Lius terbangun dari tidurnya, ia merasakan sakit yang begitu sangat menyerang kepalanya. Ia mencoba menghalau rasa itu, namun semakin dipaks semakin sakit yang di rasakannya.
“Aku pasti mabuk, “ gumamnya.
Namun tanpa sengaja tangannya menyentuh sesuatu yang tak biasa.
Matanya membola setelah menyadari apa yang saat ini di sentuhnya itu.
“Stella?” gumamnya.
Lius mengamati tubuhnya saat ini, ia pun mencoba mengingat tentang apa yang sudah terjadi antara dirinya dengan Stella malam itu.
“Sial!”
Beberapa potongan bayangan mulai mengisi ingatannya, “Kenapa aku bisa melakukannya lagi.”
Ia berusaha bangkit, menahan sakit yang begitu menekan kepalanya.
Namun gerakan yang dilakuakan Lius membuat Stella sadar dari tidurnya. Ia pun sama terkejutnya dengan Lius barusan.
“Stella, tenang dulu. Aku bisa jelaskan semuanya.”
Namun Stella hanya diam, ia pun menarik
Lea menatap suaminya, ia masih tak mengerti dengan ucapan suaminya tadi. Niat hati ingin bertanya namun diurungkan saat Lio begitu sibuk dengan pekerjaan.Sepanjang perjalanan ia pun hanya bisa diam, memendam rasa penasaran itu untuk dirinya sendiri.“Lius menikah lagi.”“Ha?”Lio menutup notebook nya, menangkup kedua disis wajah istrinya dengan begitu gemas.“Biasa aja kagetnya sayang, lucu banget sih.”“Ih, serius sayang. Kok bisa?”Lio pun menceritakan semua yang diketahuinya, termasuk kejadian yang mengharuskan Lius menikahi mantan asistennya itu.Ia juga menjelaskan jika sebenarnya ia sendiri sudah menyelidiki latar belakang dari istri baru nya Liu situ.“Kok ya bisa, gampang banget main nikahini anak orang.”Mendengar itu membuat Lio merasa tak suka, ia pun menatap istrinya dengan tatapan curiga.“Astaga, bukan begitu maksudnya. Aku han
Divya yang baru datang langsung disambut dengan pemandangan memilukan, dimana ibunya menangis dan ditertawakan dirumahnya.“Kurang ajar!”Gadis yang biasanya lemah lembut itu kini terlihat sangat bringas, matanya sudah sangat merah menahan emosinya.Berbeda dengan Sony, untuk pertama kalinya ia melihat Divya dan ia langsung jatuh cinta. Ia terus menatap Divya tanpa berkedip, bahkan ia tak membantu ibunya yang saat ini tengah berseteru dengan Divya.“Aku tidak akan keluar dari rumah ini, aku juga putraku juga berhak tinggal di rumah ini.” Dengan tidak tahu malunya.Lea berusaha menahan putrinya, namun sekali lagi Divya mengabaikan itu. Ia sudah terlalu muak dengan tingkah tamu tak diundang di rumahnya.“Tidak tahu malu, benar-benar layak dengan sebutan benalu.”“Kurang ajar sekali kau bocah!”“Jangan berteriak dengan putriku,” sahut Lea.Divya melihat dua buah koper yang tak jauh dari tempatnya, dengan cepat ia mengambiln
Setelah kejadian kemarin, Brian bersikap lebih posesif dari pada biasanya. Hal itu juga diikuti dengan perubahan Jo yang semakin mengawasi semua ruang gerak Divya, baik di luar maupun di rumah.“Dek, pusing tidak kepalanya?” tanyanya begitu lembut.Brian menatap manik mata milik adiknya, rasanya semua kegundahan hilang dalam sekejab.“Kamu memang selalu bisa menjadi obat untuk abang,” merapikan anak rambut Divya.Sedang Divya sendiri hanya diam menerima semua perlakuan manis itu, ia lebih memilih menikmati sarapan paginya dengan tenang.“Aku baik-baik saja, Abang.”“Abang tahu, adik abang ini memang luar biasa.”“Ya kalau gitu kasih tahu juga kak Jo, jangan terlalu cemas.”“Memang apa yang dilakukan anak itu?”Divya mulai bercerita, tentang Jo yang sejak pagi sudah heboh dengan kekhawatirannya. Laki-laki itu sudah mengeluarkan banyak larangan juga pe
Baru juga melangkah masuk ke dalam rumah, Sony langsung di hadapkan dengan sosok ayahnya.Pukulan hingga tamparan Lius beritan untuk putra keduanya itu, ia merasa malu melihat tingkah lakunya saat bertamu.“Daddy?” cicitnya.Pyar!Lius melempar vas bunga tepat di hadapan Sony, “Apa, Daddy gila?”Semua orang tak percaya Lius di bentak oleh putranya sendiri, terlebih laki-laki itu hanya diam menatap putranya yang masih tersungkur.“Apa salahku bisa melihat kelakuanmu yang menjijikkan ini, katakan! Apa salahku padamu, Sony.”Brian mendekati ibunya, membawanya ke dalam peluknya, sedang Jo juga melakukan hal yang sama. Bedanya ia masih tak berani sembarang menyentuh Divya, ia hanya menarik wanita itu untuk berada di belakang punggung lebarnya.“Tetap disini, tutup telingamu rapat-rapat.” Ucap lirih Jo tanpa menatap.Divya diam di tempatnya, bukan hal baru ia melihat kekerasan se
Leo mendengar tentang apa yang saat ini terjadi dengan keluarganya di negara R, ia berusaha mencari tahu lebih detail tentang masalah yang sedang mereka hadapi itu.Dan ia pun masih menahan diri untuk tak terbang kesana untuk mendatangi mantan suami adiknya itu.Namun Leo juga tak tenang dengan kebaradaan Sony di negara sana, ia tahu tentang apa yang diinginkan Sony terhadap Divya.“Pa, ada apa?”“Niel, kemarilah. Papa ingin bicara denganmu.”Dua laki-laki beda usia itu duduk saling berhadapan di balkon. Menikmati dingin nya malam dengan segelas teh di hadapannya.“Ada masalah?”“Ini tentang adik sepupumu.”“Brian or Divya, Pa?”“Semuanya.”Kemudian secara detail Leo bercerita tentang permasalahan yang sedang terjadi di negara R, ia memberitahu Daniel tentang keinginan Sony untuk menodai adik sepupunya itu.“Kurang ajar! Berani se
Lea duduk di tepi ranjang sambil menatap test-pack di kedua tangannya. Saat ini tidak ada yang bisa dipikirkannya, kehamilan ini bahkan tidak membuatnya bahagia. Brak! Lea terperanjat ketika pintu kamarnya dibuka kencang. Tanpa sadar Lea berdiri dari duduknya lalu melangkah mundur ketika Lius, suaminya, berjalan ke arahnya. "Lius, sakit, lepaskan aku." Kedua tangan Lea mencengkeram tangan Lius di lehernya. Ia berusaha melepaskan diri, tetapi tenaga Lius di lehernya begitu kuat. Ia hampir kehabisan nafas di buatnya. "Bukankah ini impian mu?" ucap Lius dengan suara dan napas yang berat. Lalu Lius melempar tubuh Lea ke atas kasur di samping mereka. Lea terperangah sambil berusaha beranjak, menatap Lius yang berdiri tinggi menjulang di hadapannya. "Sudah puas kau menikahiku?" Lius memegang rahang Lea dan membuat Lea mendongak untuk menatap dirinya. "Dengan cara licik kau menghalalkan segala cara hingga tega menyakiti kakakmu sendiri. Menjijikan." Lius mendorong wajah Lea. "Lius, ka
"Kenapa masih diam di sini? Kau ingin mati?"Kata-kata itu terus terngiang di telinga Lea, air matanya bahkan tak bisa ia bendung hingga mengalir deras dengan sendirinya.Bagaimana bisa Adelius mengatakan hal sekejam itu padanya dan lebih memilih berdiri di samping perempuan lain dari pada istrinya sendiri?Kekesalan suaminya dan sikap penolakan orang tuanya membuat Lea merasa seorang diri hidup di dunia ini. Tidak ada lagi tempat untuknya berlindung.Namun, Lea harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Maka itu ia akan menunggu di taman rumah sakit hingga semua orang pergi dari kamar rawat Lisa dan menuntut penjelasan dari Lisa.Ia tak peduli jika masih ada ibunya di sana.Hingga siang hari Lea akhrinya menemukan waktu yang tepat untuk bertanya pada Lisa. Ketika Lea baru mencapai pintu rawat Lisa, Lea mendengar ibunya berbicara dengan Lisa.Lea terkejut mendengar percakapan antara ibunya dengan Lisa.Ternyata semua yang te
Lio sempat merasakan pergerakan dari jemari Lea yang berada di genggaman nya, ia sempat terkejut namun detik kemudian bernafas lega."Beristirahatlah, aku akan menjagamu mulai sekarang."Tak bisa berlama-lama membuat Lio memutuskan untuk segera meninggalkan ruang rawat Lea, ia tak ingin adik kembarnya tiba-tiba datang dan melihatnya.Sebelum ia meninggalkan rumah sakit, Lio sudah memerintahkan beberapa anak buahnya untuk mengawasi Lea dari kejauhan. Ia tak bisa langsung berada untuk melindungi Lea, tidak untuk saat ini.Dengan perasaan leganya, Lio benar-benar meninggalkan rumah sakit dan kembali ke negara nya hari itu juga. Belum saat nya untuk Lio berada satu tempat dengan Lea, karena itu akan membahayakan keselamatan Lea juga bayi yang saat ini di kandungnya."Saya pergi, terus awasi mereka dan pastikan dia selalu baik-baik saja."Begitulah titah Lio sebelum benar-benar meninggalkan negara dimana Lea berada.Sedang di