"Jangan harap aku mau tidur sama kamu malam ini!" Algi berbisik di telinga Rania dengan rahang mengeras. Padahal ini baru hari pertama mereka menikah, tapi kenapa Rania harus menerima perlakuan buruk Algi, begini?
Di mana image baik dan penyayang yang selalu Algi perlihatkan di depan kamera televisi? Apakah itu hanya tipuan?Rania hanya mampu terduduk lesu di pinggir ranjang mendengar kata-kata pria yang baru saja dinikahinya. Dia sudah menduga hal ini akan terjadi. Pernikahan mereka hanyalah atas perjodohan para kakek mereka yang bersahabat di masa lalu. Kalau saja surat wasiat itu tidak ditemukan, maka Rania saat ini masih bisa hidup dengan bebas.Bukan terpenjara di rumah yang bahkan tak boleh sembarangan dia datangi di setiap ruangannya."Kalau begitu, kenapa kamu menerima pernikahan ini dari awal? Kenapa tidak kamu tolak aja! Berarti kamu juga menginginkan sesuatu atas pernikahan ini, kan?" sela Rania tak kalah kesal."Itu karena..." kata-kata tertahan sejenak. Tidak boleh ada seorang pun yang tahu alasan sebenarnya dia menerima pernikahan ini. Yang pasti, bukan karena cinta atau keterikatan. Melainkan karena ada hal yang harus dia jaga."Kenapa diam? Kalau sama-sama tertahan di jalan buntu, terima aja. Kamu harus terima dengan pernikahan ini!" sambung Rania lagi, dengan nada sedikit emosi.Algi masih dengan amarahnya, membungkuk dan memegangi dagu Rania. "Jangan harap aku bakal dengerin kata-kata kamu, Nona. kamu tahu gak, apa yang paling aku benci sekali?"Rania menggeleng pelan."Cewek polos kayak kamu, yang lagi merencanakan sesuatu buat memenuhi keinginannya. Iya kan? Berapa sih yang lagi kamu butuhin? 1M, 2M? Aku kasih buat kamu!"Algi tak hentinya melontarkan cacian pada Rania yang bahkan tidak sedikitpun terpikir di kepalanya. Rania menerima pernikahan ini, murni karena dia menghormati keputusan ayah dan ibunya, terutama sang Kakek. Bukan karena uang atau apalah seperti kata Algi barusan.Jika Rania tahu kalau calon suaminya sejahat ini, Rania pasti akan menolak mentah-mentah perjodohannya."Aku gak menikah demi tujuan apapun, Algi. Lagian aku masih bisa cari uang sendiri, tanpa bantuan kamu, kok!" tegas Rania, walaupun tubuhnya gemetar hebat, karena menahan suara agar yang di luar tak bisa mendengarnya."Halah bacot! Bushlit banget anjir...di dunia ini, perempuan mau dijodohin sama penyanyi terkenal dan kaya raya tapi gak berharap apa-apa, itu munafik namanya!" final, Algi melempar ponsel yang tadi sedang dipegangnya, sampai terpental jauh dan layarnya retak. Rania sampai reflek menutup wajahnya dengan kedua lengan.Masa bodoh lah benda itu bakal jadi hancur, toh Algi juga bisa membeli handphone baru plus sekonter-konternya."Aku harap, kamu gak banyak tingkah. Cukup tinggal di rumah ini, dan jangan pernah bongkar ke siapapun tentang status kita. Pernikahan ini, gak ada yang tahu kecuali manager kamu. Dan kalau sampai ada yang tahu, berarti kamu pelakunya!" Belum apa-apa, Algi sudah menjatuhkan tuduhan tak mendasar pada istrinya, padahal bisa saja kan itu ulah sang manager?"Emangnya kamu percaya sama managermu? Bagaimana kalo sebenarnya dia yang bongkar pernikahan ini!" sahut Rania, sukes membuat Algi sedikit kelabakan."Ya...ya aku lebih percaya dia, daripada kamu!" Terakhir itu yang disampaikan Algi, sebelum akhirnya dia keluar dari kamarnya menuju ke studio musik, tempat dia menenangkan pikirannya.Melihat alat musik seperti piano, gitar, bas, drum yang berjejer di sana sejenak bisa mendinginkan pikirannya. Hari ini adalah hari yang sangat dia benci seumur hidup.Saat tadi dia bersumpah setia pada Rania di depan pendeta, saat itulah dia seperti sedang berusaha dalam perjalanan menghancurkan karirnya.Katakanlah untuk satu sampai lima tahun, mungkin Algi masih bisa bertahan dengan rahasia pernikahannya. Tapi bagaimana jika akhirnya semua orang tahu bahwa dia sudah menikah, dan tak diterima oleh para fans-nya?Apa yang harus dia relakan??"Ya pasti cewek itu, lah! Buat apa aku masih mempertahankan dia? Bajingan!" umpat Algi tanpa sadar, saat tangannya memukul bas drum sampai berbunyi nyaring dan menggema di ruangan itu. Dia menadahkan kepalanya ke atas, lalu menghela napas dalam dan menghembuskannya.Pikirannya kalut bak benang kusut, saat mendapati jurang dalam di depannya. Hal yang yang dia sesali adalah, kenapa, kakek dia dan kakek Rania harus bersahabat?Padahal masih banyak hal yang harus Algi capai, tapi semua terhalang oleh pernikahan sialan ini."Sialan, sialan!" Umpatan yang di keluarkan Algi sangat banyak, mungkin dia sudah bisa mengabsen nama-nama kebun binatang setelahnya.Dan malam itu, mereka berdua benar-benar tidak tidur dalam satu kamar.***Headline berita :Wawancara eksklusif penyanyi Algi Darmigo dengan majalah dunia, Luxury sudah resmi diliris.Algi berbicara mesra tentang wanita impiannya kelak: "Aku pasti akan mencintai pendampingku dengan penuh cinta dan kelembutan"Saat membosankan seperti ini, Rania hanya bisa men-scroll media sosial miliknya, dan dan secara tak sengaja dia melihat di salah satu postingan yang muncul di berandanya, menunjukkan salah satu headline berita yang dirasanya berisi tipuan."Hah, apa katanya? Penuh cinta dan kelembutan? Mulutnya aja kek buaya darat banget! Boong tuh, berita palsu!" Wanita itu berdecak tak habis pikir, karena bisa-bisanya Algi sangat pintar sekali berakting."Harusnya dia jadi aktor aja, di kehidupan nyata dan kamera berbanding jauh! Pengen banget aku teriak sekencangnya bahwa Algi, sang idol kecintaan kalian itu sudah menikah, terus aku bongkar kelakuannya. Pasti seluruh dunia bakal heboh!" decitnya sembari melempar jauh ponsel yang dia pegang. Sayangnya Rania bukan orang jahat, dan semua unek-unek dia hanya sebatas di dalam mulut.Untuk menyerang Algi, Rania tak punya kekuatan.Dia memilih tidur dengan bertelungkup, menyembunyikan wajah lelahnya di balik bantal. Walau dia tidak dibebani dengan pekerjaan rumah tangga, tapi Rania tetap saja kelelahan secara batin.. Bagaimana tidak?Saat pulang dari manggung, atau latihan vocal, Algi benar-benar seperti tidak melihat kehadiran Rania di sana. Tingkahnya di rumah hanya ada di antara dua pilihan, terdiam seperti tinggal sendirian, atau mencaci Rania seperti kesetanan.Tuduhannya selalu tentang uang uang dan uang yang katanya jadi incaran Rania."Padahal gue masih bisa dapat uang dari usaha gue sendiri. Gak bakal gue ngarep uang sedikit pun ke dia," caci Rania, tapi tak tahu harus melampiaskan kekesalannya pada siapa.Dia hanya mendengus kasar, sebelum mendengar ponselnya berdering."Halo?" Rania mengangkatnya tak bersemangat."Apa benar ini dengan Rania Artalezia?""Ya ya benar, ini siapa ya?""Kami dengan GoldHuman entertainment Kak, kami ingin memberitahukan bahwa anda diterima untuk menjadi staylish di kantor kami. Silakan datang ke gedung GoldHuman lantai 11, pukul satu siang nanti untuk melakukan tandatangan kontrak," papar staff yang menelepon itu, dan sontak membuat mata Rania terbelalak."Apa? Jadi saya diterima?""Benar Kak Rania, selamat ya. Kami tunggu kerja samanya!"Ingin rasanya berteriak kencang, namun ia hanya menganga tanpa bersuara."Baik Kak, baik. Saya akan datang nanti. Terima kasih atas informasinya.""Sama-sama." Kemudian sambungan telepon terputus.Girang sekali Rania sampai dia loncat-loncat di atas kasurnya. Seperti baru saja doanya diijabah Tuhan, untuk mendapatkan uang di atas kakinya sendiri.Memang sudah sejak lama Rania melamar pekerjaan di kantor tersebut, dan baru hari ini dia mendapat balasan."Yes aku diterima juga akhirnya! Yes, yuhu lala lala..." Dia bersenandung ria, sambil berjalan ke arah lemari pakaian, lalu memilih pakaian yang terbaik, menurutnya. Walau jam satu siang masih lama, tapi tak ada salahnya bagi Rania untuk prepare dari sekarang.Ia bahkan menata rambutnya menjadi ikal di bagian bawah, agar terlihat modis. Menjadi staylish tentu harus menunjukkan bahwa kita paham style. Jangan sampai datang dengan wajah kucel dan akhirnya tidak dipercaya."Oke, dandanan aku udah perfect. Berangkat sekarang aja lah!" Setelah menghabiskan setengah jam bergelut dengan make up, Rania terlihat puas memandangi wajahnya di cermin.Terlihat di arlojinya pukul setengah satu siang, dan Rania memutuskan pergi ke sana menggunakan taksi. Tak sudi sekali jika harus pakai salah satu mobil Algi, pasti akan menimbulkan perang dunia ketiga.Selama perjalanan kurang lebih 15 menit, Rania telah tiba di gedung GoldHuman, dan segera menuju lantai 11 seperti apa kata penelepon tadi menaikan elevator.Lalu, begitu pintu lift terbuka di lantai tujuannya, karena tergesa-gesa keluar dari sana Rania tidak memperhatikan langkahnya hingga dia tak sengaja bertabrakan dengan seorang wanita lain, dan membuat barang bawaan wanita itu tercecer di lantai."Astaga, maafkan aku!" kata Rania sambil membantu wanita itu memunguti barangnya."Its oke tak apa, aku juga gak lihat jalan kok, barusan!" jawab si dia dan keduanya lekas sama-sama berdiri."Ini barangnya-" begitu Rania mau menyerahkan id card milik dia, Rania terkejut melihat foto yang tersimpan di belakang case id card itu.Dimana ada foto Algi dan wanita di hadapannya, dengan pose senyum bahagia."Siapa perempuan ini???" Rania langsung bertanya-tanya dalam hatinya.****"Sahabat? Pacar? Mantan? Kira-kira siapa ya wanita itu?" gumam Rania, sepanjang jalan menuju ruangan HRD.Wanita yang tadi dia lihat, benar-benar sempurna. Wajahnya cantik, tubuhnya tinggi, suaranya juga sangat lembut dan bahkan badannya wangi. Pantas saja jika dia menjadi salah satu wanita yang bisa dekat dengan Algi. Dia juga masih ingat dengan jelas, betapa lebarnya senyuman Algi di foto tadi."Aku yang pendek, jelek dan bau ketek kayak gini jangan ngarep deh bisa jadi wanita yang bisa dicintai Algi, mimpi aja kali!" keluhnya, sesaat setelah menghentikan langkah sebentar untuk merapikan pakaiannya.Dia pikir selera Algi mungkin wanita perfect semacam yang tadi dia lihat, pantas saja Algi begitu membenci pernikahan ini."Kalau seandainya dia itu beneran pacarnya, apakah aku ini disebut si pelakor?" Dan pikiran itu berkecamuk di dalam kepalanya, amat menyiksa Rania, sampai-sampai dia tak fokus pada aktivitas yang dia lakukan sekarang. Padahal dia harus wawancara di ruang HRD, tapi m
"Aaakkhhh kamu ngapain gak pakek baju begitu sih? Algi mesum!" Rania histeris sambil melempar tasnya ke tubuh Algi, sehingga lelaki buru-buru mengambil celana yang tak jauh dari tempatnya berdiri dan kembali memakainya seperti semula."Kamu bisa ada suaranya gak sih, kalau masuk ke kamar?""Aku pikir kamu belum pulang. Cepet pakek bajunya!""Iya ini, sabar!"Memang baginya sangat tumben sekali kalau Algi pulang sebelum pukul sembilan malam. Bahkan sebelumnya Algi selalu pulang hampir menyentuh jam 12 malam. Jadi bukan salah Rania, kalau dia menganggapnya rumahnya masih sepi.Setelah memakai baju, Algi juga mengenakan lagi bajunya!"Udah belum?""Apanya?""Pakek bajunya!""Kamu ngapain tutup mata gitu segala, bukannya kamu sering ngeliat cowok telanjang!""Apa kamu bilang?" Rasa kesal wanita itu sepertinya tidak bisa ditahan lagi, sudah capek seharian belanja di Mall, pulang-pulang malah mendengar tuduhan tak jelas lagi. Sekali-kali harus ditegasin lah, biar gak tuman. "Ngomong sekali
Mumpung situasi sedang sepi, Algi dengan panik membawa Rania ke arena tangga darurat yang tidak mungkin dilewati banyak orang. Kali ini, istrinya benar-benar memancing perang dunia ketiga. Ini sudah keterlaluan baginya.Algi mendorong Rania hingga mepet tembok sambil melemparkan tatapan tajam padanya. "Maksud kami apa, tiba-tiba ngelamar kerja sini?? JAWAB!!!"Tubuhnya bergetar tersebab ledakan hebat dalam dada. Rahang menggembung menahan akumulasi udara yang tak terembuskan. Tanpa sadar tangannya terkepal sempurna di bawah."Gak ada maksud apa-apa, aku cuma yaaah... memilih tempat yang paling sempurna aja! Gimana, cukup terkejut kan, kamu?" ucap Rania bernada sindiran."Kamu sengaja, kan?""Awalnya enggak, tapi begitu liat foto kamu terpampang jelas di profil artis GoldHuman, kok aku makin tertarik ya?" Senyum lebar kini terulas di wajah Rania."Bangsat!" umpatnya dengan gigi yang menggertak."Udah ngobrolnya? kamu sadar gak, tingkah kamu sendiri seperti ini yang bakal ngebongkar ra
Selalu saja berakhir dengan perdebatan dan perdebatan lagi. Lelah sekali rasanya Rania jika harus tinggal lebih lama di rumah itu. Sudah mah dijodohkan, tidak dicintai sama sekali, bonus dibentak-bentak pula.Apes banget nasibnya.Andaikan dia tahu kalau lelaki yang dia searching di google, yang terkenal sebagai pria romantis tapi kenyataannya adalah pria anarkis, lebih baik Rania menolak perjodohannya. Rania tidak peduli itu wasiat atau bukan. Masa bodo disebut anak durhaka atau sejenisnya, yang penting Rania bisa menyelamatkan kewarasannya.Iya, lebih lama tinggal di rumah bersama seorang bernama Algi, bisa-bisa membuat Rania harus bolak-balik ke poli jiwa."Sungguh ini keputusan tersial sepanjang hidup aku!" Rania lelah dan segera menenggelamkan diri di balik selimut yang menelan utuh tubuh kecilnya itu. Terserah kalau nanti bakal ada Algi yang bakal ikut tidur di sampingnya atau tetap berpendirian di ruang pribadi dia, yang jelas Rania sudah tidak urus lagi.Sementara di kamar ma
"Aduuh, ini masih pagi Algi, jangan cari ribut deh. Lagian aku bukan direktur atau petinggi yang bisa merubah klien aku secara mendadak gitu."Walau kesal, tapi Rania tidak mood untuk menaikan suaranya. Rasanya menghemat amarah adalah keputusan terbaik, mengingat hari ini dia akan sibuk dan pastinya membutuhkan tenaga lebih banyak. Jadi lebih baik bersikap santai saja."Iya tau, tapi kalau kamu mau akun yang bilang kalau kamu minta artis lain."Keningnya sedikit mengerut akibat ucapan tak tercerna dengan baik itu. "Terus habis itu orang-orang bakal nanya apa hubungan kalian berdua sampai Algi capek-capek minta kak Jess buat ganti artis aku? Nah loh, kalau udah gitu kamu mau jawab apa?"Nggh... krik..tidak ada jawaban dari orangnya."Diem kan? Makanya jangan asal ceplos aja. Lagian kenapa juga aku gak boleh makeup Rangga? Bagus kali, dia kan ganteng, bisa cuci mata tiap hari!"Tak ingin menunda waktunya lagi, Rania lekas pergi dari hadapan Algi membawa serta peralatannya turun ke lanta
"Kak Rangga!" Rania memanggil sang artis ketika dia tiba di lokasi shooting. Set nya sih sederhana, hanya lapangan seluas dua kali lapangan sepak bola yang sudah di setting seperti gelanggang stadion. Ada lintasan untuk pelari juga, sepertinya nanti set Rangga adalah berlari di sana.Sebelum take, Rania satu ruangan bersama Rangga dan tiga artis utama lain sedang di make up. Untung aja karakter Rangga ini bukan yang harus cemong sama bedak. Malah Rania harus set wajah Rangga sedikit hitam dan berminyak. Masa mau lari pakai eyeshadow sih, kan gak mungkin!"Udah lama ya belajar make up?" Rangga bertanya disela-sela aktivitas Rania. Memecahkan keheningan supaya tidak terlalu tegang. Rangga emang biasa kok bercanda dan mengobrol dengan para staylish nya. Tidak cuma pada Rania saja."Kalau kuliah dan praktek sih udah hampir lima tahun, tapi kalau pengalaman kerja, baru kali ini!" Rania menutup mulut dan hidungnya menggunakan masker agar napasnya tak mengganggu Indera penciuman Rangga. "O
Menjadi bintang tamu acara musik live televisi telah Algi laksanakan dengan baik. Penonton di area outdoor itu juga mendadak lebih banyak saat pihak stasiun televisi mengumumkan akan menggaet Algi Darmigo sebagai bintang tamunya.Dan perlu kalian ketahui bahwa menyanyikan dua lagu tadi, bayarannya setara dengan harga satu mobil sedan keluaran terbaru. Itu cuma berdurasi 7 menit. Bagaimana yang full satu album?Setelah selesai dari lokasi kedua, Algi dan managernya memilih untuk kembali sebentar ke perusahaan karena ada beberapa hal yang harus diurus. Dan begitu sampai di kantor, mobil Algi kebetulan sekali berada di belakang mobil staff shooting Rangga dan dengan kedua matanya, Algi jelas melihat Rania yang turun membawa segala pakaian yang dipakai artisnya tadi. Membungkuk untuk berpamitan, Rania memilih masuk terlebih dahulu."Bang, aku turun di sini aja ya!" Belum sampai di depan pintu, Algi memilih turun duluan, dan iseng mengikuti Rania yang masuk ke elevator.Awalnya Algi mau ik
Flashback ke tujuh tahun yang lalu.Lelaki itu memegang sebuah map berwarna coklat berlari dengan mengerahkan segala tenaganya untuk sampai di sebuah kafe, di mana dia sedang ditunggu oleh kekasihnya.Algi yang saat itu belum terkenal, belum terjun di dunia musik hanya seorang anak SMA yang baru saja lulus sekolah. Map yang dia bawa adalah sebuah dokumen yang berisi informasi bahwa dia diterima masuk pelatihan musik bergengsi di Amerika. Hal itu yang mau dia sampaikan pada sang kekasih, akhirnya dia bisa memamerkan hasil jeri payahnya selama ini. Kalau sudah bisa ikut pelatihan di sana, Alagi bisa meraih impiannya untuk menjadi penyanyi dunia.Hobinya pada musik memang tidak main-main, hal yang akan selalu dia banggakan adalah ketika berhasil mempelajari musik. Baik itu alatnya, maupun instrumennya."El, liat ini?" Dengan raut wajah ceria, dengan mata berbinar, dengan senyuman sumringah, Algi memperlihatkan dokumen itu pada kekasihnya. "Aku keterima di Hig Music Amerika, yeaaayyy!!!"
"Hush hush aku mohon pergi, pergi dari situ please.. jangan bikin Algi makin murka ama aku!" Rania dengan segala ketakutannya, momohon sekali lagi, mencoba mengusir hewan menjijikan yang tak mau beralih itu. Entah kenapa biasanya kecoa akan langsung pergi kalau melihat manusia, tapi ini malah diam di tempat. Air mata Rania sampe menetes sangking takutnya pada amarah Algi nanti.Dan aktivitas wanita itu terlihat jelas oleh Algi dibalik kaca bening, kamarnya. Tadinya laki-laki itu memang bakal memarahi Rania yang sudah menimbulkan suara mencurigakan, tapi karena melihat Rania sibuk mengusir alasan gaduhnya, Algi malah justru melemah dan amarahnya seketika hilang."Hah, nambahin kerjaan aku, aja tuh anak!"Dia beralih sebentar, lalu membawa semprotan serangga dan membuka pintu kamarnya sampai yang di dalam tersentak."Hah, Algi..." Rania kikuk.Dia sadar, dia tau, kalau suaminya pasti akan mengomel karena dia melanggar janjinya, tapi ketahuilah, tadinya Rania juga anteng-anteng saja di
Mana bisa Rania harus tidur lagi, dia pasti penasaran setengah mati tentang suaminya yang sedang mengobrol di bawah sana. Mana suara tawa Elvera sangat melengking sekali, sampai-sampai terdengar hingga ke lantai atas. Terpaksa, dia bangun dari tidurnya dan melakukan aktivitas apapun itu, selagi masih di dalam kamar.Tujuannya pun jatuh pada nonton drama Korea kesukaannya. Ya walaupun sesekali dia gak fokus karena pikirannya ada di bawah sana, tapi Rania masih terus melanjutkan menontonnya itu hingga di menit ke 20.Mata jelinya tak sengaja melihat ada seekor hewan yang melintas di bawah tempat tidur menuju meja rias."Tunggu, itu kecoa bukan sih?" Jantungnya langsung terpacu lebih cepat setelah dia menunduk, meyakinkan penglihatannya bahwa hewan hitam yang berjalan cepat itu adalah kecoa."Anjir kecoa... aaakkhhh, aku harus gimana ini?" Teriak gak bisa, mau bunuh takut, minta tolong Algi juga mustahil. Sedangkan hewan kecil itu berlarian bulak balik antara kasur juga bawah meja yang me
"Bangun! Bangun! Bangun woy! Bangun!""Hhnggh ah!""Bangun bangun!"Rania mengusak kepalanya dengan sebal karena tidurnya terganggu oleh guncangan serta suara berisik seseorang, yang sudah dipastikan itu adalah Algi. Kenapa harus di pagi harinya yang amat berharga ini, sih? Kenapa ganggunya gak, tunggu menjelang siang aja."Bangun! Cepetan Ran, please bangun.""Enghh. Ck! apahh sih?" tanya Rania dengan suara seraknya, sebelah matanya terbuka dengan susah payah sambil menggaruk-garuk leher."Ada Elvera di depan rumah, kamu ngumpet dulu ya!"Rania reflek menggerakan tubuhnya random untuk melampiaskan rasa kesalnya, astaga ini bahkan masih terlalu pagi (untuknya) dan Algi sudah ribut memintanya bersembunyi karena di luar ada mantan pacarnya?Ingin sekali rasanya Rania saja yang membuka pintu itu biar dia tau sekalian keberadaan dirinya yang tak perlu disembunyikan lagi."Emang tu mantan pacar mau kamu bawa ke kamar kah? enggak kan?""Ya enggak sih, tapi aku antisipasi aja takutnya dia sa
Walau deg-degan di jantungnya, Radit selaku menager Algi tetap memberanikan dirinya mengetuk pintu atasan untuk menghadap dan menjelaskan perihal rumor yang beredar. Karena atasannya berhak tau apa yang sudah terjadi pada semua artis dibawah management nya.Termasuk rumor yang beredar pagi ini, yang menyeret nama Algi dan membuat para fans menghujat agensi GoldHuman yang dinilai lalai menjaga kesehatan para artisnya. Begitulah, jadi bintang idola itu memang gak ada enaknya."Jadi gini Pak Dion, itu si Algi dapat kiriman kue dari temannya, katanya dia lagi buka usaha kue, dan rupanya tertukar sama yang memang tidak ada campuran tapenya. Temannya juga udah minta maaf kok dan masalah udah kelar," terang lelaki bertopi ke belakang itu yang tentu saja dengan pernyataan penuh kebohongan. Mana mungkin dia bilang kalau kue itu dari istrinya?Sedangkan Rania sendiri juga mendapat kue itu dari pemberian orang lain, bukan dia beli sendiri."Teledor itu namanya. Mau saya tingkatkan keamanan di d
Taksinya sudah ia berhentikan tepat di tiga rumah sebelum rumah Algi, karena dia biasa berhenti di sana. Dia tidak diperbolehkan secara langsung keluar masuk dari tempat itu apalagi sampai di ketahui kalau dia istri Algi Darmigo. Jadilah Rania penunggu gardu, yang letaknya tak jauh dari rumah suaminya tersebut."Ini Pak uangnya, terima kasih ya." Setelah turun dari taksi, memastikan mobil itu telah pergi, Rania lalu berlari sekencang-kencangnya untuk sampai di rumah. Sudah dari pagi pikirannya terpenjara di rumah ini, membuat dia terus melakukan kesalahan ini dan itu. Sekarang baginya, meminta maaf tidak ada salahnya kan? Supaya nanti dia terbebas dari rasa bersalah."Hai Ran-""Hmmhh halo Bang Radit, daah!" Kasihan sekali, dua orang itu kembali papasan di depan pintu tapi Rania tidak berbicara banyak. Dia hanya menyapa alakadarnya, lalu berlarian melewati lelaki gemuk itu untuk segera sampai di rumahnya."Padahal aku sekarang dipanggil atasan gegara wanita itu, tapi malah dicuekin.
Rania memasukkan obat sekaligus menuangkan air sedikit demi sedikit ke mulut Algi hingga dia rasa telah berhasil ditelannya. Obat berwarna hijau itu dia pilih karena Rania pikir gambar lambung di bungkusnya membuktikan kalau obatnya memang untuk asam lambung. Tidak berpikir banyak karena rasa panik, mengalahkan segalanya."Aku harap kamu masih idup ya! Kalau nanti kamu mati, aku cuma bisa bilang sorry karena aku gak sengaja ngasih obat itu!" celotehnya dengan senyuman jahil.Dirasa tugasnya udah selesai dan jam kerja sudah semakin dekat, Rania memutuskan untuk meninggalkan Algi sendiri dan segera mempersiapkan keperluan kerja.Itu juga dia lakukan setelah memberikan handuk basah pada kening Algi dengan tujuan menurunkan demam. Ada juga handuk lain yang dia taruh di atas gayung, sewaktu-waktu Algi kembali muntah tapi tidak diketahui managernya.Dia turun ke lantai bawah, lalu memberitahukan keadaan Algi pada kedua managernya, begitulah akhirnya bang Radit bisa berakhir mengetuk kamar A
Flashback ke malam tadi.Algi memaksa matanya untuk terbuka karena nyatanya tidur dia tidak nyenyak. Bantalnya basah oleh keringat sebesar biji semangka yang terus keluar dari dahinya. Meski pusing, dia paksa untuk duduk mengambil gelas yang berisi air di meja nakas.Sayangnya air itu habis."Akhh kenapa habis sih.." Suaranya lemah, bibirnya pucat tapi untuk sekedar minta bantuan istrinya rasa gengsi itu menghalanginya. Pada akhirnya Algi memilih untuk turun ke bawah sendiri mengambil air minum.Jalannya saja sudah terjuntai, setelah sampai di tangga terakhir, Algi tak mampu melangkah lagi karena isi perutnya benar-benar seperti akan keluar. Bumi yang dia pijak juga mendadak berputar dan Algi hilang keseimbangan...Dia jatuh di lantai, sebelum tiba di ruang dapur. "Rr-Raann t... tolong..." Keadaannya yang lemah memaksa dia untuk menyebut nama istrinya walau dengan suara yang amat lemah.Keberuntungan sedang berpihak padanya, saat itu tidak lama kemudian jam alarm Rania berbunyi dan w
"Gila, hahaha... kok. bisa? Kok bisa aku ngurusin dia??!" Sepertinya Rania bertingkah sedikit gila sejak satu jam yang lalu menggerutu tidak jelas, sampai-sampai dia tidak fokus dengan pekerjaannya. Mulutnya juga mendadak lancar mengomel yang tidak dimengerti oleh bahasa manusia. Tingkahnya menurut dia begitu aneh ketika mengurus Algi yang lagi sakit tadi, sungguh tidak seperti Algi yang suka marah-marah dan ngata-ngatain Rania sebelumnya. Dia terlihat lemah, sembari berpegangan tangan."Gak, maksudnya gini loh. Aku ngapain capek-capek ngurusin dia? Bukannya bagus kalau dia sakit, terus akhirnya koid? Aku kan akhirnya bisa bebas sama ikatan pernikahan kita? Tapi kenapa aku luluh banget??" rengeknya lagi.Rambutnya lah yang sejak tadi menjadi sasaran amukannya yang tak kunjung selesai. Dia cakar, dia acak-acak, dia unyel-unyel, sampai bentuknya mirip sekali dengan bulu domba garut yang lima taun gak cukuran.Sembari memilihkan sepatu ganti, Rania juga terus kepikiran tentang bagaiman
"Aahhh, alarmnya menyebalkan!" Tangannya meraba-raba setiap ruang di atas nakas, dan tersentuhlah benda kotak bercesing pink itu, lalu Rania mematikan bunyi yang melengking itu. Meski tak melihat angkanya Rania sudah tahu kalau ini pukul empat pagi. Dia ingat bahwa jadwalnya berangkat itu satu jam lagi, dia harus siap-siap sebelum mobil perusahaan menjemputnya.Dia meregangkan otot-otot, sebelum duduk sempurna. Namun begitu melihat ke sebelahnya, Rania sedang sendirian."Ke mana lagi orang itu?" Sunyi, tidak ada siapa-siapa kecuali dia sendiri. Sedikit tidak peduli, akhirnya Rania pergi ke lantai bawah, menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri.Tapi baru sampai di tangga paling atas, dia melihat pemandangan yang mengejutkan."Hah Algi... kenapa kamu?!" Rania panik dan buru-buru mendekat ke tubuh Algi yang sedang berjalan oleng dan mau terjatuh. Terlihat jelas, Algi memegangi perutnya dengen kencang.Begitu Rania meraih tubuh Algi, laki-laki itu menjatuhkan dirinya di bahu sang istri h