Ketika keduanya telah mencapai nikmat pelepasan masing-masing, Ardian lalu mengecup dahi dan kedua mata sang istri dengan lembut. Lantas dilanjutkan dengan mengecup singkat bibir istrinya sekali lagi. "Thank you, Sya ...," ucapnya tulus. Malam ini merupakan salah satu malam paling membahagiakan bagi Ardian. Ya, semua karena perubahan sang istri yang tiba-tiba menerima ajakan bercintanya setelah sekian lama.Natasya yang tampak kelelahan hanya terpejam sambil menikmati kecupan-kecupan penutup dari sang suami. Ardian memang tidak pernah lupa untuk mengecup wajah sang istri setelah selesai menunaikan hajat dan terpuaskan hasratnya. Hal-hal manis seperti inilah yang sebenarnya sering Natasya rindukan dari berhubungan intim bersama lelaki itu. Tak lama kemudian, terdengar suara dengkuran halus dari Natasya. Ia tertidur dengan untaian senyuman yang menghiasi bibirnya.Melihat rona bahagia di wajah Natasya, Ardian juga menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Meski tipis, tetapi senyuman itu
"Kemarin Ayah bilang Arga mirip aku? Kenapa sekarang berubah jadi mirip Arya, Tan?" sela Ardian sambil tertawa kecil.Natasya mendaratkan bokongnya di sofa. Ia menghela napas mendengar orang-orang membahas lagi wajah si bayi. 'Bayi semua mukanya ya kayak gitu-gitu. Emang bisa kelihatan jelas mirip siapa? Nggak mungkin juga. Nanti kalau udah gede, baruuu bisa nampak jelas mirip siapa,' ocehnya di dalam hati.Kedua alis Arya bertautan mendengar omongan kakak lelakinya. "Heheh ... siapa yang bener ini? Ayah apa Mama? Dedek bayi ini mirip Abang atau aku sebenarnya?" tanyanya gugup. Denyut jantungnya terasa bertabuh lebih cepat ketika tadi mendengar dari sang ibu kalau bayi itu mirip dengannya."Terserah aja ... mirip siapa. Intinya dia cucu Ayah. Cucu Ayah pasti ganteng, soalnya kakeknya ganteng," timpal Hardi cuek."Hahahahaaaa! Bener jugaa Ayaaah!" Arya tertawa palsu berusaha mencairkan suasana hatinya sendiri yang tadi terasa gugup. Ardian tersenyum lebar, kemudian pria itu duduk di s
"Iya. Aku mau cepet sampe di rumah, biar istirahat. Capek banget rasanya badanku. Mungkin bawaan hamil juga," jawab Natasya."Oke, kalo gitu kita pulang sekarang." Ardian pun memutar stir kendaraannya, dan berbelok ke arah kanan. Sesampainya mereka ke unit apartemen, Natasya segera masuk ke dalam kamar, lalu melepas hijab dan gamisnya. Lantas ia mengganti dengan daster baby doll rumahan yang lebih nyaman baginya. Setelah itu, wanita tersebut langsung merebahkan badan ke atas kasur empuk di sana.Ardian yang juga sudah mengganti kemeja dengan kaus oblong pun segera menyusul naik ke atas ranjang. Ia lalu memijat pundak, punggung, dan pinggang sang istri yang berbaring miring membelakanginya."Enak, Ar ... iya di situ," ujar Natasya ketika Ardian memijat bagian pinggang dan panggulnya.Ardian pun terus menggerakkan jemarinya dengan kekuatan yang diperkirakan membuat tubuh sang istri merasa nyaman. "Perut kamu udah enakan rasanya, Sayang?" tanya pria itu sambil ikut merebah di belakang N
"Kenapa Kak Tasya?" tanya Naura mendekat ke arah sang kakak madu. Ia sambil menenangkan Arga yang tiba-tiba merengek di dalam gendongannya."Ar ... perutku sakit bangeeet," keluh Natasya sekali lagi kepada sang suami tanpa mempedulikan Naura."Antar ke rumah sakit, Ar!" suruh Hardi."Iya, benar," timpal Lukman membenarkan besannya."Iya, ayo, Sya. Kita ke rumah sakit terdekat," ajak Ardian sambil memapah sang istri menuju ke luar rumah ke arah mobilnya.Orang-orang terlihat khawatir melihat Natasya yang kesakitan."Ayah yang ikut Ardian ya, Ma!" ujar Hardi kepada Nina."Iya, Yah!" sahut Nina sambil menahan pintu mobil agar terbuka lebar untuk Natasya masuk ke dalamnya.Natasya pun masuk ke dalam kendaraan dan dipasangkan seat belt-nya oleh Ardian. "Aku mau langsung ke klinik Tante Risa aja, Ar ...," pinta Tasya sembari menahan perutnya yang sering sekali terasa kencang saat ini."Kamu yakin?" tanya Ardian sambil memastikan kalau ayahnya sudah masuk ke dalam mobil. Kemudian lelaki itu
"Gimana keadaan istrimu?" tanya Hardi dengan raut khawatir kepada Ardian."Alhamdulillah, sudah baikan, Yah. Anakku perempuan ...." Ardian tersenyum lebar dan tampak begitu semringah. Rona bahagia sangat terpancar di wajah tampannya. Ia kemudian mendaratkan bokong ke kursi panjang di sebelah sang ayah."Alhamdulillaaah ...," ucap Hardi merasa syukur. Ia mengusap wajahnya sendiri, "bayi kalian juga gimana, sehat?" tanya pria itu lagi."Masuk inkubator, Yah," jawab Ardian apa adanya."Bayi kalian kelihatan kecil sekali. Apa nggak apa-apa itu, Ar?" tanya Hardi sambil mengernyitkan dahinya."Iya, beratnya cuma 1,9 kilogram, Yah. Masih terlalu kecil. Beda dengan Arga yang BB-nya seperti anak udah cukup bulan," imbuh Ardian."Iya ya." Hardi menganggukkan kepalanya."Tapi, kata Tante Risa sih, nggak ada masalah. Anakku sehat," ujar Ardian lagi dengan senyuman yang tak pernah hilang dari bibirnya."Syukurlah kalau begitu." Hardi merasa lega mendengar ungkapan dari sang putra."Assalamualaikum!
"Maaf ya, Sya ... Ar. Bayi kalian memang cukup stabil saat ini, cuma ... dia belum bisa kalian bawa pulang. Masih perlu perhatian intensif. Ini demi kebaikannya yaa," ujar dr. Risa Nurani, Sp.OG sembari menatap bergiliran ke arah Natasya juga Ardian."Aku kira bayiku udah bisa dibawa pulang, Tan. Soalnya mmm ... Tante ingat Naura?"Risa mengangguk menjawab Natasya."Nah, dia juga melahirkan sepekan lalu. Hitungannya juga tujuh bulanan. Kenapa dia bisa bawa pulang setelah tiga hari, sementara aku nggak boleh?" lanjut Natasya."Sya ... Arga BB-nya seperti anak yang lahir cukup bulan, Sayang. Beda dengan Syirisy," sela Ardian sembari meraih telapak tangan sang istri yang tergeletak di samping brankarnya."Oh, jadi Naura melahirkan bayi prematur juga?" tanya Risa."Iya, Tan. Naura melahirkan di usia kandungan sekitar 29 pekan, kata bidannya," ungkap Ardian."Hmm ... sebenarnya itu jarang terjadi, sih. Biasanya kalo di usia kandungan segitu paling-paling bayinya masih seberat bayi kamu yan
"Boleh ya, Dad?" Natasya berjalan perlahan ke arah sang ayah sebab sambil menahan nyeri dari jalan lahirnya. Kemudian putri Steven Arnold satu-satunya itu meraih lengan pria tersebut, lantas menyenderkan kepalanya di pundak kukuhnya.Nay juga menanti jawaban dari suami esnya itu."Hmm," deham Steven, "tapi nggak boleh lebih dari tiga hari pas nginep," lanjutnya."Asiik! Thank you, Daddy!" Natasya mencium pipi sang ayah kemudian menghambur ke dada Steven dan memeluk erat lelaki itu.Ardian menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Ia tahu, meskipun keras dan tegas, Steven tentu sangat menyayangi sang putri semata wayang.Hati Steven terenyuh dengan sikap manja putrinya. Ia teringat dengan Tasya yang saat ini baru saja melahirkan. Ya, ia sadar ... kalau sang putri kecilnya yang dulu, kini sudah menjadi besar dan dewasa. Problematika kehidupan yang berat telah mulai putrinya hadapi.Di dalam hati Steven Arnold, ia tidak tega untuk membuat sang putri bersedih dan kecewa. Semampunya ia akan me
"I–iya, Tan. Makasih informasi dan sarannya." Ardian menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.Natasya menatap prianya dengan heran.Ardian lalu pamit dan mengucap salam kepada Risa, kemudian memutuskan saluran telepon selulernya."Tante Risa bilang apa?" tanya Natasya.Ardian tersenyum sambil menatap lekat Natasya dengan sorot penuh arti."Kamu kenapa sih, cengengesan gitu? Dada aku sakit, nih. Solusinya gimana?" tanya Tasya dengan raut curiga karena melihat gelagat aneh suaminya."Sini, Sayang ... aku bantu biar berkurang sakitnya." Ardian beringsut mendekati sang istri."Emang gimana caranya biar redain bengkaknya ini, kata Tante Risa?" Natasya heran melihat Ardian yang mulai membuka kancing daster baby doll milik istrinya."Kamu rebahan aja ...."Tasya pun menuruti apa yang sang suami sampaikan. Baju bagian atasnya kini sudah terbuka di hadapan sang suami.Ketika Ardian mendekat ke arah dadanya ...."Eeeh! Kamu mau apaa?!" Natasya kontan mendorong kepala Ardian ketika lelaki itu