"Ah!"
Anna menjerit ketika merasakan tubuh bagian bawahnya seakan tengah dirobek paksa. Dia bisa merasakan bagian paling sensitif di tubuhnya sangat perih dan sakit.“Apa yang sebenarnya sedang terjadi?” batin gadis itu. Kebingungan meliputi hati Anna. Pasalnya, hal terakhir yang bisa Anna ingat adalah penyakit jantungnya kambuh. Ia merasa sesak dan rasa sakit yang amat sangat di dadanya. Namun, sialnya, Anna tidak bisa menemukan obatnya hingga pandangan Anna menjadi gelap. Anna pikir, ia pingsan. Atau mungkin tewas dan akan terbangun di dunia setelah kematian. Rumah sakit atau alam gaib, itulah yang ada di bayangan Anna.Bukan di bawah kungkungan pria berdada bidang yang kini tengah berada di atasnya! "Si-siapa–" Napas Anna terengah. Ia ingin mendorong pria asing itu, tetapi dia menyadari kalau tenaganya telah terkuras habis.Melihat gerakan Anna, pria itu kemudian menangkap kedua tangan Anna dan menguncinya di atas kepala gadis itu. Wajah pria asing yang semenjak awal memang terlihat tidak ramah, kini menjadi makin kesal. Meskipun begitu, pria asing itu tidak menghentikan gerakannya."Kenapa? Apakah kamu langsung melupakan suamimu?" tanya pria itu dengan suara yang serak dan dalam.Mata Anna membola. "Su-suami?" cicitnya. “Sejak kapan aku menikah dan memiliki suami!?” batin Anna kemudian. Otaknya mencoba berpikir keras di tengah rasa sakit yang mengoyak bagian bawah tubuhnya.Pria itu berdecak. "Trik apa lagi yang ingin kamu mainkan, Tiana?" Wajah pria itu menggelap. Ada percik kemarahan melintas di sepasang mata cokelatnya. Jelas dia sudah tidak bisa menerima perlakuan perempuan yang ada di bawah kuasanya tersebut.Sementara itu, Anna tertegun. "Ti-Tiana?" beonya. Laki-laki di depannya memanggilnya dengan nama Tiana. Anna mencoba mengingat di mana dia pernah mengenali nama ini karena kata itu tidak asing untuknya.Namun, ia tidak memiliki saudara ataupun teman yang bernama Tiana. Dia hanya pernah membaca nama ini di sebuah buku. Buku yang baru saja dia selesaikan yang berjudul 'Mawar yang Rapuh'.Tidak mungkin … kan?"Tiana … Hartley?" Anna bahkan ragu ketika menyebut nama ini. Dalam hati ia bertanya-tanya apakah hal seperti masuk ke dalam novel benar-benar bisa terjadi. Namun, detik berikutnya, ia langsung menyangkal.Yang benar saja! Tidak mungkin, dia pasti sudah gila kalau meyakini hal seperti itu!Sementara itu, pria yang tengah terlibat adegan panas bersamanya tersebut tidak menjawab dan hanya menatap dingin ke arah Anna. Aura dingin memancar keluar dari tubuhnya, membuat Anna sedikit bergidik."Keith?" tanya Anna lagi pelan. Kembali mencoba.Anna melihat wajah pria itu dengan saksama, lalu mencoba mengingat-ingat deskripsi penulis novel "Mawar yang Rapuh" mengenai Keith, suami Tiana.Keith Wilson adalah seorang konglomerat yang memimpin Wilson Group. Perusahaan itu sendiri adalah sebuah perusahaan yang membawahi berbagai macam bisnis di seluruh dunia. Pria yang menjadi suami Tiana Hartley memiliki wajah yang tampan. Bisa dikatakan semua wanita akan terjatuh pada Keith Wilson hanya dengan melihatnya lewat. Matanya yang cokelat dibingkai oleh alis yang tajam. Hidungnya mancung, dengan bibir tipis yang sempurna. Rambut hitam ikalnya ditata dengan rapi. Belum lagi tubuhnya yang tinggi dan atletis, semakin menambah kesempurnaannya.Mata Anna membeliak. Deskripsi itu sangat sesuai dengan pria di atasnya ini!Tiba-tiba pria tersebut menghentikan gerakannya dan tersenyum sinis. Ia kemudian mencemooh, "Ah, akhirnya kamu mengingat nama suamimu?"“Sial!” batin Anna seketika. Tubuhnya gemetar.Jadi dia benar-benar masuk ke dalam dunia novel “Mawar yang Rapuh”?Itu mustahil!Namun, kenyataannya itulah yang terjadi.Tunggu, jadi … apakah dia, Anna Silverlake, sudah tewas di dunia tempatnya berasal? Lalu kenapa ia harus masuk ke dalam tubuh pemeran utama wanita saat ia sedang melakukan hubungan dewasa dengan suaminya!?Lalu, di mana jiwa Tiana Hartley yang asli?Tapi tunggu dulu. Pertama-tama, ia harus keluar dari situasi ini. Apalagi Anna menyadari Keith berhenti bergerak. Anna kemudian berusaha mengajaknya berbicara, "Keith, Keith. Bisakah kita menghentikan ini semua dan berbicara secara baik-baik?"Keith mengernyit. "Berbicara secara baik-baik?” ulangnya, kemudian tersenyum miring. “Kenapa? Apakah permainanku malam ini tidak sebaik pacarmu itu?" Pria tersebut kembali bergerak dengan kasar, napasnya memburu, membuat Anna meratap. Tetesan air mata merembes keluar dari sudut mata perempuan itu akibat rasa sakit yang juga membuat Anna menggigit bibir bawahnya.Kedua alis Keith berkerut ketika melihat Anna menggigit bibirnya. Pria itu menurunkan wajahnya dan mulai melumat bibir Anna."Hmph!" Anna terkejut ketika mendapat serangan tiba-tiba itu. Ciuman Keith begitu agresif dan dominan. Dia bahkan tidak memberikan kesempatan kepada Anna untuk bernapas hingga keduanya kehabisan napas.“Rupanya kamu menyukai permainan yang kasar,” komentar Keith lagi ketika ciuman mereka berakhir. Nada suaranya terdengar mengejek.“A-aku–”Kata-kata Anna terpotong karena sekali lagi, Keith mendaratkan ciuman yang menuntut, menarik Anna untuk mengikuti permainan dan ritmenya hingga pada akhirnya Anna pasrah. Aktivitas mereka baru berhenti saat Keith merasa puas. Tubuh pria itu ambruk di atas Anna dan tidak bergerak selama beberapa saat sementara ia mengatur napasnya yang tidak beraturan.“Ugh…” Anna sendiri mengerang pelan. Hal-hal yang memenuhi kepalanya sekarang pergi entah ke mana akibat permainan brutal dari suami si tokoh utama wanita. Ia tidak sanggup berpikir. Anna bahkan tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan sekaligus kondisinya saat ini.Ia mati muda tanpa pernah menjalin hubungan dengan pria. Lalu tiba-tiba saja ia kini sudah menikah dan langsung berhubungan badan?Sepertinya dunia ini sengaja mempermainkannya.Sementara itu, mendengar erangan Anna, Keith mengangkat tubuhnya dan menatap wajah istrinya. Anna bergidik saat melihat sepasang mata itu melihat wajahnya dengan dingin, sehingga ia membuang wajahnya ke samping. Ia tidak menyadari bahwa tatapan Keith sempat melembut s0elama sepersekian detik saat melihat jejak air mata di pipi sang istri.Namun, kini manik cokelat itu kembali berubah dingin karena sang istri menolak menatapnya.Akan tetapi, Keith tidak mengatakan apa pun. Pria itu hanya mengangkat tubuhnya dari tempat tidur lalu berjalan memasuki kamar mandi dengan acuh tak acuh.Baru setelah itu, Anna bergerak. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh dan memejamkan mata. Mungkin karena adrenalinnya sudah menurun, atau mungkin juga karena otaknya sudah kembali terisi dengan pikiran-pikirannya tadi, Anna kembali menangis."Bagaimana bisa aku ada di sini? Apakah ini bukan mimpi?” isak perempuan itu pelan. Namun, rasa sakit yang tadi ia rasakan amat sangat nyata, sehingga ia yakin bahwa ia tidak sedang bermimpi saat ini.“Apa yang terjadi pada tubuhku? Apakah aku benar-benar mati?” Anna kembali berpikir. Perlahan, Anna melihat sekeliling. Kamar tidur ini sangat luas. Meskipun berkonsep minimalis dengan dinding berwarna putih dan abu-abu, secara keseluruhan kamar ini sangat elegan. Ada beberapa jendela yang kini tertutup tirai dan sebuah pintu menuju balkon."Bagaimana … apakah ada cara agar aku bisa kembali ke duniaku? Toh di sini pun, Tiana akan tetap mati."Anna kembali mengingat cerita novel "Mawar yang Rapuh". Pemeran utamanya, Tiana, meninggal karena terbunuh di akhir cerita. Anna bahkan membenci penulisnya ketika dia menyelesaikan buku itu. Sekarang, dia semakin membencinya karena dia berakhir di dalam novel ini.Adegan yang baru saja terjadi antara dia dan Keith pastilah adegan malam pertama mereka. Dia ingat, Tiana sangat membenci Keith karena sebenarnya Tiana memiliki seorang kekasih yang sangat dicintainya. Namun, karena pernikahannya dengan Keith, Tiana terpaksa berpisah dengan kekasihnya.Di malam pertama mereka, Tiana berkali-kali menyumpahi Keith dan sengaja memancing emosinya. Hal inilah yang membuat Keith merasa sangat marah dan memaksanya berhubungan intim.Sejujurnya, Anna juga tidak menyukai karakter Tiana. Meskipun Tiana tidak kenal takut, namun dia sangat naif, bodoh, dan ceroboh.Anna menarik napas dalam-dalam beberapa kali. Dia harus berusaha tenang untuk mencari jalan keluar. Setelah beberapa saat, Anna sedikit tenang. Dia mengusap air mata di kedua pipinya."Kalau aku mati seperti Tiana di dalam novel, apakah aku bisa kembali hidup di duniaku?" Anna menggigit pelan bibirnya. Sesaat kemudian, dia bergidik. "Tapi kematian Tiana sangat tragis. Aku tidak mau bernasib sama dengannya!"Anna melihat ke arah pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat, dia lalu berpikir, “Kalau aku kabur dari sini, bisakah aku mencari jalan keluar lain agar kembali hidup? Yang jelas, aku harus menjauh dari salah satu orang yang membuat Tiana menemui ajalnya.”“Aku harus menjauh dari pria yang membuat Tiana menemui ajalnya.”Anna berdiri, hendak melilitkan sprei untuk menutupi tubuhnya. Namun, rasa sakit di bagian bawah tubuhnya membuat Anna terhuyung. Untung saja dia sempat memegang tepi tempat tidur tepat waktu. Kening wanita itu berkerut. Dia mau tidak mau menggerutu di dalam hatinya, “Bagaimana bisa orang-orang mengatakan malam pertama sangat nikmat? Nyatanya ini menyakitkan!”Setelah beberapa saat, Anna kembali tenang dan berusaha untuk berdiri tegak. Dia menghela napas panjang, "Aku benar-benar sial,” gumamnya. “Ck, baiklah. Tidak ada gunanya menggerutu terus-menerus. Lebih baik aku fokus untuk kabur dulu dari sini. Setelah itu, aku bisa memikirkan langkah selanjutnya!""Apa yang sedang kamu katakan?" Suara dingin Keith terdengar ketika dia keluar dari kamar mandi. Tubuh Anna menegang. Tanpa sadar, dia memalingkan muka lalu memundurkan tubuhnya hingga menabrak dinding. Secara teknis, Keith memang suami Tiana, dan dia adalah Tiana
"Ah, apakah aku akan tertangkap sekarang?" desah Anna seraya melihat sekelilingnya dengan panik. Perjuangannya selama berjam-jam kini terasa amat singkat dan tidak berguna.Jika ia tertangkap sekarang dan kembali ke hadapan Keith, pria itu pasti akan melakukan hal mengerikan padanya. Dan Anna akan kesulitan untuk pergi lagi, ia yakin.Mungkin, ia tidak akan berdaya sembari menyongsong kematian Tiana.Orang-orang turun satu per satu sementara Anna masih berdiri mematung di tempatnya. Dia menutupi kepalanya dengan tudung jaketnya dan memakai maskernya.“Ah!” Anna refleks mengaduh saat seseorang menyenggolnya. Ia nyaris terjatuh jika saja orang itu tidak menangkapnya.“Maaf, Nona.”Anna melihat seorang lelaki muda yang baru saja menyenggol tubuhnya. Laki-laki itu bertubuh tinggi atletis. Rambut pirangnya lurus sebahu. Mata biru mudanya menyala terang, dan wajahnya terlihat ramah. Secara keseluruhan, laki-laki ini cukup tampan.Tiba-tiba Anna mendapatkan sebuah ide.“Anda baik-baik saja
"Tidak, tidak! Aku tidak mungkin hamil! Kami hanya melakukannya sekali, tidak mungkin akan semudah itu, bukan?" sangkal Anna di dalam hatinya.Anna keluar dari kamar mandi dan membuang sisa sereal di atas meja. Dia sama sekali tidak bisa makan lagi. Kemudian, ia menyambar tas selempangnya dan berjalan keluar dari pintu menuju tempat bekerjanya.Lonceng yang tergantung di atas pintu Toko Roti Delicious berbunyi ketika Anna membuka pintu. Wangi roti yang segar memenuhi ruangan, menyeruak masuk ke dalam indra penciuman Anna, membuat perutnya sedikit bergejolak tanpa sadar.Ben yang sedang menata roti di dalam etalase menoleh ketika mendengar seseorang membuka pintu. Wajahnya seketika berubah cerah ketika melihat siapa yang datang, “Anna!”"Selamat pagi," sapa Anna seraya berjalan menuju loker di belakang kasir.“Apakah Anna sudah datang?” Seorang wanita paruh baya melihat keluar melalui pintu dapur.“Selamat pagi, Nyonya Thompson!” Anna menyapa Serena Thompson, ibu Benjamin, yang juga m
Tiga tahun kemudian ....“Tuan Wilson! Ada kabar baik!” Zack memasuki ruang kerja Keith dengan tergesa-gesa. Dia bahkan tidak mengetuk pintunya dan masuk begitu saja.Keith yang sedang sibuk membaca berkas-berkas di atas meja mendongakkan kepala untuk melihat ke arah orang kepercayaannya itu. Keningnya mengernyit dan dia terlihat kesal. “Begitu penting hingga kamu melupakan sopan santunmu?”Melihat tatapan tidak senang Keith, Zack akhirnya mencoba mengendalikan diri. “Tuan Wilson, maafkan aku. Tapi aku memiliki hal yang sangat penting untuk aku laporkan kepadamu.”“Hal penting?” Keith mengangkat kedua alisnya, menyandarkan punggungnya ke kursi dan menatap Zack dengan tatapan tajam. “Apakah kamu menemukannya?”“Ya!” jawab Zack penuh semangat.Raut wajah Keith menegang sesaat, tetapi kembali santai di detik berikutnya. Dia bertanya kepada Zack dengan nada dingin, “Katakan di mana dia sekarang.”“Nyonya berada di sebuah kota kecil bernama Oaktree. Beliau menyewa rumah kecil dan bekerj
“Pulang?” Alis Anna mengernyit ketika mendengar kata “pulang”. Dia sama sekali tidak menyembunyikan penolakan di wajahnya. “Siapa yang mau pulang denganmu?”Raut wajah Keith tidak kalah sengit. Dia menatap Anna dengan tajam, seolah-olah ribuan pisau sedang tertuju pada wanita di depannya itu.Anna menelan ludahnya dengan susah payah, memberanikan diri untuk menentang Keith, “Kenapa aku harus ikut pulang denganmu? Aku memiliki kehidupanku sendiri di sini dan kamu tidak bisa mengaturku!”“Tiana.” Keith sedikit memiringkan kepalanya saat memanggil nama Tiana. Kata-kata yang diucapkannya penuh dengan penekanan. “Apakah kamu tahu statusmu? Kamu adalah Nyonya Wilson. Istriku.” “Lagi pula,” lanjut Keith. “Anak itu … adalah putraku, bukan?”Anna menarik napasnya dalam-dalam, berusaha membuat dirinya setenang mungkin. Entah sudah berapa kali dia membayangkan adegan ketika Keith berdiri di depan pintu rumahnya seperti saat ini. Anna pikir dirinya bisa tenang. Namun nyatanya, dia hanya mengh
“Tiana?” Keith kembali memanggil Anna, namun wanita itu sama sekali tidak bereaksi.Di sisi lain, Anna masih tenggelam dalam pikirannya. Dia menimbang-nimbang apa yang harus dia lakukan.Selama 3 tahun hidup di dalam dunia novel ini, dia tidak pernah bisa menemukan cara untuk kembali ke dunianya. Bahkan dia tidak kembali ketika pingsan setelah melahirkan. Pada akhirnya, Anna hanya bisa memaksakan diri untuk menerima kondisinya.Kematian Tiana seharusnya terjadi setelah 1 tahun dia memasuki novel. Tapi, meskipun itu sudah terlewat, bukan berarti Anna tidak benar-benar akan mati, bukan? Keith bisa menemukannya, bagaimana kalau keluarganya bisa menemukannya juga?Keith terdiam. Memberikan waktu kepada istrinya untuk berpikir. Dia bahkan bisa melihat wajah tertekan istrinya.Setelah beberapa saat, Anna akhirnya mengambil sebuah keputusan bulat. Dia mendongakkan kepalanya, menatap wajah Keith dan berkata dengan tegas, “Archer memang anakmu. Baiklah, kami akan ikut pulang denganmu.”Keith
“Wah, Mama, lihat! Ada sapi!” seru Archer penuh semangat. Suara celotehan Archer dan jawaban Anna terdengar sepanjang jalan, Zack dan Keith duduk di kursi depan, sedangkan Anna dan Archer menempati kursi belakang. Anna sesekali melirik ke arah kaca spion tengah dan bertatapan dengan sepasang mata yang menatapnya dengan tajam. Anna hanya melemparkan senyum tipis, lalu kembali memalingkan wajahnya dan bercanda dengan Archer.Zack sebenarnya merasa sedikit bingung dengan tingkah laku tuannya. Dia menginginkan istri dan anaknya pulang bersamanya, namun dia sama sekali tidak terlihat bahagia.“Ah, sepertinya hari-hari Nyonya akan sulit,” desah Zack di dalam hatinya.Hanya dalam satu jam perjalanan, Archer sudah tidur di pangkuan Anna. Anna menatap lembut dan membelai rambut anaknya. Semua gerak-geriknya tidak lepas dari perhatian Keith.“Apakah kamu tidak ingin menanyakan tentang keadaan keluargamu?” tanya Keith tiba-tiba.Anna tertegun dan gerakan tangannya berhenti sejenak di udara. Sete
“Tiana!” Nada suara Keith semakin berat, seolah-olah menuntut Anna untuk mematuhinya.Anna mencondongkan tubuhnya ke depan, mendekati telinga Keith lalu berbisik pelan, “bisakah kamu berbicara dan bersikap lebih lembut kepada kami? Kalau kamu setuju, aku akan memberitahu Archer untuk memanggilmu ‘Papa’.”Wajah Keith sudah sehitam dasar panci. Dia tidak menduga Anna akan berani mengajukan permintaan kepadanya. Dia menggertakkan gigi dan bertanya dengan suara rendah, “apakah kamu sedang mempermainkanku?”“Mengapa? Bukankah kamu menjemput kami untuk memperbaiki hubungan kita?” bisik Anna berterus terang.“Dalam mimpimu!” dengus Keith dingin.“Lalu, mengapa kamu terus mencariku dan mengajakku pulang?” celetuk Anna kesal. Dia tidak tahu mengapa laki-laki ini sangat sulit untuk dibujuk.Keith terdiam, sama sekali tidak terlihat berniat menjawab pertanyaan Anna.“Baiklah, kalau begitu silahkan menikmati panggilan ‘Paman’,” desah Anna seraya menyandarkan tubuhnya kembali ke kursi mobil. Kei
Wajah Keith merosot ketika mendengar suara dari luar. Dia segera mengeratkan genggaman tangannya yang sedang menggenggam tangan Anna.Anna mengernyit. Dia sepertinya pernah mendengar suara wanita ini. Dia sedikit yakin, suara ini adalah suara wanita menyebalkan yang didengarnya ketika dia masih melayang-layang di dalam kegelapan.Benar saja, tidak lama kemudian, Marry masuk bersama Lee yang berwajah gelap di belakangnya.“Oh, ternyata benar, jalang ini masih ada di sini,” celetuk Marry dengan nada kesal. Dia lalu menoleh ke arah Lee dengan tatapan meremehkan, “kamu masih terlalu cepat seratus tahun untuk menipuku!”Wajah Lee bertambah hitam, seperti dasar pot. Dia lalu melirik Keith dengan tatapan meminta maaf.Keith menghela nafas pelan. Dia tahu Lee sudah memecat beberapa orang yang berkhianat sebelumnya, tapi ini masih terjadi. Kemungkinan besar Marry berhasil mendapatkan orang baru untuk memata-matai mereka. Siapa yang akan menolak iming-iming uang? Dia tidak bisa menyalahkan Lee.
Thomas berjalan bolak-balik di dalam ruang kerjanya. Dia sedang menunggu kabar dari anak buahnya, Justin, tanpa bisa menahan rasa cemasnya. Tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan dari luar.“Tuan Hartley, ini aku,” suara bass seorang pria terdengar dari luar.“Masuk!” perintah Thomas tanpa menunggu ketukan lain.Seorang pria dengan tinggi sekitar seratus sembilan puluh sentimeter, kepala botak, serta garis wajah yang gerang, bergegas masuk dari luar, tidak lupa menutup pintu yang ada di belakangnya.“Bagaimana?” tanya Thomas.“Polisi memang sempat mencurigai kita, tapi mereka tidak memiliki bukti apapun,” jawab Justin.“Bagus!” Thomas sangat bersemangat ketika dia mendengar laporan Justin. Tangan kanannya ini memang tidak pernah mengecewakannya. Dia lalu kembali teringat dengan Tiana, “bagaimana dengan kabar gadis jalang itu?”“Aku dengar Nona Tiana sudah sadarkan diri,” jawab Justin lagi.“Apa?!” wajah Thomas memucat. Walaupun polisi tidak memiliki bukti, namun kesaksian Anna a
“Kamu?” Anna tertegun ketika mendengar pengakuan Keith. Beberapa saat kemudian dia bertanya, “apakah kita teman masa kecil?” Kalau ya, cukup masuk akal jika mereka menikah. Sebuah plot cerita tiba-tiba saja tergambar di dalam pikiran Anna. Dua orang anak kecil, tumbuh bersama dan saling menjaga. Ketika keduanya dewasa, mereka memutuskan untuk menikah. Betapa indahnya itu.Namun, gelengan kepala Keith menghancurkan imajinasinya, “tidak. Kita hanya pernah bertemu sekali.”“Sekali?” Anna tertegun ketika mendengar perka Keith. Dia lalu bertanya lagi, merasa sangat penasaran “apakah pernikahan kita karena dijodohkan oleh keluarga?”Kalau dilihat-lihat, mereka berdua sepertinya berasal dari keluarga yang bisa dibilang, tidak sembarangan. Dua keluarga berjanji untuk menjodohkan anak-anak mereka, sepertinya itu adalah hal yang biasa.Keith terdiam selama beberapa saat, sebelum akhirnya menjawab, “bisa dibilang seperti itu. Tapi, akulah yang meminta untuk menikahimu, dan keluargamu, setuju.”
“Kabar baik. Keadaan Anna sudah cukup stabil, hanya saja tubuhnya masih terlalu lemah. Aku akan memastikan dia mendapatkan nutrisi terbaik untuk tubuhnya agar lebih cepat pulih,” kata Lee berbicara kepada Keith, setelah dokter lainnya keluar ruangan.Ketika mendengar laporan mengenai Anna, Keith akhirnya bisa menghela nafas lega, seakan-akan batu besar yang selama ini menekan dadanya tiba-tiba saja terangkat. Dia lalu berbicara beberapa patah kata lagi dengan Lee mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh Anna.Setelah memberikan penjelasan yang terperinci, Lee berpamitan kepada Keith, “aku akan mengurus beberapa hal dulu. Kamu pergilah berbicara dengan Anna.” Dia sudah melihat betapa khawatirnya Keith selama beberapa hari ini. Sekarang, istrinya akhirnya tersadar. Dia harus segera menyingkir dan memberikan waktu untuk mereka berbicara. Yah … meskipun Anna sedang kehilangan ingatannya, mungkin saja interaksi keduanya bisa memberikan rangsangan untuk memorinya.Keith mengan
“Bibi Jessy! Paman Zack!” Archer berteriak senang ketika melihat Jessy dan Zack yang baru saja turun dari mobil mereka masing-masing. Dia meronta dalam gendongan Sandra, meminta gadis itu untuk segera menurunkannya.Sandra sedikit kewalahan dengan gerakan Archer dan buru-buru menurunkannya. Bagaimanapun Archer sudah berusia tiga tahun dan gerakannya sudah mulai kuat. Dia takut akan menjatuhkannya bila tidak buru-buru menurunkannya. Sehari sebelum mereka pergi ke taman bermain adalah hari ulang tahun Archer. Dia merasa sangat sedih karena kedua orang tuanya tidak ada di rumah untuk merayakan ulang tahunnya. Ketika melihat Archer yang murung dari pagi, para pelayan merasa kasihan dan mereka langsung membuat pesta ulang tahun sederhana untuknya. Sederhana, namun mewah. Semua orang di Kediaman Wilson hadir untuk merayakannya.Untuk Keith dan Anna, para pelayan bisa memahami alasan mengapa kedua orang itu sampai tidak bisa pulang untuk merayakan ulang tahun Archer. Bagaimanapun kondisi n
Zack tanpa sadar mengangkat kedua alisnya ketika dia melihat tatapan kekaguman Jessy. Dia merasa sedikit malu, juga sedikit bangga dengan dirinya sendiri. Perlu diketahui, Jessy memiliki wajah yang cantik, cukup untuk membuat seorang pria merasa tertarik dengan sosoknya.“Eum … Nona, apakah ada sesuatu di wajahku?” tanya Zack merasa sedikit canggung.Jessy berjalan mendekati Zack, ketika dia sudah berdiri berhadapan dengan pria itu, dia mengangguk penuh semangat, “ya, ada!”“Benarkah?” Zack buru-buru menyentuh wajahnya. Dia menduga wanita ini merasa kagum kepadanya, tapi rupanya ada sesuatu di wajahnya. Betapa memalukannya hal ini!“Ya, ketampanan!” jelas Jessy tanpa ragu.Zack tertegun di tempatnya selama beberapa saat, melihat wajah wanita cantik yang penuh percaya diri di depannya dengan tatapan kosong. Apakah wanita ini sedang menggodanya?Jessy tertawa pelan ketika melihat wajah Zack yang terlihat bodoh, “ha! Ha! Ha! Kamu lucu sekali! Wajahmu baru saja terlihat bodoh, tapi tidak
Marry menoleh, menatap Keith dengan tatapan datar. Beberapa saat kemudian, sudut bibirnya sedikit melengkung yang membuat Keith menyadari kalau ibunya pasti memiliki ide yang buruk.Benar saja, tidak lama kemudian Marry berkata omong kosong dengan entengnya, “sekarang Istrimu dalam keadaan koma. Bukankah ada kemungkinan kalau dia tidak akan sadar lagi?”Wajah Keith berubah gelap. Aura yang dingin dan menekan memenuhi ruangan, membuat Marry tanpa sadar bergidik. Dia sebenarnya merasa takut kepada Keith, tetapi, melihat kenyataan kalau dia adalah ibu yang melahirkannya dan seorang senior, dia merasa akan sangat sia-sia kalau dia takut kepada Keith. Justru anak itu harus belajar untuk menghormatinya.Marry menarik nafas dalam, berusaha menenangkan dirinya dan memasang wajah arogan untuk menunjukan kekuasaan dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Setelah beberapa saat dia kembali berkata, “sungguh sia-sia menunggu orang koma untuk bangun kembali. Itu membuang waktu dan tenagamu. Dengarkan
“Woah!” Mata Archer berbinar begitu memasuki taman bermain. Senyumannya mengembang. Dia buru-buru menggandeng tangan Sandra dan Ben di masing-masing tangannya, lalu menarik keduanya untuk segera pergi bermain.“Tuan Archer, pelan-pelan. Bagaimana kalau kamu terjatuh?” tanya Sandra cemas.“Bagaimana bisa anak laki-laki tidak terjatuh? Kami terbiasa jatuh saat kecil,” kekeh Ben ketika melihat kekhawatiran yang berlebihan di wajah Sandra.Sandra sedikit cemberut ketika mendengar perkataan Ben. Archer adalah anak emas keluarga Wilson. Penerus sah yang harus mereka jaga bahkan dengan nyawa mereka. Bagaimana bisa mereka menyamakannya dengan anak biasa? Tidak bisakah dia melihat tiga orang pria berjas yang mengikuti mereka dari tadi?Ben kembali tertawa ketika melihat ketidaksetujuan Sandra melirik Ben dengan tatapan sedikit sinis, dan bertanya dengan kesal, “apanya yang lucu?”“Wajahmu,” jawab Ben tidak bisa menahan tawanya. “Semua pikiranmu tercetak jelas di wajahmu.”Sandra membuang muka,
“Baiklah. Kamu bisa menunggu di sini dulu. Aku akan bertanya kepada Tuanku,” jawab penjaga itu. Dia baru saja berbalik ketika dia melihat sebuah mobil hendak keluar dari Kediaman Wilson. Pintu gerbang dibuka dari dalam dan mobil itu hendak keluar dari gerbang ketika tiba-tiba saja berhenti.Jendela mobil dibuka, dan seorang anak kecil berusia tiga tahun menampakkan wajahnya yang terlihat sangat bersemangat, “Paman Ben!”Secara kebetulan, Archer merasa sangat bosan hari ini. Jadi dia meminta Sandra membawanya pergi ke taman bermain. Dia tidak menduga akan mendapatkan kejutan di balik pintu gerbang.“Archer!” Benjamin berlari mendekati mobil dengan senyum yang tidak bisa disembunyikannya.Archer tiba-tiba saja membuka pintu, menuruni mobil lalu berlari menuju Ben.“Tuan Archer!” Sandra terkejut dengan gerakan tiba-tiba Archer dan ikut menuruni mobil untuk mengejarnya. Tadi, dia sempat terpana dengan ketampanan Ben sehingga dia tidak menyadari gerakan mendadak Archer. Dia panik. Kalau te