Kamu tahu siapa aku,” kata orang diujung sana. Sofi menghela napas. “Baiklah aku matikan jika bukan hal penting.” Sofi menatap ponselnya, ada godaan untuk menonaktifkan ponselnya, tapi ada juga rasa penasaran kenapa laki-laki itu tiba-tiba mencarinya, apakah dia sedang ada masalah? Ah sial kenapa dia masih peduli padanya? Bukankah Romeo sama sekali tidak menginginkannya, bahkan laki-laki itu juga menghinanya padahal dia hanya berniat membantu. Tak lama ponselnya kembali berdering dan nomer yang sama kembali menghubungi, Sofi hanya menatap layar ponselnya, hatinya masih bimbang lalu meletakkan ponsel itu lagi, tak lama panggilan itu berhenti. Sofi menghela napas panjang dan merebahkan tubuhnya di r

  • Istri Tak Dianggap   Sesi 2: Kecewa

    Air mata Sofi menetes membasahi pipinya. Bukan hanya karena dagunya yang dicengkeram erat oleh Romeo tapi juga kata-kata kasar penuh hinaan dari laki-laki itu. Sampai kapan dia harus seperti ini. “Sudah aku bilang bukan jangan pedulikan aku, jangan pernah berharap menjadi istriku yang sebenarnya.” Setelah berkata begitu Romeo menyambar kemeja yang tadi malam dia pakai dan memakainya dengan cepat sebelum pergi dari kamar itu tak lupa membanting pintu kamar. Sofi langsung tersenyum begitu pintu kamar dibanting, meski air matanya menetes dengan deras. “Memangnya apa yang kamu harapkan, Sof. Menoleh padamu saja dia tidak sudi,” gumam Sofi.Dengan kasar Sofi mengusap air matanya, dia lalu beranjak dari atas ranjang. Sudah tak ada gunanya di sini. Orang yang ingin dia lindungi malah menuduhnya dengan keji. Sejenak Sofi menatap bayangan wajahnya di dalam cermin dan yang menatap balik di sana hanya wanita menyediihkan dengan mata bengkak dan dagu memerah juga rambut yang awut-awutan

DMCA.com Protection Status