Rania di depan kantor agensi, sedang berdiri menunggu taksi online yang akan membawanya pulang. Tapi sebelum itu, kedua matanya tak sengaja menangkap sosok aktor Rangga Dwijaya yang sedang berjalan ke arahnya sambil membawa bungkusan kue. Itu brownies yang terkenal itu, sepertinya mata Rania masih jeli walaupun dari jarak jauh."Hai, mau pulang ya?""Iya Kak, Kak Rangga juga?""Enggak, masih ada meeting nanti. Ini buat kamu!" Nyatanya yang dipegang Rangga malah diberikan pada Rania."Wah apa ini?""Kue dari penggemar, tadi ngasihnya dua. Karena aku tau kamu habis kesusahan jadi aku ngasih buat kamu. Dimakan ya."Ada rasa haru dan senang pada sang aktor yang ternyata perhatian pada staffnya."Makasih ya Kak Rangga, aku bakal makan kuenya nanti. Ah kalau gitu aku duluan ya, itu taksi aku datang." "Oke, hati-hati ya."Setelah memberi hormat, Rania memilih langsung masuk ke dalam taksi, meninggalkan Rangga yang masih berdiri di sana."Aduh aku lupa, itu kue brownies dan ada campuran tape
"Aahhh, alarmnya menyebalkan!" Tangannya meraba-raba setiap ruang di atas nakas, dan tersentuhlah benda kotak bercesing pink itu, lalu Rania mematikan bunyi yang melengking itu. Meski tak melihat angkanya Rania sudah tahu kalau ini pukul empat pagi. Dia ingat bahwa jadwalnya berangkat itu satu jam lagi, dia harus siap-siap sebelum mobil perusahaan menjemputnya.Dia meregangkan otot-otot, sebelum duduk sempurna. Namun begitu melihat ke sebelahnya, Rania sedang sendirian."Ke mana lagi orang itu?" Sunyi, tidak ada siapa-siapa kecuali dia sendiri. Sedikit tidak peduli, akhirnya Rania pergi ke lantai bawah, menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri.Tapi baru sampai di tangga paling atas, dia melihat pemandangan yang mengejutkan."Hah Algi... kenapa kamu?!" Rania panik dan buru-buru mendekat ke tubuh Algi yang sedang berjalan oleng dan mau terjatuh. Terlihat jelas, Algi memegangi perutnya dengen kencang.Begitu Rania meraih tubuh Algi, laki-laki itu menjatuhkan dirinya di bahu sang istri h
"Gila, hahaha... kok. bisa? Kok bisa aku ngurusin dia??!" Sepertinya Rania bertingkah sedikit gila sejak satu jam yang lalu menggerutu tidak jelas, sampai-sampai dia tidak fokus dengan pekerjaannya. Mulutnya juga mendadak lancar mengomel yang tidak dimengerti oleh bahasa manusia. Tingkahnya menurut dia begitu aneh ketika mengurus Algi yang lagi sakit tadi, sungguh tidak seperti Algi yang suka marah-marah dan ngata-ngatain Rania sebelumnya. Dia terlihat lemah, sembari berpegangan tangan."Gak, maksudnya gini loh. Aku ngapain capek-capek ngurusin dia? Bukannya bagus kalau dia sakit, terus akhirnya koid? Aku kan akhirnya bisa bebas sama ikatan pernikahan kita? Tapi kenapa aku luluh banget??" rengeknya lagi.Rambutnya lah yang sejak tadi menjadi sasaran amukannya yang tak kunjung selesai. Dia cakar, dia acak-acak, dia unyel-unyel, sampai bentuknya mirip sekali dengan bulu domba garut yang lima taun gak cukuran.Sembari memilihkan sepatu ganti, Rania juga terus kepikiran tentang bagaiman
Flashback ke malam tadi.Algi memaksa matanya untuk terbuka karena nyatanya tidur dia tidak nyenyak. Bantalnya basah oleh keringat sebesar biji semangka yang terus keluar dari dahinya. Meski pusing, dia paksa untuk duduk mengambil gelas yang berisi air di meja nakas.Sayangnya air itu habis."Akhh kenapa habis sih.." Suaranya lemah, bibirnya pucat tapi untuk sekedar minta bantuan istrinya rasa gengsi itu menghalanginya. Pada akhirnya Algi memilih untuk turun ke bawah sendiri mengambil air minum.Jalannya saja sudah terjuntai, setelah sampai di tangga terakhir, Algi tak mampu melangkah lagi karena isi perutnya benar-benar seperti akan keluar. Bumi yang dia pijak juga mendadak berputar dan Algi hilang keseimbangan...Dia jatuh di lantai, sebelum tiba di ruang dapur. "Rr-Raann t... tolong..." Keadaannya yang lemah memaksa dia untuk menyebut nama istrinya walau dengan suara yang amat lemah.Keberuntungan sedang berpihak padanya, saat itu tidak lama kemudian jam alarm Rania berbunyi dan w
Rania memasukkan obat sekaligus menuangkan air sedikit demi sedikit ke mulut Algi hingga dia rasa telah berhasil ditelannya. Obat berwarna hijau itu dia pilih karena Rania pikir gambar lambung di bungkusnya membuktikan kalau obatnya memang untuk asam lambung. Tidak berpikir banyak karena rasa panik, mengalahkan segalanya."Aku harap kamu masih idup ya! Kalau nanti kamu mati, aku cuma bisa bilang sorry karena aku gak sengaja ngasih obat itu!" celotehnya dengan senyuman jahil.Dirasa tugasnya udah selesai dan jam kerja sudah semakin dekat, Rania memutuskan untuk meninggalkan Algi sendiri dan segera mempersiapkan keperluan kerja.Itu juga dia lakukan setelah memberikan handuk basah pada kening Algi dengan tujuan menurunkan demam. Ada juga handuk lain yang dia taruh di atas gayung, sewaktu-waktu Algi kembali muntah tapi tidak diketahui managernya.Dia turun ke lantai bawah, lalu memberitahukan keadaan Algi pada kedua managernya, begitulah akhirnya bang Radit bisa berakhir mengetuk kamar A
Taksinya sudah ia berhentikan tepat di tiga rumah sebelum rumah Algi, karena dia biasa berhenti di sana. Dia tidak diperbolehkan secara langsung keluar masuk dari tempat itu apalagi sampai di ketahui kalau dia istri Algi Darmigo. Jadilah Rania penunggu gardu, yang letaknya tak jauh dari rumah suaminya tersebut."Ini Pak uangnya, terima kasih ya." Setelah turun dari taksi, memastikan mobil itu telah pergi, Rania lalu berlari sekencang-kencangnya untuk sampai di rumah. Sudah dari pagi pikirannya terpenjara di rumah ini, membuat dia terus melakukan kesalahan ini dan itu. Sekarang baginya, meminta maaf tidak ada salahnya kan? Supaya nanti dia terbebas dari rasa bersalah."Hai Ran-""Hmmhh halo Bang Radit, daah!" Kasihan sekali, dua orang itu kembali papasan di depan pintu tapi Rania tidak berbicara banyak. Dia hanya menyapa alakadarnya, lalu berlarian melewati lelaki gemuk itu untuk segera sampai di rumahnya."Padahal aku sekarang dipanggil atasan gegara wanita itu, tapi malah dicuekin.
Walau deg-degan di jantungnya, Radit selaku menager Algi tetap memberanikan dirinya mengetuk pintu atasan untuk menghadap dan menjelaskan perihal rumor yang beredar. Karena atasannya berhak tau apa yang sudah terjadi pada semua artis dibawah management nya.Termasuk rumor yang beredar pagi ini, yang menyeret nama Algi dan membuat para fans menghujat agensi GoldHuman yang dinilai lalai menjaga kesehatan para artisnya. Begitulah, jadi bintang idola itu memang gak ada enaknya."Jadi gini Pak Dion, itu si Algi dapat kiriman kue dari temannya, katanya dia lagi buka usaha kue, dan rupanya tertukar sama yang memang tidak ada campuran tapenya. Temannya juga udah minta maaf kok dan masalah udah kelar," terang lelaki bertopi ke belakang itu yang tentu saja dengan pernyataan penuh kebohongan. Mana mungkin dia bilang kalau kue itu dari istrinya?Sedangkan Rania sendiri juga mendapat kue itu dari pemberian orang lain, bukan dia beli sendiri."Teledor itu namanya. Mau saya tingkatkan keamanan di d
"Bangun! Bangun! Bangun woy! Bangun!""Hhnggh ah!""Bangun bangun!"Rania mengusak kepalanya dengan sebal karena tidurnya terganggu oleh guncangan serta suara berisik seseorang, yang sudah dipastikan itu adalah Algi. Kenapa harus di pagi harinya yang amat berharga ini, sih? Kenapa ganggunya gak, tunggu menjelang siang aja."Bangun! Cepetan Ran, please bangun.""Enghh. Ck! apahh sih?" tanya Rania dengan suara seraknya, sebelah matanya terbuka dengan susah payah sambil menggaruk-garuk leher."Ada Elvera di depan rumah, kamu ngumpet dulu ya!"Rania reflek menggerakan tubuhnya random untuk melampiaskan rasa kesalnya, astaga ini bahkan masih terlalu pagi (untuknya) dan Algi sudah ribut memintanya bersembunyi karena di luar ada mantan pacarnya?Ingin sekali rasanya Rania saja yang membuka pintu itu biar dia tau sekalian keberadaan dirinya yang tak perlu disembunyikan lagi."Emang tu mantan pacar mau kamu bawa ke kamar kah? enggak kan?""Ya enggak sih, tapi aku antisipasi aja takutnya dia sa
"Hush hush aku mohon pergi, pergi dari situ please.. jangan bikin Algi makin murka ama aku!" Rania dengan segala ketakutannya, momohon sekali lagi, mencoba mengusir hewan menjijikan yang tak mau beralih itu. Entah kenapa biasanya kecoa akan langsung pergi kalau melihat manusia, tapi ini malah diam di tempat. Air mata Rania sampe menetes sangking takutnya pada amarah Algi nanti.Dan aktivitas wanita itu terlihat jelas oleh Algi dibalik kaca bening, kamarnya. Tadinya laki-laki itu memang bakal memarahi Rania yang sudah menimbulkan suara mencurigakan, tapi karena melihat Rania sibuk mengusir alasan gaduhnya, Algi malah justru melemah dan amarahnya seketika hilang."Hah, nambahin kerjaan aku, aja tuh anak!"Dia beralih sebentar, lalu membawa semprotan serangga dan membuka pintu kamarnya sampai yang di dalam tersentak."Hah, Algi..." Rania kikuk.Dia sadar, dia tau, kalau suaminya pasti akan mengomel karena dia melanggar janjinya, tapi ketahuilah, tadinya Rania juga anteng-anteng saja di
Mana bisa Rania harus tidur lagi, dia pasti penasaran setengah mati tentang suaminya yang sedang mengobrol di bawah sana. Mana suara tawa Elvera sangat melengking sekali, sampai-sampai terdengar hingga ke lantai atas. Terpaksa, dia bangun dari tidurnya dan melakukan aktivitas apapun itu, selagi masih di dalam kamar.Tujuannya pun jatuh pada nonton drama Korea kesukaannya. Ya walaupun sesekali dia gak fokus karena pikirannya ada di bawah sana, tapi Rania masih terus melanjutkan menontonnya itu hingga di menit ke 20.Mata jelinya tak sengaja melihat ada seekor hewan yang melintas di bawah tempat tidur menuju meja rias."Tunggu, itu kecoa bukan sih?" Jantungnya langsung terpacu lebih cepat setelah dia menunduk, meyakinkan penglihatannya bahwa hewan hitam yang berjalan cepat itu adalah kecoa."Anjir kecoa... aaakkhhh, aku harus gimana ini?" Teriak gak bisa, mau bunuh takut, minta tolong Algi juga mustahil. Sedangkan hewan kecil itu berlarian bulak balik antara kasur juga bawah meja yang me
"Bangun! Bangun! Bangun woy! Bangun!""Hhnggh ah!""Bangun bangun!"Rania mengusak kepalanya dengan sebal karena tidurnya terganggu oleh guncangan serta suara berisik seseorang, yang sudah dipastikan itu adalah Algi. Kenapa harus di pagi harinya yang amat berharga ini, sih? Kenapa ganggunya gak, tunggu menjelang siang aja."Bangun! Cepetan Ran, please bangun.""Enghh. Ck! apahh sih?" tanya Rania dengan suara seraknya, sebelah matanya terbuka dengan susah payah sambil menggaruk-garuk leher."Ada Elvera di depan rumah, kamu ngumpet dulu ya!"Rania reflek menggerakan tubuhnya random untuk melampiaskan rasa kesalnya, astaga ini bahkan masih terlalu pagi (untuknya) dan Algi sudah ribut memintanya bersembunyi karena di luar ada mantan pacarnya?Ingin sekali rasanya Rania saja yang membuka pintu itu biar dia tau sekalian keberadaan dirinya yang tak perlu disembunyikan lagi."Emang tu mantan pacar mau kamu bawa ke kamar kah? enggak kan?""Ya enggak sih, tapi aku antisipasi aja takutnya dia sa
Walau deg-degan di jantungnya, Radit selaku menager Algi tetap memberanikan dirinya mengetuk pintu atasan untuk menghadap dan menjelaskan perihal rumor yang beredar. Karena atasannya berhak tau apa yang sudah terjadi pada semua artis dibawah management nya.Termasuk rumor yang beredar pagi ini, yang menyeret nama Algi dan membuat para fans menghujat agensi GoldHuman yang dinilai lalai menjaga kesehatan para artisnya. Begitulah, jadi bintang idola itu memang gak ada enaknya."Jadi gini Pak Dion, itu si Algi dapat kiriman kue dari temannya, katanya dia lagi buka usaha kue, dan rupanya tertukar sama yang memang tidak ada campuran tapenya. Temannya juga udah minta maaf kok dan masalah udah kelar," terang lelaki bertopi ke belakang itu yang tentu saja dengan pernyataan penuh kebohongan. Mana mungkin dia bilang kalau kue itu dari istrinya?Sedangkan Rania sendiri juga mendapat kue itu dari pemberian orang lain, bukan dia beli sendiri."Teledor itu namanya. Mau saya tingkatkan keamanan di d
Taksinya sudah ia berhentikan tepat di tiga rumah sebelum rumah Algi, karena dia biasa berhenti di sana. Dia tidak diperbolehkan secara langsung keluar masuk dari tempat itu apalagi sampai di ketahui kalau dia istri Algi Darmigo. Jadilah Rania penunggu gardu, yang letaknya tak jauh dari rumah suaminya tersebut."Ini Pak uangnya, terima kasih ya." Setelah turun dari taksi, memastikan mobil itu telah pergi, Rania lalu berlari sekencang-kencangnya untuk sampai di rumah. Sudah dari pagi pikirannya terpenjara di rumah ini, membuat dia terus melakukan kesalahan ini dan itu. Sekarang baginya, meminta maaf tidak ada salahnya kan? Supaya nanti dia terbebas dari rasa bersalah."Hai Ran-""Hmmhh halo Bang Radit, daah!" Kasihan sekali, dua orang itu kembali papasan di depan pintu tapi Rania tidak berbicara banyak. Dia hanya menyapa alakadarnya, lalu berlarian melewati lelaki gemuk itu untuk segera sampai di rumahnya."Padahal aku sekarang dipanggil atasan gegara wanita itu, tapi malah dicuekin.
Rania memasukkan obat sekaligus menuangkan air sedikit demi sedikit ke mulut Algi hingga dia rasa telah berhasil ditelannya. Obat berwarna hijau itu dia pilih karena Rania pikir gambar lambung di bungkusnya membuktikan kalau obatnya memang untuk asam lambung. Tidak berpikir banyak karena rasa panik, mengalahkan segalanya."Aku harap kamu masih idup ya! Kalau nanti kamu mati, aku cuma bisa bilang sorry karena aku gak sengaja ngasih obat itu!" celotehnya dengan senyuman jahil.Dirasa tugasnya udah selesai dan jam kerja sudah semakin dekat, Rania memutuskan untuk meninggalkan Algi sendiri dan segera mempersiapkan keperluan kerja.Itu juga dia lakukan setelah memberikan handuk basah pada kening Algi dengan tujuan menurunkan demam. Ada juga handuk lain yang dia taruh di atas gayung, sewaktu-waktu Algi kembali muntah tapi tidak diketahui managernya.Dia turun ke lantai bawah, lalu memberitahukan keadaan Algi pada kedua managernya, begitulah akhirnya bang Radit bisa berakhir mengetuk kamar A
Flashback ke malam tadi.Algi memaksa matanya untuk terbuka karena nyatanya tidur dia tidak nyenyak. Bantalnya basah oleh keringat sebesar biji semangka yang terus keluar dari dahinya. Meski pusing, dia paksa untuk duduk mengambil gelas yang berisi air di meja nakas.Sayangnya air itu habis."Akhh kenapa habis sih.." Suaranya lemah, bibirnya pucat tapi untuk sekedar minta bantuan istrinya rasa gengsi itu menghalanginya. Pada akhirnya Algi memilih untuk turun ke bawah sendiri mengambil air minum.Jalannya saja sudah terjuntai, setelah sampai di tangga terakhir, Algi tak mampu melangkah lagi karena isi perutnya benar-benar seperti akan keluar. Bumi yang dia pijak juga mendadak berputar dan Algi hilang keseimbangan...Dia jatuh di lantai, sebelum tiba di ruang dapur. "Rr-Raann t... tolong..." Keadaannya yang lemah memaksa dia untuk menyebut nama istrinya walau dengan suara yang amat lemah.Keberuntungan sedang berpihak padanya, saat itu tidak lama kemudian jam alarm Rania berbunyi dan w
"Gila, hahaha... kok. bisa? Kok bisa aku ngurusin dia??!" Sepertinya Rania bertingkah sedikit gila sejak satu jam yang lalu menggerutu tidak jelas, sampai-sampai dia tidak fokus dengan pekerjaannya. Mulutnya juga mendadak lancar mengomel yang tidak dimengerti oleh bahasa manusia. Tingkahnya menurut dia begitu aneh ketika mengurus Algi yang lagi sakit tadi, sungguh tidak seperti Algi yang suka marah-marah dan ngata-ngatain Rania sebelumnya. Dia terlihat lemah, sembari berpegangan tangan."Gak, maksudnya gini loh. Aku ngapain capek-capek ngurusin dia? Bukannya bagus kalau dia sakit, terus akhirnya koid? Aku kan akhirnya bisa bebas sama ikatan pernikahan kita? Tapi kenapa aku luluh banget??" rengeknya lagi.Rambutnya lah yang sejak tadi menjadi sasaran amukannya yang tak kunjung selesai. Dia cakar, dia acak-acak, dia unyel-unyel, sampai bentuknya mirip sekali dengan bulu domba garut yang lima taun gak cukuran.Sembari memilihkan sepatu ganti, Rania juga terus kepikiran tentang bagaiman
"Aahhh, alarmnya menyebalkan!" Tangannya meraba-raba setiap ruang di atas nakas, dan tersentuhlah benda kotak bercesing pink itu, lalu Rania mematikan bunyi yang melengking itu. Meski tak melihat angkanya Rania sudah tahu kalau ini pukul empat pagi. Dia ingat bahwa jadwalnya berangkat itu satu jam lagi, dia harus siap-siap sebelum mobil perusahaan menjemputnya.Dia meregangkan otot-otot, sebelum duduk sempurna. Namun begitu melihat ke sebelahnya, Rania sedang sendirian."Ke mana lagi orang itu?" Sunyi, tidak ada siapa-siapa kecuali dia sendiri. Sedikit tidak peduli, akhirnya Rania pergi ke lantai bawah, menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri.Tapi baru sampai di tangga paling atas, dia melihat pemandangan yang mengejutkan."Hah Algi... kenapa kamu?!" Rania panik dan buru-buru mendekat ke tubuh Algi yang sedang berjalan oleng dan mau terjatuh. Terlihat jelas, Algi memegangi perutnya dengen kencang.Begitu Rania meraih tubuh Algi, laki-laki itu menjatuhkan dirinya di bahu sang istri h