"Pergi dan beli pakaian yang cocok untuk istriku," Aiden memerintahkan Alfred.Petugas apotek dan Alfred sama-sama bergegas keluar dari kamar, Aiden lantas menutup pintu. Mendengar pintu ditutup, Eva merasa tercekik. Dia tidak ingin sendirian dengan Aiden di kamar sekecil ini.Setelah mengetahui kalau Eva baik-baik saja, kekhawatiran Aiden berubah menjadi kemarahan yang membara."Kenapa kau mengirimiku pesan seperti itu, Eva? Katakan padaku!""Pesan apa? Kapan aku mengirimnya?" tanya Eva bingung."Jam tiga lebih empat puluh lima," kata Aiden lebih tenang. Dia menemukan kebingungan Eva yang anehnya meyakinkan di mata Aiden."Itu tidak benar. Aku tidak mengirimimu pesan," kata Eva, "Saat itu aku sedang mandi dan tidak membawa ponsel."Aiden mengeluarkan ponsel, membuka menu pesan, lalu menunjukkannya pada Eva."Tidak, aku tidak mengirim pesan itu, Aiden," kata Eva sembari menggelengkan kepala, "Aku meninggalkan ponselku di loker ruang ganti sebelum pergi ke kamar mandi. Aku bahkan belum
Eva bisa merasakan bagian tertentu dari tubuhnya menjadi bersemangat, Eva tahu kalau kebasahan itu bukan hanya karena menstruasi. Eva ingin menampar dirinya sendiri karena menanggapi sentuhannya tanpa malu-malu. Eva ingin berteriak pada Aiden untuk membuatnya berhenti mengobatinya, tetapi seseorang mengetuk pintu."Tuan Aiden, pakaiannya untuk Nyonya Eva sudah ada di sini," kata Alfred.Aiden mengambil pakaian itu lalu menyerahkannya pada Eva sebelum meninggalkannya sendirian di kamar itu. Setelah beberapa menit, petugas kembali membawa kantong kertas."Pacarmu mengatakan kalau kamu mungkin kesulitan berpakaian karena cedera. Jadi, dia memintaku untuk membantu berpakaian. Aku juga membawakan pembalut untuk menstruasi kamu."Eva mendesah."Aku bisa melihat kalau pacarmu itu peduli padamu," kata petugas itu."Benarkah?" Eva bertanya, dia terkejut."Ya. Pacarmu tampak sangat ketakutan ketika membawamu ke sini. Kami semua mengira kamu mengalami kecelakaan yang mengerikan melihat dari eksp
Eva tiba-tiba teringat pria dari klub malam yang kakinya dikuliti oleh pengawal Aiden dan dia merasa mual. Eva meletakkan kepalanya ke bantal sofa lalu menutup mata.Melihat Eva sedang beristirahat dan Loki bersikap baik, Aiden lantas membisikkan sesuatu kepada salah satu pelayan lalu pergi bersama Alfred.Beberapa pengawal keluar dari pintu depan rumah sembari membawa dua koper besar. Mereka lalu membuang barang bawaan ke tanah. Rebecca mengikuti barang bawaannya sembari menangis dengan nada yang memilukan. Saat Rebecca melihat Aiden, dia berlutut di tanah di depan Aiden."Aiden, kenapa kau membuang koperku?" tanya Rebecca. Setelah Aiden mengusir Rebecca keluar dari mobil, gadis itu naik taksi lalu kembali ke mansion Malik.Rebecca segera pergi mencari Victoria untuk mendapatkan belas kasihannya tetapi Rebecca baru mengetahui kalau Victoria telah pergi keluar untuk bermain dengan teman-temannya. Rebecca merajuk di kamar tetapi diganggu oleh beberapa pengawal yang mulai mengemasi bara
"Nyonya Eva, tolong jangan banyak bergerak. Tuan Aiden akan menghukum kami dengan keras," pelayan itu memohon, "Selain itu, situasi ini sudah berakhir. Saya akan memberi tahu Nyonya apa yang terjadi. Tuan Aiden membuang barang bawaan Nona Rebecca keluar mansion, tapi kemudian, Nyonya Victoria tiba."Eva mengangkat alisnya. Tentu saja, Victoria Malik akan berada di sisi Rebecca."Jadi, dia melindungi Rebecca?" tanya Eva."Ya. Dia menutupi tubuh Nona Rebecca dengan tubuhnya sendiri dan bersikeras kalau Nona Rebecca tidak bersalah," pelayan itu menjelaskan, "Kemudian Alfred mengatakan kalau Nona Rebecca tidak melakukannya, sebaliknya, seseorang yang bekerja di hotel yang melakukan hal tersebut.""Nona Rebecca adalah orang yang baik. Tentu saja mudah baginya menemukan seseorang yang mau membelanya."Eva mendesah. Dia tahu kalau Aiden tidak akan melawan neneknya. Terlebih lagi, jika Victoria terus memperjuangkan Rebecca, segalanya mungkin menjadi lebih berbahaya bagi Eva. Eva tahu kalau se
Eva segera menghentikannya."Pinggangku mungkin sakit, tetapi tanganku baik-baik saja. Aku bisa melakukannya sendiri," katanya, "Kau harus berbalik dan memberiku privasi, Aiden.""Privasi?" Aiden bertanya, "Bagian mana dari tubuhmu yang belum pernah aku lihat, aku sentuh dan aku cium, Eva?"Referensi Aiden adalah saat mereka pertama kali bercinta dan hanya bercinta di malam itu saja membuat wajah Eva memerah. Eva tidak tahu apa dia memerah karena marah atau perasaan lain. Eva melihat ke arah Aiden, yang menjulang di atasnya dan dia mengakui Aiden terlihat kuat dan menarik.Aiden berdiri dekat dengannya, Eva bisa melihat tonjolan tumbuh di celana suaminya. Ini adalah pertama kalinya sejak pertama kali itu dia melihat 'senjatanya' begitu dekat. Sepertinya itu tegang ke arahnya. Eva menelan salivanya dengan gugup."Apa kau tipe orang yang suka mengekspos tubuh, Aiden?" tanya Eva."Begitukah menurutmu? Kurasa kau akan belajar untuk menyukainya, Eva," jawab Aiden.Eva memalingkan muka, diq
Eva melempar ponsel ke bangku dengan jubah mandi di atasnya, jadi ponsel itu tidak akan rusak karena benturan. Eva bingung kenapa Aiden tidak bersikeras untuk melihat foto itu, Eva tidak tahu kalau foto itu otomatis terkirim ke ponsel Aiden.Aiden melihat ke bawah tangannya dan menyadari kalau dia memegang bagian pinggang Eva yang terluka. Kurva pinggang Eva yang ramping sedikit bengkak dan terasa hangat di bawah telapak tangannya. Aiden bertanya-tanya apakah dia menyakiti istrinya dan dia mengagumi kekuatan dan keras kepala yang membuat istrinya tidak menangis atau bahkan tersentak.Tiba-tiba Aiden berdiri lalu menarik Eva bersamanya. Aiden mulai melepas pakaian Eva."Apa yang kau lakukan, Aiden?" tanya Eva.Aiden terus melepas pakaian Eva dalam diam. Kain basah menempel di tubuh Eva dan Aiden melepasnya sedikit demi sedikit."Pernahkah kau melihat orang mandi dengan pakaian lengkap melekat di tubuh, Eva?" Aiden bertanya dengan lembut. Kemudian Aiden menarik Eva ke bawah pancuran lal
Telepon di meja samping tempat tidur menyala dan mulai berdengung. Eva menjawabnya."Sebastian?""Eva, apakah kau sudah bangun?" tanya Sebastian."Ya," jawabnya, "Bagaimana tenggorokanmu?""Lebih baik setelah minum obat, terima kasih," kata Sebastian, "Ngomong-ngomong, aku punya kabar baik untukmu, Eva.""Katakan saja kabar baik apa itu, Sebastian," kata Eva.Eva dengan lesu menggerakkan jari-jarinya ke rambutnya, dan kemudian dengan hati-hati mengangkat tangannya ke atas kepalanya untuk meregangkan. Pinggangnya tidak sakit sebanyak hari sebelumnya. Dia mengangguk dengan puas."Kabar baiknya adalah aku telah menemukan rumah sakit untuk memindahkan pengasuhmu. Mereka telah sepakat kalau kami dapat memindahkannya ke sana dalam beberapa hari ke depan," kata Sebastian, "Berita lainnya adalah orang yang ingin membeli sahammu di Hotel Empire ingin bertemu denganmu hari ini untuk menandatangani kontrak.""Hari ini?" tanya Eva, prihatin."Dia sangat ingin menandatangani kontrak dan bersikeras
Di kantor Malik Group, Aiden bersandar di kursinya."Tuan Aiden, Nyonya Eva telah tiba di hotel," kata Alfred.Alfred berdiri di depan meja Aiden dan melihat kotak beludru merah muda di tangan Aiden."Hotel menkonfirmasi kalau mereka sedang mendekorasi ulang restoran dan berjanji untuk menyelesaikannya pada pukul 6 sore. Semua hidangan akan sesuai dengan preferensi Nyonya Eva juga."Aiden membuka kotak beludru dan merenungkan cincin berlian merah muda yang mempesona."Saya juga sudah memeriksa dengan asisten Nyonya Eva. Dia berkata kalau Nyonya Eva tidak punya jadwal apa pun hari ini."Aiden menggigit bibirnya dan membayangkan Eva mengenakan cincin yang baru dibelinya itu. Aiden nyaris tidak mendengar apa yang dikatakan Alfred."Lalu soal Dokter Sebastian Lewis, beliau akan melakukab operasi penting sepanjang hari. Jadi …"Aiden memelototi Alfred, merasa kalau asistennya itu merusak suasana hatinya yang sedang bahagia dengan menyebut nama Sebastian.Alfred menundukkan kepala. Sebenarn