Share

26. Jebakan

Author: Lathifah Nur
last update Last Updated: 2021-07-27 11:36:33
Suara tepuk tangan bernada sumbang dan secarik senyuman terpaksa menyambut gerak langkah Aksa yang baru menginjak anak tangga terbawah.

“Hebat ya … lima tahun tidak pulang, tahu-tahu sudah beristri dua!”

Sindiran pedas turut menyapa Aksa. Clarissa bangkit dari sofa dan berjalan menyongsong Aksa. Marsha mengekor dengan pandangan mencemooh.

“Aku sedang buru-buru,” sela Aksa, malas meladeni sikap sentimental mamanya.

“Baru saja datang sudah mau pergi lagi! Kamu pikir rumah ini hotel?!”

“Aku harus menjemput Chana, Ma. Papa yang minta.”

Tanpa memedulikan umpatan dan sumpah serapah Clarissa, Aksa tetap mengayun langkah panjang untuk melaksanakan tugas yang dibebankan di pundaknya.

“Heran! Apa sih hebatnya dia sampai-sampai dua wanita bodoh mau saja menikah dengannya?!”

Marsha mendumel dengan wajah sekusut pakaian belum disetrika. Hatinya benar-benar dongkol. Dia tidak rela ada menantu wanita lainnya yang datang ke rumah besar itu. Kalau sampai di antara mereka ada yang berhasil menga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Sebatas Status   27. Seuntai Tanya

    “Di mana kakak iparku? Aku ingin berkenalan dengannya.” Chana berjalan setengah berlari memasuki rumah. Sepanjang jalan tadi hasrat hatinya sudah menggebu-gebu, ingin melihat seperti apa rupa wanita yang baru saja dinikahi Aksa. “Chana!” Aksa mencoba menahan keinginan Chana sambil tangannya terus menyeret koper sang adik. “Apa?” Chana berhenti sejenak dan menengok ke belakang. “Kakak tidak ingin aku mengenalnya? Jahat sekali!” Aksa mengulum senyum. Adiknya itu sudah hampir menikah dan tinggal menghitung jam, tetapi tingkahnya masih saja seperti anak kecil. Sedari dulu Chana selalu tertarik untuk mengetahui segala hal tentang dirinya. Mungkin itulah yang menjadi penyebab hubungan mereka bisa sangat dekat. “Kamu baru saja pulang, tapi yang kamu cari malah orang asing,” keluh Clarissa. “Apa kamu sudah melupakan mama?” “Dan juga kakak iparmu?” Marsha ikut menimpali. Chana memutar kepala, berhadapan dengan Clarissa dan Marsha. “Eh, Mama,” tegurnya. Dia menghambur, mendekap sang mama

    Last Updated : 2021-07-28
  • Istri Sebatas Status   28. Tertangkap Basah

    Seperti seorang pencuri yang sedang beraksi dan takut membangunkan penghuni rumah yang sedang terlena dibuai mimpi, Ainun memutar gagang pintu dengan sangat perlahan. Dia sengaja tidak menyalakan lampu agar tak ada yang menyadari bahwa dia masih terjaga. Ainun menarik daun pintu dan memosisikan kepalanya untuk dapat mengintip tanpa khawatir ketahuan. 'Astagfirullah!' kaget Ainun, beristigfar dalam hati lantas berbisik, “Itu benar-benar Mas Aksa.” Meski samar karena lampu di sepanjang lorong itu sudah padam, Ainun masih dapat mengenali siluet tubuh Aksa. Lelaki itu berdiri tepat di depan pintu kamar Agnes dengan posisi tangan sudah memegang gagang pintu. Detak jantung Ainun kian bergemuruh. Apa yang dilakukan Aksa di sana? Dia tidak mungkin akan nekat tidur sekamar dengan Agnes, bukan? Beragam tanya berseliweran di kepala Ainun seperti potongan-potongan puzzle rumit. Ainun hanya bisa tergugu ketika Aksa benar-benar menghilang di balik pintu kamar Agnes. Inikah makna dari semua sika

    Last Updated : 2021-07-29
  • Istri Sebatas Status   29. Tepergok

    Agnes sedang mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam lemari pakaian ketika dia mendengar suara ketukan pintu. Ditaruhnya bungkusan itu di sudut ranjang saat dia berjalan menuju pintu. Agnes refleks melangkah mundur tatkala mendapati Clarissa berdiri dengan wajah sinis di depan pintu. Tanpa dipersilakan, Clarissa langsung masuk. Bola matanya bergerak liar menyapu seluruh permukaan kasur. “Apa ini?” tanyanya sambil meraih bungkusan yang diletakkan Agnes di atas tempat tidur. “Oh, itu … hadiah kecil untuk Tante,” sahut Agnes. Dia tersenyum canggung. Tidak menyangka kalau ibu mertuanya itu akan mendatangi kamarnya. “Kamu ingin menyogokku?” “Maksud Tante?” “Aku tahu apa hubunganmu dengan Aksa.” “Kalau Tante pikir aku takut kebenaran ini akan terungkap, Tante salah.” Clarissa melengos. Bantahan Agnes menyentil egonya. Dia sudah terlanjur senang karena dia punya senjata untuk menaklukkan Agnes, tetapi dia kecele. Wanita itu punya perisai kepercayaan diri yang cukup kuat untuk menaha

    Last Updated : 2021-07-30
  • Istri Sebatas Status   30. Terseret Arus Kesalahpahaman

    Meski resepsi pernikahan Chana hanya mengundang tamu dalam jumlah yang sangat terbatas, mereka bukanlah orang-orang dari masyarakat biasa. Mereka adalah kalangan atas dan kaum sosialita. Tubuh-tubuh berotot dan terawat baik itu dibalut oleh setelan jas dan gaun mewah yang bernilai puluhan atau bahkan ratusan juta. Ainun dengan penampilannya yang sederhana tampak mencolok, seperti seekor domba di tengah kawanan rusa. Ainun memutuskan untuk menyudut agar tidak menjadi pusat perhatian. “Lihat! Katanya perempuan itu masih keponakan Tuan Haidar,” bisik seorang wanita berusia mendekati kepala lima. Tubuhnya yang terbalut gaun berwarna hitam tampak elegan dan lebih muda dari usia sebenarnya. “Kalian percaya?” Tiga orang rekan yang duduk semeja dengannya serentak memusatkan tatapan mereka pada satu titik yang sama. Tampak Agnes duduk anggun seorang diri dalam balutan gaun berwarna lavender. “Kata siapa?” timpal rekannya yang duduk di sebelah kiri. “Aku dengar Nyonya Clarissa menjawab sep

    Last Updated : 2021-07-31
  • Istri Sebatas Status   31. Berharap Waktu Berhenti Berputar

    Suara mesin berhenti meraung ketika Agnes memutar kunci ke kiri. Dia menoleh ke samping. Lelaki yang diyakininya sebagai Aksa tampak masih tertidur pulas. 'Energinya benar-benar terkuras habis,' komentar Agnes dalam hati. Dia ingin membangunkan Aksa agar segera masuk, tetapi rasa tidak tega membuatnya menarik lagi sebelah tangannya yang sudah terulur. Akhirnya, Agnes memutuskan untuk menunggu selama beberapa waktu. Agnes menumpukan kepala pada putaran roda kemudi dengan lengan kanan melingkar anggun. Kesempatan yang bagus untuk dapat menikmati wajah Aksa sepuas hati saat lelaki itu tertidur lelap. Drrrt! Agnes merasakan tas yang menyenggol pinggulnya bergetar halus. Dia sedikit mendecak kesal lantaran kesenangannya terganggu. Dengan gerakan malas, Agnes merogoh tas dan mengeluarkan ponsel. Menyadari sebuah nomor asing yang mengontaknya, Agnes memutus sambungan telepon tersebut dan menyimpan kembali gawai kesayangannya. Di saat bersamaan, Gugun terjaga. Dia tercengang selama beber

    Last Updated : 2021-08-01
  • Istri Sebatas Status   32. Kesempatan Emas

    Gugun curi-curi pandang pada sosok Ainun yang sedang memakai pakaian. Dia merasa berdosa telah melakukan itu, tetapi sisi hatinya yang lain justru sangat menyukainya. Sekelebat bayangan muncul di benaknya. 'Hah! Apa itu tadi?' Sebuah adegan buram yang memperlihatkan seorang lelaki tengah mendekap hangat seorang wanita dengan tubuh yang masih terbalut handuk membuat kepala Gugun kembali berdenyut nyeri. Berulang kali Gugun geleng-geleng kepala. Entah sedang berjuang mengusir rasa sakit atau mencoba memperjelas bayangan samar yang tadi melintas dalam ingatannya. “Papa sakit ya?” tanya Kyra, mengusap pelipis kiri Gugun dengan jari-jari halusnya. Gugun seperti tersedot ke dalam lautan teduh bola mata Kyra. Dia memaksakan sudut bibirnya melengkung naik. “Tidak. Papa hanya capek,” sahutnya. Sedetik kemudian Gugun terkejut sendiri. Papa? Bagaimana bisa dia menyebut dirinya sendiri sebagai papa sementara seingatnya dia baru saja menjalani pesta pertunangan dengan Aileen. Apa ayah dari an

    Last Updated : 2021-08-02
  • Istri Sebatas Status   33. Menggilir Waktu

    Jika rindu menjadi sehelai pintalan benang kusut, maka sualah yang menjadi pengungkainya. Ainun merasakan damba yang selama ini berkelindan dalam resah, perlahan menemukan titik pengurai dalam perubahan sikap suaminya. Tajamnya bilah ketakutan yang sempat memangkas kebahagiaannya jatuh terempas setelah semburat senyuman menawan terukir indah di wajah Gugun. “Benarkah?” tanya Gugun, menampilkan ekspresi polos. “Memangnya, sebelumnya panggilanku apa?” Ainun melongo. Dia bahkan sampai menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. Setelah beberapa detik, dia baru tersadar dari kekagetan. “Kamu benar-benar tidak ingat, Mas?” Ainun tak percaya Gugun melupakan nama panggilannya sendiri. Gugun menggeleng. Pikirannya kosong akan peta kenangan itu. Yang ada hanyalah rasa penasaran. Kesalahpahaman ini semakin menarik saja. Ainun memberanikan diri menjamah wajah Gugun dengan jari-jari yang sedikit bergetar. “Sejak kita pacaran, aku selalu memanggilmu Gugun …” Ainun menjeda sejenak penjelasan

    Last Updated : 2021-08-03
  • Istri Sebatas Status   34. Mata Hijau

    Gugun keluar dari kamar dikawal Ainun. Dia masih rungau. Langkahnya pun sempoyongan. Gugun tertegun. Memandangi wajah Haidar dan Clarissa yang menghujaninya dengan tatapan penuh amarah. Lagi-lagi dia merasa déjà vu. “Mas!” Ainun segera menangkap tubuh Gugun yang terhuyung ke belakang sambil memegangi kepala. Agnes yang sedari tadi bersembunyi di balik pintu tergabas keluar begitu mendengar pekik Ainun. “Aku yang membawa Aksa pulang, Om!” tegasnya setelah melirik wajah pucat Gugun dalam papahan Ainun. Dia tidak ingin Ainun menjadi korban amarah Haidar dan Clarissa atas apa yang telah dilakukannya. Haidar meneleng dengan mata menyipit. “Kalau nanti kau sudah merasa lebih baik, temui papa secepatnya!” Tampak jelas Haidar berusaha menahan gejolak emosinya. Dia mencuri pandang pada Agnes sekilas, sebelum berbalik dan berjalan menuruni tangga. Clarissa mengekor di belakangnya. 'Sial! Kenapa juga istri muda Aksa harus ikut campur?' dumel Clarissa dalam hati. Menoleh pada Agnes, lalu be

    Last Updated : 2021-08-04

Latest chapter

  • Istri Sebatas Status   82. Sentilan Langit

    Dada Haidar bergemuruh karena darah yang mendidih. Di sampingnya, Jovanta—pengacara yang dipercayainya untuk menangani kasus Agung—mengimbangi langkah cepatnya memasuki ruang tahanan. Haidar mengeritkan gigi ketika melihat Agung meringkuk di balik jeruji besi. Begitu menyadari kehadiran Haidar, Agung bergegas bangkit menemui papanya. “Keluarkan aku dari sini, Pa!” Tangan Agung menggapai udara, berusaha menjangkau Haidar yang tegak dua langkah darinya. Wajahnya tampak lebih tirus. Tulang pipinya mulai mencuat, padahal dia baru mendekam di sel tahanan sementara selama dua minggu. Melihat kulit wajah Agung terlihat kusam dan pucat, hati Haidar terenyuh. Marahnya perlahan memudar, berganti rasa iba. Bagaimanapun, Agung tetaplah anak sulungnya. Mana ada orang tua yang tidak merasa tertekan saat anaknya masuk penjara. Namun, Haidar tidak bisa berbuat apa-apa untuk membebaskan Agung. Dia tidak memiliki cukup uang untuk membayar jaminan. Perusahaan keluarga yang selama ini dikelola oleh A

  • Istri Sebatas Status   81. Menepuk Lalat

    Mobil Aksa meninggalkan butik Agnes dengan kecepatan rendah. Di sebelah Aksa, Agnes duduk tenang. Seulas senyuman tipis menghias wajahnya. “Kelihatannya kau senang sekali dengan pertemuan ini,” goda Aksa di sela-sela kesibukannya mengendalikan roda kemudi. “Ini pertama kalinya aku bisa makan di luar semenjak kecelakaan itu,” timpal Agnes, “Bohong kalau aku bilang aku tidak senang, apalagi … ini juga pengalaman pertama kita menikmati makan siang bersama keluarga Eksa.” “Kau benar. Sampai sekarang, terkadang aku masih merasa seperti mimpi bisa bertemu Eksa lagi.” “Kalian pasti telah melewati hari-hari yang sangat sulit.” Agnes dapat melihat betapa dekatnya hubungan mereka berdua. Setelah menyimak kisah pilu kehidupan masa kecil Aksa, dia mengerti mengapa Aksa mau mengorbankan status lajangnya demi menjaga dan melindungi Ainun. Alih-alih cemburu pada masa lalu Aksa, dia malah bersyukur mendapatkan lelaki sebaik Aksa. Seorang lelaki yang sangat bertanggung jawab terhadap keluarga ser

  • Istri Sebatas Status   80. Pulang

    “Pa, Aksa tidak pernah berniat untuk mempermalukan Papa ataupun Mama,” ujar Agnes, merasa tidak nyaman dengan perdebatan mertua dan suaminya. “Ainun memang bukan istri Aksa. Selama ini, dia hanya berusaha melindungi Ainun dan Kyra.” Muka Haidar menggelap. Dia paling benci dibohongi. “Kalau dia bukan istri dan anakmu, untuk apa kau peduli pada mereka?” semburnya, menatap garang pada Aksa. “Mereka keluarga Eksa, Pa. Bagaimana mungkin aku menelantarkan mereka?” “Apa? Jangan bercanda, Aksa! Eksa sudah lama mati! Mayatnya bahkan tidak pernah bisa ditemukan.” Aksa membuang pandang ke lantai. “Ya. Bagi Papa sama Mama Eksa sudah mati. Kalian tidak pernah peduli setelah dia melarikan diri.” Bulir bening di sudut mata Clarissa menggelinding jatuh mendengar penuturan Aksa. Sebagai ibu yang mengandung dan melahirkan mereka, dia memang tidak pernah mempertanyakan keberadaan Eksa semenjak anaknya itu memberontak dan minggat dari rumah. Dia tidak pernah tahu bahwa Eksa telah mengganti nama pangg

  • Istri Sebatas Status   79. Mengesampingkan Ego

    Agnes menyeka kristal bening yang meluruh dari sudut matanya. Emosinya terhanyut mendengar kidung lara kehidupan masa kecil Aksa. “Kau menangis? Membuat aku benar-benar terlihat menyedihkan!” Meskipun bibirnya melontarkan keluhan mengejek kepada Agnes, Aksa merasakan hatinya menghangat ketika menyadari bahwa Agnes berempati terhadap nasibnya yang kurang beruntung di masa lalu. Setelah berhasil mengendalikan perasaannya, Agnes mengumbar senyuman hangat. “Dengan begitu aku yakin kamu akan lebih menghargai orang lain dan memahami makna kata bahagia yang sesungguhnya.” Agnes juga semakin paham sekarang mengapa Aksa begitu melindungi Ainun dan Kyra. Dia sudah merasakan pahitnya diabaikan. Jadi, wajar jika dia tidak ingin Kyra mengalami hal yang sama. “Kamu enggak dendam kan sama mama?” “Entahlah. Aku hanya merasa berat untuk menemuinya lagi.” Agnes sangat mengerti. Siapa pun yang pernah disakiti—apalagi dalam jangka waktu lama—tentu sulit untuk benar-benar bersikap normal. Mungkin me

  • Istri Sebatas Status   78. Enggan

    “Di mana kau sekarang?” Haidar menodong Aksa dengan pertanyaan interogasi tanpa basi-basi tentang kabar. Aksa mendengkus kecewa. Sepertinya Haidar benar-benar tak peduli apakah dia masih hidup atau sudah mati. “Yang jelas, bukan di rumah Papa!” Aksa menyahut dengan nada dingin. “Anak kurang ajar!” umpat Haidar. “Kalau di rumahku, apa perlu aku bertanya seperti itu?” “Sudahlah. Aku sedang tidak ingin bertengkar,” sahut Aksa. “Aku masih ngantuk.” Selesai berkata begitu, Aksa langsung memutus sambungan telepon. Di ujung telepon. Haidar mengomel panjang pendek lantaran kesal dengan perbuatan Aksa. Berkali-kali dia mencoba memanggil ulang nomor telepon Aksa, tetapi Aksa tidak lagi mengangkat panggilannya. Dengan kesal dan mulut tak henti mengumpat dan memaki, dia mengetik pesan untuk Aksa. Aksa turun dari ranjang dengan tampang kusut. Niatnya untuk melanjutkan tidur sedikit lebih lama gagal total akibat gangguan dering telepon dari papanya. “Lelaki itu masih belum menyerah!” ejek Aks

  • Istri Sebatas Status   77. Lara

    Aksa mematung di depan pintu. Awalnya, dia berniat untuk mengetuk pintu rumah orang tuanya itu. Namun, mendengar suara ribut dari dalam, dia pun membatalkan niatnya. Dia tetap tegak mematung di sana. Menguping pertengkaran yang sedang berlangsung antara mama dan kakak iparnya. Dia merasa aneh mengetahui dua orang yang biasanya sangat akur tersebut berubah seperti musuh. “Ma … Ma … Mama pikir aku naif? Aku tahu Mama tidak pernah membesarkan Aksa dan saudara kembarnya dengan tangan Mama sendiri,” cemooh Marsha. “Mama bahkan tidak pernah memberi mereka ASI. Mereka adalah dua anak sapi yang diasuh oleh pembantu.” “Kamu?” Clarissa mengepalkan tangannya dengan sangat erat. Ingin sekali dia bisa mencabik-cabik mulut Marsha. “Apa aku salah?” Marsha semakin merasa bahwa dirinya berada di atas angin ketika melihat Clarissa tidak berani melayangkan tangan kepadanya. Sudut bibir Marsha mencebik sinis. “Mama bahkan tak peduli Eksa masih hidup atau sudah mati!” Sentilan telak itu membungkam mu

  • Istri Sebatas Status   76. Tutup Mulutmu!

    Melangkah mundur dengan kaki gemetar, muka Nevan memucat seperti kain kafan. Pantatnya kini telah membentur bagian belakang mobilnya. Ke mana dia harus lari sekarang? Nevan bergeser ke kiri. Dia harus bisa menemukan celah untuk berbalik dan masuk ke dalam mobilnya. Dia tidak mau mati konyol di tangan Aksa. “Kupikir kau tak akan muncul lagi di hadapan istriku karena kau sudah belajar dari kesalahanmu,” ejek Aksa dengan seringai menakutkan. “Ternyata kau bertindak terlalu bodoh. Kali ini aku akan memberimu pelajaran yang lebih keras.” Sebuah mobil melintas dan berhenti di dekat Aksa. “Papa!” Krya berteriak dari jendela dengan kaca yang sudah diturunkan. Nevan memanfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri. Namun, teringat gadis kecil itu memanggil papa pada Aksa, langkahnya terhenti. Seringai licik terbit di wajahnya. Dia belum kalah. Krya turun dari mobil dan berlari ke pelukan Aksa yang sudah berjongkok untuk menyambutnya. Ainun mengiring di belakangnya. Seringai Nevan makin leb

  • Istri Sebatas Status   75. Hidupku Bukan Urusanmu!

    Sepasang kaki terbalut celana berwarna navy menjulur dari dalam mobil, diikuti keseluruhan tubuh sang pemilik kaki. Nevan berjalan ke belakang mobilnya dengan dada membusung. Dia melendehkan pantat pada bagian belakang mobil itu dengan bersilang kaki. Sebelah tangannya bersembunyi di dalam saku celana. Sudut bibir Nevan mencebik sinis kepada Aksa. Seringai mengejek pun menggenapi tatapan penuh kebencian yang membidik tepat ke netra gelap Aksa. “Sebaiknya kau menjauh dari sana, Agnes Fan!” sarannya dalam nada perintah. “Kemarilah dan masuk ke mobilku!” Darah Aksa mendidih mendengar anjuran dan perintah Nevan kepada Agnes. Lelaki itu terkesan sengaja menganggapnya sebagai patung batu. Kedua tangan Aksa terkepal erat membentuk tinju. “Apa hakmu memerintah istriku?” Nevan mengungkai kakinya dan tegak lurus. Dia maju selangkah. Berpaling pada Agnes seolah-olah pertanyaan Aksa hanya embusan angin lalu. “Lelaki seperti itu tidak pantas menjadi suamimu,” tegasnya. “Kau desainer ternama d

  • Istri Sebatas Status   74. Kapan Buat Adik?

    “Sayang … itu kan Papa Aksa,” jelas Ainun. “Papa yang selama ini bersama kita.” Mata Kyra berpaling pada Gugun dengan tatapan penuh tanya, 'Kalau itu Papa Aksa, lalu yang ini siapa?' “Nah, yang ini ….” Ainun menepuk pelan lengan atas Gugun, “Papa Gugun. Papa kandung Kyra yang selama ini bekerja jauuuh banget.” Gugun mengelus lembut rambut Kyra. “Iya, Sayang … selama papa pergi, Papa Aksa yang menjaga Kyra sama mama,” jelasnya. “Benarkah?” Senyuman dan anggukan kepala dari empat orang dewasa yang duduk semeja dengannya menghalau ketakutan Kyra. Dia melompat turun dari bangku. “Yeaaay! Aku punya dua papa!” serunya dengan wajah berbinar cerah, berlari mengelilingi meja untuk menghampiri Aksa. Aksa segera mengangkat tubuh mungil Kyra untuk duduk di pangkuannya. Dia terkekeh geli ketika Kyra menyerangnya dengan kecupan bertubi-tubi, nyaris memenuhi seluruh permukaan wajahnya. Setelah puas melepas rindu pada Aksa, mata bening Kyra beralih pada Agnes. “Tante Cantik … apa aku boleh man

DMCA.com Protection Status