“Aku harus menjauh dari pria yang membuat Tiana menemui ajalnya.”
Anna berdiri, hendak melilitkan sprei untuk menutupi tubuhnya. Namun, rasa sakit di bagian bawah tubuhnya membuat Anna terhuyung. Untung saja dia sempat memegang tepi tempat tidur tepat waktu. Kening wanita itu berkerut. Dia mau tidak mau menggerutu di dalam hatinya, “Bagaimana bisa orang-orang mengatakan malam pertama sangat nikmat? Nyatanya ini menyakitkan!”Setelah beberapa saat, Anna kembali tenang dan berusaha untuk berdiri tegak. Dia menghela napas panjang, "Aku benar-benar sial,” gumamnya. “Ck, baiklah. Tidak ada gunanya menggerutu terus-menerus. Lebih baik aku fokus untuk kabur dulu dari sini. Setelah itu, aku bisa memikirkan langkah selanjutnya!""Apa yang sedang kamu katakan?" Suara dingin Keith terdengar ketika dia keluar dari kamar mandi. Tubuh Anna menegang. Tanpa sadar, dia memalingkan muka lalu memundurkan tubuhnya hingga menabrak dinding. Secara teknis, Keith memang suami Tiana, dan dia adalah Tiana. Tapi perilaku Keith sebelumnya membuat Anna trauma.Keith melihat gerakan sang istri yang jelas-jelas menolaknya. Ia makin merasa tidak senang. Pria itu membuang muka, tetapi tatapannya tanpa sadar jatuh ke atas tempat tidur. "I-ini …." Keith membeku. Kilatan keterkejutan muncul di kedua matanya saat melihat ada bercak darah di atas tempat tidur. Tatapannya kemudian beralih pada Anna yang masih membuang muka."Apakah dia masih perawan?" pikir Keith. Dahinya berkerut. “Ia telah menjalin hubungan dengan mantan pacarnya selama dua tahun dan bahkan keluarganya sendiri mengatakan Tiana sempat hamil dan keguguran. Bagaimana mungkin ada bercak darah di sana?”Anna menoleh ke arah Keith. Tentu saja wanita itu tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh suami Tiana. Karenanya, dia hanya berlalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri tanpa mengatakan apa pun.Di dalam kamar mandi, Anna menggosok seluruh tubuhnya dengan kasar, berharap rasa sakit akan kembali membangunkannya ke dunia nyata. Namun, bahkan kulitnya hingga memerah, Anna tetap berada di ruang kamar mandi kediaman Wilson.Jemari Anna sudah berkerut saat ia memutuskan untuk keluar, akhirnya pasrah pada hidupnya. Otaknya buntu memikirkan jalan keluar dari perkembangan tidak terduga ini.Untungnya, saat Anna mengintip ke dalam kamar, ia tidak menemukan Keith di dalamnya."Aku pasti akan kerepotan menghadapinya," desah Anna, merasa lega sekaligus berdebar karena ia masih terbayang ketakutan akan peristiwa tadi.Oleh karena itu, buru-buru Anna menuju tempat tidur yang telah dibersihkan, tampak rapi dengan sprei baru dan memejamkan matanya rapat-rapat.“Semoga pria dingin itu tidak akan kembali ke kamar malam ini."Wanita itu membatin.Namun, harapannya tidak terkabul karena Keith masuk ke kamar dan menghampiri Anna tidak lama kemudian.Pria itu memicingkan matanya saat melihat sosok Anna yang telah terpejam. "Mari kita lihat trik apalagi yang akan kamu mainkan besok, Tiana," ucapnya.Setelah itu, Keith berbalik lalu berjalan keluar kamar.Beberapa saat dalam kesunyian setelah pintu ditutup, Anna membuka kedua matanya.“Aku harus segera pergi dari sini!”***"Tuan! Tuan! Gawat!" Sesosok wanita berusia sekitar 50 tahun menuruni tangga dengan tergesa-gesa.Keith kesal mendengar suara panik kepala pelayan di rumahnya yang ia tugaskan untuk mengawasi Tiana di rumah tersebut. Ia menghela napas berat dan akhirnya bertanya, “Apakah Tiana berulah lagi?” Rose menelan ludah. "Nyo-Nyonya Tiana–beliau … beliau kabur, Tuan!" jawabnya terbata."Apa?!" Keith meraung marah ketika mendengar perkataan Rose. Dia berdiri dari tempatnya dan berlari menuju kamar dengan tergesa-gesa.Pria itu sangat marah. Ternyata dia terlalu meremehkan Tiana. Selama ini, Keith menduga Tiana hanya akan berusaha memprovokasinya. Dia sama sekali tidak berpikir Tiana akan berani melarikan diri.Matanya menyala marah ketika melihat tidak ada siapa pun di atas tempat tidur. Dengan tergesa, Keith berjalan menuju tempat tidur dan memegangnya. "Sudah dingin,” gumamnya. “Dia sudah lama pergi."Keith menatap Rose yang berdiri di depan pintu dengan wajah cemas. Dia segera memerintah wanita itu, "Suruh Zack untuk memeriksa setiap sudut kediaman Wilson dan CCTV!""Baik, Tuan!" jawab Rose.Keith melihat ke sekeliling kamarnya, mencari jejak-jejak atau petunjuk mengenai istrinya. Mata cokelatnya jatuh pada selembar kertas di atas meja. Segera, pria itu membuka lipatan kertas tersebut dan membaca tulisan Tiana yang ia kenal.[Keith, maaf. Aku mengambil uang tunai yang ada di dalam penyimpanan. Suatu saat, pasti akan kukembalikan. Aku janji. Tiana.]Keith meremas dan membuang surat itu ke lantai dengan kesal. Dia mengacak-acak rambutnya karena merasa frustrasi, "Sial! Bagaimana bisa dia lepas dari genggamanku?!"Ada kemarahan dalam suaranya. Juga perasaan tidak berdaya, sekaligus … penyesalan."Tuan!" Tiba-tiba Zack masuk dengan tergesa-gesa. Keith menoleh dan menatapnya asistennya tersebut. "Katakan!" balasnya.Zack terkesiap ketika melihat tatapan penuh kemarahan dari Keith. Selama ini, Keith dikenal sebagai manusia tanpa ekspresi. Dia sangat jarang menunjukkan emosinya. Bahkan, bila perusahaannya menghadapi masalah, dia selalu menghadapinya dengan tenang."Gawat! Nyonya Tiana benar-benar membangunkan singa yang tertidur!" keluh Zack di dalam hatinya. Namun, setelahnya, dia segera melaporkan hasil pemeriksaan. "Tuan Wilson, aku sudah memeriksa CCTV. Nyonya Tiana keluar dari rumah pukul 3 dini hari melalui pintu belakang. Beliau tidak membawa banyak barang dan kami tengah melacak rute yang mungkin dilalui oleh Nyonya.”Seluruh tubuh Keith langsung menegang ketika mendengar penjelasan Zack. Istrinya memilih waktu saat pergantian penjaga. Seakan … Tiana tahu dengan pasti mengenai hal tersebut.Di sisi lain, Zack menundukkan kepalanya. Dia tidak berani mengatakan apa pun lagi."Bagaimana mereka menjaga rumah ini? Mereka bahkan tidak menyadari seseorang keluar masuk rumah ini!" Seruan dingin Keith membuat bulu kuduk Zack merinding. Keith lalu menambahkan, "Panggil semua tim keamanan ke sini sekarang juga!""Baik, Tuan!" jawab Zack."Bagaimanapun caranya, kalian harus berhasil membawanya pulang ke rumah ini!" perintah Keith. Tangannya mengepal. “Jika kalian gagal, kupastikan akan memberikan imbalan sepadan untuk kalian semua.”***“Ugh ....”Anna menggeliat pelan di dalam bus. Wanita itu merogoh sakunya untuk mengeluarkan telepon seluler. Pukul 12 siang.“Pantas saja badanku pegal,” gumamnya.Anna tiba di terminal bus sekitar pukul 4 pagi. Setelah hampir satu jam mencari dan memeriksa peta negara Patriam, dia akhirnya memutuskan untuk pergi ke sebuah kota kecil bernama Kota Oaktree. Sebenarnya, Oaktree tidak bisa dikatakan sebuah kota karena tidak memiliki banyak penduduk serta tidak menarik perhatian.Sayangnya, Oaktree sangat jauh. Anna harus menaiki bus sebanyak 2 kali, berganti ke kereta, dan menempuh perjalanan sekitar 15 jam.“Beberapa jam lagi,” gumam Anna saat bus berhenti di halte Stasiun Kota Alley. Ia berdiri dan merenggangkan tubuhnya sebelum mengantre untuk keluar dari bus.Namun, tiba-tiba–"Semuanya tolong keluar satu per satu dengan rapi dari bus! Kami akan melakukan pemeriksaan!" Suara seorang pria yang tegas terdengar dari luar bus.Seketika, suara-suara protes terdengar dari dalam bus."Mengapa kalian harus melakukan pemeriksaan?""Pemeriksaan? Apa yang kalian cari?""Apakah kalian mempunyai surat perintah pemeriksaan?""Seorang wanita muda kabur dari rumah keluarganya. Kami harus memeriksa seluruh penumpang bus!" jawab pria itu dari luar.Wajah Anna memucat seketika, matanya membola. Dia bergumam pelan, "Sial! Apakah mereka sedang mencariku? Apa yang harus aku lakukan sekarang?""Ah, apakah aku akan tertangkap sekarang?" desah Anna seraya melihat sekelilingnya dengan panik. Perjuangannya selama berjam-jam kini terasa amat singkat dan tidak berguna.Jika ia tertangkap sekarang dan kembali ke hadapan Keith, pria itu pasti akan melakukan hal mengerikan padanya. Dan Anna akan kesulitan untuk pergi lagi, ia yakin.Mungkin, ia tidak akan berdaya sembari menyongsong kematian Tiana.Orang-orang turun satu per satu sementara Anna masih berdiri mematung di tempatnya. Dia menutupi kepalanya dengan tudung jaketnya dan memakai maskernya.“Ah!” Anna refleks mengaduh saat seseorang menyenggolnya. Ia nyaris terjatuh jika saja orang itu tidak menangkapnya.“Maaf, Nona.”Anna melihat seorang lelaki muda yang baru saja menyenggol tubuhnya. Laki-laki itu bertubuh tinggi atletis. Rambut pirangnya lurus sebahu. Mata biru mudanya menyala terang, dan wajahnya terlihat ramah. Secara keseluruhan, laki-laki ini cukup tampan.Tiba-tiba Anna mendapatkan sebuah ide.“Anda baik-baik saja
"Tidak, tidak! Aku tidak mungkin hamil! Kami hanya melakukannya sekali, tidak mungkin akan semudah itu, bukan?" sangkal Anna di dalam hatinya.Anna keluar dari kamar mandi dan membuang sisa sereal di atas meja. Dia sama sekali tidak bisa makan lagi. Kemudian, ia menyambar tas selempangnya dan berjalan keluar dari pintu menuju tempat bekerjanya.Lonceng yang tergantung di atas pintu Toko Roti Delicious berbunyi ketika Anna membuka pintu. Wangi roti yang segar memenuhi ruangan, menyeruak masuk ke dalam indra penciuman Anna, membuat perutnya sedikit bergejolak tanpa sadar.Ben yang sedang menata roti di dalam etalase menoleh ketika mendengar seseorang membuka pintu. Wajahnya seketika berubah cerah ketika melihat siapa yang datang, “Anna!”"Selamat pagi," sapa Anna seraya berjalan menuju loker di belakang kasir.“Apakah Anna sudah datang?” Seorang wanita paruh baya melihat keluar melalui pintu dapur.“Selamat pagi, Nyonya Thompson!” Anna menyapa Serena Thompson, ibu Benjamin, yang juga m
Tiga tahun kemudian ....“Tuan Wilson! Ada kabar baik!” Zack memasuki ruang kerja Keith dengan tergesa-gesa. Dia bahkan tidak mengetuk pintunya dan masuk begitu saja.Keith yang sedang sibuk membaca berkas-berkas di atas meja mendongakkan kepala untuk melihat ke arah orang kepercayaannya itu. Keningnya mengernyit dan dia terlihat kesal. “Begitu penting hingga kamu melupakan sopan santunmu?”Melihat tatapan tidak senang Keith, Zack akhirnya mencoba mengendalikan diri. “Tuan Wilson, maafkan aku. Tapi aku memiliki hal yang sangat penting untuk aku laporkan kepadamu.”“Hal penting?” Keith mengangkat kedua alisnya, menyandarkan punggungnya ke kursi dan menatap Zack dengan tatapan tajam. “Apakah kamu menemukannya?”“Ya!” jawab Zack penuh semangat.Raut wajah Keith menegang sesaat, tetapi kembali santai di detik berikutnya. Dia bertanya kepada Zack dengan nada dingin, “Katakan di mana dia sekarang.”“Nyonya berada di sebuah kota kecil bernama Oaktree. Beliau menyewa rumah kecil dan bekerj
“Pulang?” Alis Anna mengernyit ketika mendengar kata “pulang”. Dia sama sekali tidak menyembunyikan penolakan di wajahnya. “Siapa yang mau pulang denganmu?”Raut wajah Keith tidak kalah sengit. Dia menatap Anna dengan tajam, seolah-olah ribuan pisau sedang tertuju pada wanita di depannya itu.Anna menelan ludahnya dengan susah payah, memberanikan diri untuk menentang Keith, “Kenapa aku harus ikut pulang denganmu? Aku memiliki kehidupanku sendiri di sini dan kamu tidak bisa mengaturku!”“Tiana.” Keith sedikit memiringkan kepalanya saat memanggil nama Tiana. Kata-kata yang diucapkannya penuh dengan penekanan. “Apakah kamu tahu statusmu? Kamu adalah Nyonya Wilson. Istriku.” “Lagi pula,” lanjut Keith. “Anak itu … adalah putraku, bukan?”Anna menarik napasnya dalam-dalam, berusaha membuat dirinya setenang mungkin. Entah sudah berapa kali dia membayangkan adegan ketika Keith berdiri di depan pintu rumahnya seperti saat ini. Anna pikir dirinya bisa tenang. Namun nyatanya, dia hanya mengh
“Tiana?” Keith kembali memanggil Anna, namun wanita itu sama sekali tidak bereaksi.Di sisi lain, Anna masih tenggelam dalam pikirannya. Dia menimbang-nimbang apa yang harus dia lakukan.Selama 3 tahun hidup di dalam dunia novel ini, dia tidak pernah bisa menemukan cara untuk kembali ke dunianya. Bahkan dia tidak kembali ketika pingsan setelah melahirkan. Pada akhirnya, Anna hanya bisa memaksakan diri untuk menerima kondisinya.Kematian Tiana seharusnya terjadi setelah 1 tahun dia memasuki novel. Tapi, meskipun itu sudah terlewat, bukan berarti Anna tidak benar-benar akan mati, bukan? Keith bisa menemukannya, bagaimana kalau keluarganya bisa menemukannya juga?Keith terdiam. Memberikan waktu kepada istrinya untuk berpikir. Dia bahkan bisa melihat wajah tertekan istrinya.Setelah beberapa saat, Anna akhirnya mengambil sebuah keputusan bulat. Dia mendongakkan kepalanya, menatap wajah Keith dan berkata dengan tegas, “Archer memang anakmu. Baiklah, kami akan ikut pulang denganmu.”Keith
“Wah, Mama, lihat! Ada sapi!” seru Archer penuh semangat. Suara celotehan Archer dan jawaban Anna terdengar sepanjang jalan, Zack dan Keith duduk di kursi depan, sedangkan Anna dan Archer menempati kursi belakang. Anna sesekali melirik ke arah kaca spion tengah dan bertatapan dengan sepasang mata yang menatapnya dengan tajam. Anna hanya melemparkan senyum tipis, lalu kembali memalingkan wajahnya dan bercanda dengan Archer.Zack sebenarnya merasa sedikit bingung dengan tingkah laku tuannya. Dia menginginkan istri dan anaknya pulang bersamanya, namun dia sama sekali tidak terlihat bahagia.“Ah, sepertinya hari-hari Nyonya akan sulit,” desah Zack di dalam hatinya.Hanya dalam satu jam perjalanan, Archer sudah tidur di pangkuan Anna. Anna menatap lembut dan membelai rambut anaknya. Semua gerak-geriknya tidak lepas dari perhatian Keith.“Apakah kamu tidak ingin menanyakan tentang keadaan keluargamu?” tanya Keith tiba-tiba.Anna tertegun dan gerakan tangannya berhenti sejenak di udara. Sete
“Tiana!” Nada suara Keith semakin berat, seolah-olah menuntut Anna untuk mematuhinya.Anna mencondongkan tubuhnya ke depan, mendekati telinga Keith lalu berbisik pelan, “bisakah kamu berbicara dan bersikap lebih lembut kepada kami? Kalau kamu setuju, aku akan memberitahu Archer untuk memanggilmu ‘Papa’.”Wajah Keith sudah sehitam dasar panci. Dia tidak menduga Anna akan berani mengajukan permintaan kepadanya. Dia menggertakkan gigi dan bertanya dengan suara rendah, “apakah kamu sedang mempermainkanku?”“Mengapa? Bukankah kamu menjemput kami untuk memperbaiki hubungan kita?” bisik Anna berterus terang.“Dalam mimpimu!” dengus Keith dingin.“Lalu, mengapa kamu terus mencariku dan mengajakku pulang?” celetuk Anna kesal. Dia tidak tahu mengapa laki-laki ini sangat sulit untuk dibujuk.Keith terdiam, sama sekali tidak terlihat berniat menjawab pertanyaan Anna.“Baiklah, kalau begitu silahkan menikmati panggilan ‘Paman’,” desah Anna seraya menyandarkan tubuhnya kembali ke kursi mobil. Kei
Keith menghembuskan nafas berat, setelah itu dia memerintahkan Zack, “bawa Archer ke dalam kamarnya.”“Baik, Tuan,” jawab Zack patuh. Dia tidak berani menunda lagi dan bergegas menggandeng Archer, membawanya masuk ke dalam rumah.Keith menatap Anna, lalu berkata dengan nada tidak senang, “ini semua salahmu.”“Hei, daripada menyalahkanku, bagaimana kalau kita memikirkan solusinya?” celetuk Anna seraya berjalan mendekat.Keith menatap Anna dengan waspada, “solusi? Solusi apa?”“Bagaimana kalau begini. Setiap kali ada Archer, kamu berpura-puralah bersikap lembut kepadaku. Kita tunjukan kepadanya kalau hubungan kita baik-baik saja. Aku yakin dia akan mulai membuka hatinya kepadamu,” saran Anna.“Tidak. Aku bisa membuatnya menyukaiku tanpa bantuanmu,” tolak Keith seraya berjalan pergi meninggalkan Anna.Anna menggeleng pelan dan berkata di dalam hatinya, “Keith benar-benar keras kepala.” Setelah itu, dia berlari mengikuti Keith masuk ke dalam rumah.Anna melihat sekeliling ketika memasuki
Wajah Keith merosot ketika mendengar suara dari luar. Dia segera mengeratkan genggaman tangannya yang sedang menggenggam tangan Anna.Anna mengernyit. Dia sepertinya pernah mendengar suara wanita ini. Dia sedikit yakin, suara ini adalah suara wanita menyebalkan yang didengarnya ketika dia masih melayang-layang di dalam kegelapan.Benar saja, tidak lama kemudian, Marry masuk bersama Lee yang berwajah gelap di belakangnya.“Oh, ternyata benar, jalang ini masih ada di sini,” celetuk Marry dengan nada kesal. Dia lalu menoleh ke arah Lee dengan tatapan meremehkan, “kamu masih terlalu cepat seratus tahun untuk menipuku!”Wajah Lee bertambah hitam, seperti dasar pot. Dia lalu melirik Keith dengan tatapan meminta maaf.Keith menghela nafas pelan. Dia tahu Lee sudah memecat beberapa orang yang berkhianat sebelumnya, tapi ini masih terjadi. Kemungkinan besar Marry berhasil mendapatkan orang baru untuk memata-matai mereka. Siapa yang akan menolak iming-iming uang? Dia tidak bisa menyalahkan Lee.
Thomas berjalan bolak-balik di dalam ruang kerjanya. Dia sedang menunggu kabar dari anak buahnya, Justin, tanpa bisa menahan rasa cemasnya. Tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan dari luar.“Tuan Hartley, ini aku,” suara bass seorang pria terdengar dari luar.“Masuk!” perintah Thomas tanpa menunggu ketukan lain.Seorang pria dengan tinggi sekitar seratus sembilan puluh sentimeter, kepala botak, serta garis wajah yang gerang, bergegas masuk dari luar, tidak lupa menutup pintu yang ada di belakangnya.“Bagaimana?” tanya Thomas.“Polisi memang sempat mencurigai kita, tapi mereka tidak memiliki bukti apapun,” jawab Justin.“Bagus!” Thomas sangat bersemangat ketika dia mendengar laporan Justin. Tangan kanannya ini memang tidak pernah mengecewakannya. Dia lalu kembali teringat dengan Tiana, “bagaimana dengan kabar gadis jalang itu?”“Aku dengar Nona Tiana sudah sadarkan diri,” jawab Justin lagi.“Apa?!” wajah Thomas memucat. Walaupun polisi tidak memiliki bukti, namun kesaksian Anna a
“Kamu?” Anna tertegun ketika mendengar pengakuan Keith. Beberapa saat kemudian dia bertanya, “apakah kita teman masa kecil?” Kalau ya, cukup masuk akal jika mereka menikah. Sebuah plot cerita tiba-tiba saja tergambar di dalam pikiran Anna. Dua orang anak kecil, tumbuh bersama dan saling menjaga. Ketika keduanya dewasa, mereka memutuskan untuk menikah. Betapa indahnya itu.Namun, gelengan kepala Keith menghancurkan imajinasinya, “tidak. Kita hanya pernah bertemu sekali.”“Sekali?” Anna tertegun ketika mendengar perka Keith. Dia lalu bertanya lagi, merasa sangat penasaran “apakah pernikahan kita karena dijodohkan oleh keluarga?”Kalau dilihat-lihat, mereka berdua sepertinya berasal dari keluarga yang bisa dibilang, tidak sembarangan. Dua keluarga berjanji untuk menjodohkan anak-anak mereka, sepertinya itu adalah hal yang biasa.Keith terdiam selama beberapa saat, sebelum akhirnya menjawab, “bisa dibilang seperti itu. Tapi, akulah yang meminta untuk menikahimu, dan keluargamu, setuju.”
“Kabar baik. Keadaan Anna sudah cukup stabil, hanya saja tubuhnya masih terlalu lemah. Aku akan memastikan dia mendapatkan nutrisi terbaik untuk tubuhnya agar lebih cepat pulih,” kata Lee berbicara kepada Keith, setelah dokter lainnya keluar ruangan.Ketika mendengar laporan mengenai Anna, Keith akhirnya bisa menghela nafas lega, seakan-akan batu besar yang selama ini menekan dadanya tiba-tiba saja terangkat. Dia lalu berbicara beberapa patah kata lagi dengan Lee mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh Anna.Setelah memberikan penjelasan yang terperinci, Lee berpamitan kepada Keith, “aku akan mengurus beberapa hal dulu. Kamu pergilah berbicara dengan Anna.” Dia sudah melihat betapa khawatirnya Keith selama beberapa hari ini. Sekarang, istrinya akhirnya tersadar. Dia harus segera menyingkir dan memberikan waktu untuk mereka berbicara. Yah … meskipun Anna sedang kehilangan ingatannya, mungkin saja interaksi keduanya bisa memberikan rangsangan untuk memorinya.Keith mengan
“Bibi Jessy! Paman Zack!” Archer berteriak senang ketika melihat Jessy dan Zack yang baru saja turun dari mobil mereka masing-masing. Dia meronta dalam gendongan Sandra, meminta gadis itu untuk segera menurunkannya.Sandra sedikit kewalahan dengan gerakan Archer dan buru-buru menurunkannya. Bagaimanapun Archer sudah berusia tiga tahun dan gerakannya sudah mulai kuat. Dia takut akan menjatuhkannya bila tidak buru-buru menurunkannya. Sehari sebelum mereka pergi ke taman bermain adalah hari ulang tahun Archer. Dia merasa sangat sedih karena kedua orang tuanya tidak ada di rumah untuk merayakan ulang tahunnya. Ketika melihat Archer yang murung dari pagi, para pelayan merasa kasihan dan mereka langsung membuat pesta ulang tahun sederhana untuknya. Sederhana, namun mewah. Semua orang di Kediaman Wilson hadir untuk merayakannya.Untuk Keith dan Anna, para pelayan bisa memahami alasan mengapa kedua orang itu sampai tidak bisa pulang untuk merayakan ulang tahun Archer. Bagaimanapun kondisi n
Zack tanpa sadar mengangkat kedua alisnya ketika dia melihat tatapan kekaguman Jessy. Dia merasa sedikit malu, juga sedikit bangga dengan dirinya sendiri. Perlu diketahui, Jessy memiliki wajah yang cantik, cukup untuk membuat seorang pria merasa tertarik dengan sosoknya.“Eum … Nona, apakah ada sesuatu di wajahku?” tanya Zack merasa sedikit canggung.Jessy berjalan mendekati Zack, ketika dia sudah berdiri berhadapan dengan pria itu, dia mengangguk penuh semangat, “ya, ada!”“Benarkah?” Zack buru-buru menyentuh wajahnya. Dia menduga wanita ini merasa kagum kepadanya, tapi rupanya ada sesuatu di wajahnya. Betapa memalukannya hal ini!“Ya, ketampanan!” jelas Jessy tanpa ragu.Zack tertegun di tempatnya selama beberapa saat, melihat wajah wanita cantik yang penuh percaya diri di depannya dengan tatapan kosong. Apakah wanita ini sedang menggodanya?Jessy tertawa pelan ketika melihat wajah Zack yang terlihat bodoh, “ha! Ha! Ha! Kamu lucu sekali! Wajahmu baru saja terlihat bodoh, tapi tidak
Marry menoleh, menatap Keith dengan tatapan datar. Beberapa saat kemudian, sudut bibirnya sedikit melengkung yang membuat Keith menyadari kalau ibunya pasti memiliki ide yang buruk.Benar saja, tidak lama kemudian Marry berkata omong kosong dengan entengnya, “sekarang Istrimu dalam keadaan koma. Bukankah ada kemungkinan kalau dia tidak akan sadar lagi?”Wajah Keith berubah gelap. Aura yang dingin dan menekan memenuhi ruangan, membuat Marry tanpa sadar bergidik. Dia sebenarnya merasa takut kepada Keith, tetapi, melihat kenyataan kalau dia adalah ibu yang melahirkannya dan seorang senior, dia merasa akan sangat sia-sia kalau dia takut kepada Keith. Justru anak itu harus belajar untuk menghormatinya.Marry menarik nafas dalam, berusaha menenangkan dirinya dan memasang wajah arogan untuk menunjukan kekuasaan dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Setelah beberapa saat dia kembali berkata, “sungguh sia-sia menunggu orang koma untuk bangun kembali. Itu membuang waktu dan tenagamu. Dengarkan
“Woah!” Mata Archer berbinar begitu memasuki taman bermain. Senyumannya mengembang. Dia buru-buru menggandeng tangan Sandra dan Ben di masing-masing tangannya, lalu menarik keduanya untuk segera pergi bermain.“Tuan Archer, pelan-pelan. Bagaimana kalau kamu terjatuh?” tanya Sandra cemas.“Bagaimana bisa anak laki-laki tidak terjatuh? Kami terbiasa jatuh saat kecil,” kekeh Ben ketika melihat kekhawatiran yang berlebihan di wajah Sandra.Sandra sedikit cemberut ketika mendengar perkataan Ben. Archer adalah anak emas keluarga Wilson. Penerus sah yang harus mereka jaga bahkan dengan nyawa mereka. Bagaimana bisa mereka menyamakannya dengan anak biasa? Tidak bisakah dia melihat tiga orang pria berjas yang mengikuti mereka dari tadi?Ben kembali tertawa ketika melihat ketidaksetujuan Sandra melirik Ben dengan tatapan sedikit sinis, dan bertanya dengan kesal, “apanya yang lucu?”“Wajahmu,” jawab Ben tidak bisa menahan tawanya. “Semua pikiranmu tercetak jelas di wajahmu.”Sandra membuang muka,
“Baiklah. Kamu bisa menunggu di sini dulu. Aku akan bertanya kepada Tuanku,” jawab penjaga itu. Dia baru saja berbalik ketika dia melihat sebuah mobil hendak keluar dari Kediaman Wilson. Pintu gerbang dibuka dari dalam dan mobil itu hendak keluar dari gerbang ketika tiba-tiba saja berhenti.Jendela mobil dibuka, dan seorang anak kecil berusia tiga tahun menampakkan wajahnya yang terlihat sangat bersemangat, “Paman Ben!”Secara kebetulan, Archer merasa sangat bosan hari ini. Jadi dia meminta Sandra membawanya pergi ke taman bermain. Dia tidak menduga akan mendapatkan kejutan di balik pintu gerbang.“Archer!” Benjamin berlari mendekati mobil dengan senyum yang tidak bisa disembunyikannya.Archer tiba-tiba saja membuka pintu, menuruni mobil lalu berlari menuju Ben.“Tuan Archer!” Sandra terkejut dengan gerakan tiba-tiba Archer dan ikut menuruni mobil untuk mengejarnya. Tadi, dia sempat terpana dengan ketampanan Ben sehingga dia tidak menyadari gerakan mendadak Archer. Dia panik. Kalau te