Share

Bab4 Aku Pelakor

Author: RinaraDesvia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bab 4 Aku Sang Pelakor

Aku hanya berharap agar kesehatan Mbak Riana tetap baik-baik saja setelah ini.  Maaf Mbak tapi aku tak ada jalan lain. Wajah Mas Farel sedikit menegang begitu sampai di rumah Mbak Riana, walaupun dia berusaha tenang tapi aku dapat menangkap ekspresi gelisahnya.

"Ayo Mas turun, kok malah bengong," ujarku saat Mas Farel yang lama tak turun dari mobil.

"Iya," jawab Mas Farel gugup. Namun kemudian segera membuka pintu mobil untuk keluar dari mobil.

"Papa!" 

Tasya berlari memeluk Mas Farel saat kami baru saja turun dari mobil. Wajah Mas Farel berubah pias dan tegang saat Tasya memeluknya erat. Rasakan kamu Mas, kamu gak akan bisa menghindar kali ini!

Wajah Mas Farel pucat saat Tasya memeluknya, bibirnya bahkan gemetar dan wajahnya berubah pias saat menatapku.

"Kok Papa sama Bu Guru datangnya barengan?" Ujar Tasya, wajah anak kecil itu tampak bingung. Sementara Mas Farel hanya berdiri mematung menatapku.

"Iya Sayang, tadi Papa kamu ketemu Bu Guru dulu," ujarku kemudian berjongkok mensejajarkan tubuhku dengannya. "Mama mana?" lanjutku.

Sebisa mungkin aku menyembunyikan gejolak dihati dan menahan air mata agar tak jatuh kepipi. sungguh hatiku terasa sakit dan pilu, dadaku bahkan terasa sesak dan susah untuk bernapas.

"Ada, di dalam," jawab Tasya. Senyum tak lepas dari bibir mungil itu.

"Mama ... Papa datang ni sama Bu Guru!" teriak Tasya sambil berlari riang masuk kedalam. Tampak dia begitu bergembira menyambut kedatangan kami, bukan lebih tepatnya kedatangan Mas Farel. Kutatap Mas Farel yang masih berdiri mematung menatapku, wajahnya sudah berubah pucat kini. 

"Sayang, aku-aku akan jelaskan semuanya. Ini tak seperti yang kamu bayangkan," ucap Mas Farel berusaha meraih tanganku. Namun, segera kutepis, tak sudi aku disentuh olehnya.

"Nanti saja jelaskan di dalam," ketusku.

Aku segera berjalan kedalam rumah Mbak Riana dengan sejuta rasa dan gejolak di hati ini, aku ingin lari dari kenyataan ini tapi aku sadar sepahit apapun ini aku harus hadapi.

"Mas, kok bisa samaan datangnya sama Bu Guru Ane?" tanya Mbak Riana sedikit bingung.

Kuperhatikan saja Mas Farel yang masih tetap diam dan sedikit kaku saat Mbak Riana mencium punggungnya.  Ya Allah, kuatkan hatiku.

"Nenek, ini Bu Guru Ane, guru cantiknya Tasya," kata Tasya mmperkenalkan aku dengan neneknya.  Wanita tua yang dipanggil nenek oleh Tasya itu menatapku penuh selidik.

"Mas, mau minum apa aku buatkan?" ujar Mbak Riana lembut pada Mas Farel. Namun, Mas Farel hanya diam, mulutnya seperti terkunci hingga tak bisa berkata apa-apa lagi.

Ya Tuhan teganya  dia mengkianati wanita sebaik Mbak Riana, sungguh aku menyesal Ya Allah, sudah mempercayai suamiku. Betapa bodohnya aku yang mau saja diperdaya olehnya, Ya Allah.

"Mas," kata mbak Riana kembali memanggil Mas Farel.

"I-iya," jawab Mas Farel lirih, seperti enggan membuka suara. Entah bagaimana hatinya saat ini.

"Kok kamu diam saja?" 

Senyap, Mas Farel sepertinya sudah mati kutu sehingga tak mampu berkata apa-apa lagi.

"Kamu kemana saja Rel? Riana ini masih istrimu dan kamu masih wajib menjenguknya bahkan menafkahinya. Kamu gak bisa melepas tanggung jawab begitu saja pada Riana. Di mana hati kamu membiarkan istrimu berjuang hidup sendirian."  

Kata- kata Ibu Mbak Riana itu serasa menampar wajahku, betapa egoisnya aku yang setiap malam bisa memeluk suamiku sementara istri pertamanya menderita dan berjuang seorang diri. Tapi benarkah ini salahku, bukankah aku juga korban?

"Bu." Mbak Riana memegang tangan Ibunya lembut. "Gak usah bicara ini dulu ya, gak enak sama Bu Guru," ujar Mbak Riana. Netra Ibunya kini beralih memandang kearahku, tatapanya tajam serasa ingin menguliti tubuhku.

"Bagaimana Bu Guru bisa datang dengan mantu saya, jangan-jangan Bu Guru ada hubungan dengan Farel."

Jleb !

Kata-kata itu bagai busur tajam menusuk lerung hatiku, sakit dan perih menusuk jantung hingga ke paru sehingga aku susah untuk bernapas.

"Saya...," kataku tertahan.

"Dia istri saya," ujar Mas Farel yang tanpa kuduga.

"Maksudnya apa, Mas?" tanya Mbak Riana. Wanita itu menatap tepat kemanik mata Mas Farel, sepertinya meminta penjelasan.

"Aku sudah menikah lagi, maaf. Tapi aku sudah tak tahan menghadapi kamu yang sakit-sakitan, aku menjadi tak terurus, kebutuhan lahir maupun batinku terabaikan." 

Jleb!

Ya Tuhan, jadi begini aslinya lelaki yang selama ini aku puja.

"Tega kamu, Mas," ucap Mbak Riana. Kedua netranya berembun, dadanya bergelombang.

"Di mana hati nurani kamu Mas, saat aku sakit, saat aku membutuhkan dukunganmu, kamu malah dengan teganya bersenang-senang dengan wanita lain."  Mbak Riana memegang dadanya, sepertinya Dia juga kesulitan untuk bernapas.

"Dan kau," kini Mbak Riana beralih menatapku. "Selama ini aku anggap kamu wanita baik-baik dan terpelajar tapi nyatanya," kembali Mbak Riana menatapku penuh emosi. 

 "Dasar pelakor," ucap Mbak Riana dengan penuh penekanan membuat aku mati kutu seketika. Mbak Riana menatap nyalang kearahku, kilat kemarahan terlihat jelas dimatanya. Ya Tuhan apa yang harus aku katakan?

"Aku pikir kau wanita baik-baik Mbak, kamu begitu lembut, bahkan aku sudah anggap kamu seperti adikku, ternyata." Mbak Riana menarik napas sepertinya menahan gejolak," kamu tak ubah seperti ular, kelihatan berpendidikan tapi murahan!" 

"Cukup!" teriak Mas Farel, menatap tajam kearah Mbak Riana.

"kamu gak berhak merendahkan istriku, ini bukan salahnya," ujar Mas Farel dengan suara berat.

"Lalu apa namanya kalau bukan murahan, perebut suami orang!" 

"Aku bilang, cukup!" 

Suasana yang harusnya nyaman kini menjadi tegang, aku sendiri tak tahu harus bagaimana. Di sisi lain aku ingin marah dan membela diri tapi di sisi lain aku juga paham bagaimana hati dan perasaan Mbak Riana saat ini, Dia tentu syok dan kecewa dengan perbuatan Mas Farel.

"Sekarang kamu pilih Mas! Aku yang sudah memberimu keturunan atau Dia." Mbak Riana menatap tajam kearahku," perempuan mandul itu?" 

"Tak perlu Mbak! Tak perlu menyuruh Mas Farel memilih, saya yang akan mundur Mbak. Maafkan saya jika selama ini sudah merebut suami Mbak." 

Aku tahu aku kelihatan bodoh mengatakan ini, tapi aku mencoba memahami situasi dan kondisi Mbak Riana saat ini, hati wanita mana yang tak hancur jika lelaki yang amat di cintainya mendua dibelakangnya.

"Gak usah sok baik kamu!" Kali ini ibu Kak Riana ikut bicara dan memojokkan aku.

Ya Tuhan apa yang harus kukatakan pada mereka?

"Kalian." Mas Farel menunjuk Mbak Riana dan mertuanya, "jangan pernah menghakimi Ane, ini bukan salahnya." 

Harusnya aku senang dibela sedemikan rupa oleh lelaki yang aku cintai tapi tidak untuk kali ini, aku merasa muak dengan sikap Mas Farel. Aku jijik dengan sifat egoisnya itu, lelaki tak punya hati dan perasaan hanya memintingkan diri sendiri.

Brak!

"Mama."  Tasya berteriak saat melihat Mbak Riana.

"Astaga  Mbak Riana!" Aku menjerit melihatnya.

Related chapters

  • Istri Rahasia Sang Ceo   Bab 5 Sebuah Kejelasan

    Bab 5 Pernyataan RianaAku tahu aku kelihatan bodoh mengatakan ini, tapi aku mencoba memahami situasi dan kondisi Mbak Riana saat ini, hati wanita mana yang tak hancur jika lelaki yang amat di cintainya mendua dibelakangnya."Gak usah sok baik kamu!" Kali ini ibu Kak Riana ikut bicara dan memojokkan aku.Ya Tuhan apa yang harus kukatakan pada mereka?"Kalian." Mas Farel menunjuk Mbak Riana dan mertuanya, "jangan pernah menghakimi Ane, ini bukan salahnya."Harusnya aku senang dibela sedemikan rupa oleh lelaki yang aku cintai tapi tidak untuk kali ini, aku merasa muak dengan sikap Mas Farel. Aku jijik dengan sifat egoisnya itu, lelaki tak punya hati dan perasaan hanya memintingkan diri sendiri.Brak!"Mama!" Tasya berteriak saat melihat Mbak Riana."Astaga Mbak Riana!" Aku menjerit melihatnya, Mbak Riana memegang dadanya, napasnya tersengal."Mama." Tasya memeluk Mbak Riana yang napasnya

  • Istri Rahasia Sang Ceo   Bab 6 Sudah Ku duga

    Bab 6 .2ab 6 Sudah Kuduga"Iya sih mbak, apalagi sekarang dokumen juga bisa dipalsukan termasuk KTP," ujarku.Uhuk , uhukMendadak Mas Farel yang ingin minum tersedak mendengar ucapanku barusan."Eh hati-hati dong Mas," ujarku lalu mengulurkan tisu kearah Mas Farel dan bersamaan dengan Mbak Riana juga mengulurkan tisu ke arah Mas Farel."Eh, kok samaan," ujar Mbak Riana yang kemudian menarik tisunya. Ada ekspresi canggung di wajahnya, mungkin dia merasa tak enak denganku."Makasih sayang," ujar Mas Farel setelah menerima tisu dariku. Seulas tersenyum tercipta di wajah gantengnya.Walaupun Mbak Riana sudah menjelaskan panjang lebar tentang suaminya. Namun, entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang janggal. Mana mungkin orang bisa semirip itu, nama juga sama, benarkah memang hanya kebetulan?"Terima kasih ya Bu Guru sudah sudi meluangkan waktunya dan makasih juga ya Mas," ucap Mbak Riana menatap kami dan Mas Farel bergantian

  • Istri Rahasia Sang Ceo   Bab 7 Rahasia Farel

    Bab 8 Rahasia FarelSelepas memanjakan wajah di salon, aku memutuskan pergi ke kafe untuk bertemu dengan Arin sahabatku.Ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padanya, meluahkan segala rasa mengganjal di hati."Jadi kamu sudah gak curiga lagi ni, sama suamimu?" Tanya Arin. Dia kemudian meraih minuman di meja dan meminumnya.Setelah kejadian malam itu aku menceritakan semua pada Arin karena hanya Arinlah tempat aku menceritakan semua masalahku."Ya ada dikit sih yang masih janggal dihati tapi aku tepis, aku tak mau hanya gara- gara masalah yang tak ada buktinya rumah tanggaku jadi retak.""Ya syukur deh kalau gitu, gak perlulah curiga berlebih pada pasangan," kata Arin.Arin lebih dahulu menikah.Namun, dalam hal keturunan kita sama, sama- sama belum dikaruniai keturunan. Bahkan Arin juga pernah dititik paling kritis dalam rumah tangganya ketika suaminya selingkuh dan membawa perempuan selingkuhan

  • Istri Rahasia Sang Ceo   Bab8

    Bab 8 Jujurlah Mas Le sepahit apapun kejujuran itu lebih baik dari sebuah kebohongan Le, kasihan Ane, sudah terlalu lama kamu bohongin dia. Ibu takut kalau nanti malah Dia tahu dari orang lain, tentu itu lebih sakit rasanya Le," ujar Ibu. Aku sudah lama memejamkan mata, mencoba melupakan semua kata-kata Ibu Mas Farel tadi. Namun, kata-kata terus terngiang ditelingaku. kamu menyimpan rahasia apa Mas?Kenapa begitu banyak rahasia yang kau sembunyikan padaku? Sepertinya pernikahanku yang sudah hampir 2 tahun ini tidak cukup untuk mengenali pribadi Mas Farel, siapa dia, seperti apa masa lalunya? Ya Allah kenapa begitu berat cobaan ini? Aku semakin mempererat menutup mataku menahan segala rasa sakit dan cemas yang gini sudah seperti luka yang menganga dihatiku. Beberapa saat kemudian.Aku terkejut saat sebuah tangan melingkar dipinggangku, tangan besar yang selalu memberiku ketenangan selama ini. Tak perlu lagi aku

  • Istri Rahasia Sang Ceo   Bab 9

    Bab 9. CurigaSetelah berkata demikian aku turun menuju meja makan di mana Ibu Mertuaku sudah menungguku dari tadi."Kalian ini gak lapar ya?" tanya ibu Mas Farel menatap kami bergantian."Lapar Bu, ni nunggu mantu Ibu bangun, lama bangunya. Ibu tahulah mantu Ibu ini kalau tidur kek mana," ujar Mas Farel.Mas Farel sepertinya berusaha mencairkan suasana telihat dari candaan-candaan kecilnya yang di tujukan padaku. Namun, kali ini aku yang enggan menanggapinya.Di dalam hatiku ini masih ingin menuntut penjelasan Mas Farel, dia harus menceritakan semua tentang apa yang disembunyikan selama ini dariku.***"Sekarang kamu gak bisa menghindar lagi, Mas," ujarku pada Mas Farel.Saat ini kita sudah sampai di rumah kami sendiri, setelah sarapan pagi kami memutuskan pulang karena sore aku harus mengajar dan Mas Farel mendadak ada tugas di luar kota selama dua hari.Mas Farel menarik napas berat mendengar ucapank

  • Istri Rahasia Sang Ceo   Bab 10

    Bab 10 Coklat siapa?Panggilanpun kami akir. Namun, sejenak kemudian aku menyadari sesuatu."Mas Farel ada di lobi hotel tapi kok sepi gak ada orang bising atau suara-suara orang banyak, hanya ada suara anak kecil dan satu perempuan dewasa," gumamku.Perasaan curiga mulai kembali menyelimuti hati ini kembali menyadari keganjilan-keganjilan tadi.Ya Tuhan berilah petunjukmu agar aku tak tersiksa begini!***Sore harinya aku mengajar seperti biasa di bimba.Aku baru saja sampai bimba saat kulihat Tasya datang. Anak kecil berlari kecil ke arahku, ada senyum mengembang di bibir kecilnya."Tasya jangan lari, nanti jatuh,"ujarku memperingatkan Tasya."Bu Guru kemana kok dua hari gak ngajar?" tanya Tasya padaku. Bocah itu kemudian bergelayut manja di lenganku."Bu Guru ada perlu sayang. Kamu tadi diantar siapa?" tanyaku saat aku tak melihat sosok Mbak Riana, biasanya Mbak Riana akan menemui aku dulu jika mengantar

  • Istri Rahasia Sang Ceo   Bab 11

    Bab 11Eh itu sendal siapa?" gumamku.Aku melihat sendal anak kecil dan bekas bungkus coklat dan permen.Gak mungkin itu bekas makanan Mas Farel, Mas Farel tak suka coklat apalagi permen, lalu itu semua milik siapa?Aku harus menyelidiki semua mulai sekarang, foto diruang tamu, Tasya yang keceplosan panggil Papa, suara anak kecil di telepon, sendal anak kecil di mobil tak mungkin ini kebetulan.Setelah sekian detik termenung dan mencoba berpiikir jernih tanpa emosi agar tak salah dalam menyingkapi masalah ini, akupun memutuskan keluar dari mobil Mas Farel.Membuka pintu mobil dan tak lupa menguncinya dengan remot agar keamanan mobil terjaga. Akhir-akhir ini banyak sekali kes pencurian motor dan mobil di sekitar sini.Entahlah sepertinya sejak adanya pandemi ini kes kejahatan makin meningkat, pencurian, penodongan, perampokan yang semua karena demi memenuhi desakan kebutuhan perut.Jika lapar orang akan n

  • Istri Rahasia Sang Ceo   Bab 12

    .Bab 12Ouh maksudku itu, keponakannya sayang bukan anak," jawab Mas Farel sambil mengusap tengkuknya.Aku hanya menjawab pernyataan Mas Farel dengan kata 'O'."Kita makan di luar yok Yang!" ajak Mas Farel karena kebetulan kamu belum makan."Aku masak saja lah Mas, lagi mager aku.""Ok, Mas bantuin ya."Aku biarkan saja Mas Farel membantuku memasak dan berusaha bersikap biasa saja seolah tak ada apapun di antara kami tapi bukan berati aku akan diam saja, aku pasti akan selediki semuanya sampai tuntas."Eh Mas, kok aku penasaran ya sama kembaran kamu," ucapku sambil tetap fokus mengiris bawang.Mas Farel memandangku heran ," kembaran?" lanjut Mas Farel bertanya."Itu lo Mas, ayahnya Tasya," jawabku sambil tetap fokus menyelesaikan kerjaku."Aduh.""Kenapa Mas?" tanyaku saat mendengar teriakan mengaduh Mas Farel."Ini tanganku kena pisau."Aku se

Latest chapter

  • Istri Rahasia Sang Ceo   Bab 42

    Bab 25 Pulanglah Sayangpov FarelAsalamualaikumSenyap, tak ada jawaban atas salamku. Entah kemana Nara pembantuku, mungkin Dia sedang asyik bekerja di belakang sehingga tak mendengar salamku.Ku rebahkan bobot tubuhku di sofa, menatap sekeliling ruangan.SepiTak ada lagi suara Ane istriku yang menjawab salamku walau kadang kedengaran terpaksa, tak ada lagi Dia yang menyambutku walau tiada lagi senyum untukku.Pulanglah Sayang!Aku merintih di dalam hati, sungguh aku rapuh tanpa istriku. Tak kupedulikan lagi penampilanku walau teman-temanku bilang aku sekarang lebih tua dari umurku dengan rambut yang tak beraturan di wajahku, rambut yang tak lagi klimis dan ku sisir asal tiap pergi kekantor wajah juga kusut tak lagi ceria.

  • Istri Rahasia Sang Ceo   Bab 41

    Bab 24 Inalilahiwainalilahirojiun"Terus kamu percaya begitu saja pada Riana?"Aku mengangguk lemah membuat Arin menggeleng beberapa kali."Temui Luciana! Minta penjelasan darinya, jangan hanya menilai masalah dari sebelah pihak saja!"Aku gak tahu rumah Luci Rin.""Nanti kita cari sama-sama," ujar Arin."Tapi kamu jangan tanya Mas Farel!""Kenapa?""Bisa saja kan nanti Mas Farel bersengkongkol dengan Luci untuk membodohiku."Arin menggeleng ," Ane, ane kalau sama Riana, setiap ucapannya kamu telan mentah-mentah, giliran sama Farel yang notabenenya suamimu kamu ragu," ujar Arin.Mendadak kepalaku pusing dan perutku sedikit mual."Ahh..," rintihku sambil me

  • Istri Rahasia Sang Ceo   Bab 40

    Bab 23 Awas Kau Luciana!Pov RianaAku tersenyum puas setelah mengirim video mesra Farel dan Luciana mantan tunangnya. Mereka berada di sebuah kafe di samping Rumah Sakit tempat aku terapi.Sengaja aku mengikuti Farel saat akumelihatnya bersama Luci"Sasaran empuk ni," gumamku. Aku lalu diam-diam merekam mereka dari tempat yang mereka tak ketahui.Aku tahu Ane adalah wanita lemah yang dengan mudah aku pengaruhi dengan kata-kata yang aku goreng secara sempurna agar Dia kasihan padaku. Aku yakin setelah ini mereka akan perang.Aku tersenyum miring membayangkanya."Salah kamu Ane, kamu terlalu lugu jadi wanita," gumamku.Beberapa saat setelah video kukirim aku mendapat pesan dari Ane.[Ini ka

  • Istri Rahasia Sang Ceo   Bab 39

    Bab 22 Jangan Bodoh Ane!"Ane!"Saat aku sedang asyik mengingat Mas Farel aku dikejutkan oleh sebuah suara. Aku pun menoleh ke arah sumber suara."Mbak Riana.""Kamu ngapain di sini?""Mau makan Mbak, oya kenalkan Mbak ini Arin temanku."Arin mengulurkan tangannya dan bersalaman dengan Mbak Riana."Bu Guru.""Hai sayang," ujarku pada Tasya. Anak itu berlari kepelukanku saat aku mengembangkan tangan. Ada rasa rindu padanya setelah beberapa hari gak ketemu."Kamu dari mana sayang?""Dari bimba di jemput Papa sama Mama."Hatiku berdesir lirih takut kalau-kalau Mas Farel muncul

  • Istri Rahasia Sang Ceo   Bab38

    Bab 21 Separu jiwaku PergiPov Farel"Aku sudah gak papa, nanti malam giliran Mas pergi ke rumah Mbak Riana, Tasya pasti sudah rindu sama Mas.""Tapi Mas ingin menemanimu," ujarku lembut.Suami mana yang tega meninggalkan istrinya yang sedang mengandung dan dalam keadaan lemah seperti itu. Hatiku bagai teriris tiap melihatnya muntah, lemah dan tak berdaya seperti itu. Sempat terpikir olehku untuk menggugurkan saja kandungan istriku, dari pada melihat istriku menderita seperti itu.Tubuhnya kurus, wajahnya pucat bahkan selalu muntah tiap dia memakan sesuatu. Ingin ini muntah ingin itu muntah, apa memang begini kalau wanita sedang mengandung."Wanita hamil memang seperti itu Le, Ibu juga dulu seperti itu. Itu bawaan bayi, jika sudah tiga atau empat bulan juga akan baik sendiri," ujar Ibuku lembut saat aku mengadu tentang kekawatiranku

  • Istri Rahasia Sang Ceo   Bab 37

    Bab 20 Aku Menyerah"Ya Allah," gumamku sambil menutup mulutku begitu video kuputar. Aku lihat Mas Farel sedang berada di mall dengan luciana dan anaknya dan mereka tampak sedang berbahagia seperti sebuah keluarga.Kali ini aku sudah tak tahan lagi, aku harus segera pergi dari sini.[Ini kapan Mbak?] chatku pada Mbak Riana.[Tadi Dik][Ya Alah Mbak, jadi Mas Farel gak antar Mbak terapi?][Tiap terapi juga Mbak sendiri Dik, jujur Mbak sudah gak tahan tapi Mbak bisa apa, dengan kondisi Mbak sekarang ini, Mbak gak mungkin bisa menghidupi Tasya, jangankan menghidupi Tasya Dik, menghidupi diri sendiri pun Mbak tak mampu]Ya Allah luruh air mataku membaca pesan dari Mbak Riana, aku mencoba menempatkan diri ini pada posisi Mbak R

  • Istri Rahasia Sang Ceo   Bab 36

    Bab 19"Riana sakit kanker hati akibat komplikasi dari sakit hepatitis. Dan kamu tahu sistem penularanya lewat apa? Lewat sperma, tahu gak kamu!" ujar Mas Farel dengan nada tinggi, matanya tajam menatap kearahku."Maksudnya, Mas?""Coba pikir kalau aku sehat, lalu bagaimana dia bisa tertular?""Maksud Mas, Mbak Riana melakukan hubungan sexsu*l dengan pria lain?""Iya, Dia menjebakku, Dia sudah hamil saat aku melakukannya padanya, Dia juga memberiku obat perangsang di minumanku malam itu. Tujuan Dia adalah agar aku bisa dikambing hitamkan atas perbuatanya.""Kejam!""Iya, sekarang kamu tahu kan, Riana itu cuma manis di mulut, kelihatan baik tapi hatinya busuk, itu kenapa aku melarang kamu memakan makanan dari Dia. Bisa saja Dia memasukkan obat tertentu yang membaha

  • Istri Rahasia Sang Ceo   Bab 35

    Bab 34"Ini Rumah Sakit tau gak! Banyak orang sakit ! Kenapa teriak seperti itu," ujar Mas Farel dengan mata yang masih mendelik menatap Tasya, bocah itu sembunyi di balik tubuh Mbak Riana, bibirnya gemetar, sepertinya dia ketakutan dengan ulah Papanya.Keterlaluan!"Mas!" kataku menatap tajam Mas Farel, sungguh aku tak suka caranya menegur Tasya. " Kok kamu kasar begitu sama anak," ujarku kesal."Gak papa dik, memang Tasya yang salah kok. Tasya minta maaf sama Papa!" seru Mbak Riana bernada perintah pada Tasya putrinya.Tasya tampak takut-takut mendekati Mas Farel " Tasya minta maap Pa," ujarnya dengan suara bergetar dan sedikit terbata."Lain kali jangan di ulang lagi!" kata Mas Farel dengan nada dingin. Bahkan dia juga seperti enggan menatap Tasya anknya._____________Beberapa saat kemudian,Mbak Riana akhirnya pamit pulang setelah beberapa lama menemaniku, kami cerita banyak hal, selama itu pula aku lihat sikap Mas Farel

  • Istri Rahasia Sang Ceo   Bab 34

    Bab33Gak Mas, kalau Mas gak mau bersikap adil, lebih baik aku mundur. Ceraikan aku!'Ku tatap Mas Farel yang tampak terkejut, pundaknya berjengkit, mulutnya sedikitterbuka. Namun, segera menutup kembali."Baiklah kalau itu maumu, aku akan ceraikan kamu sekarang juga,"Jujur aku terkejut saat Mas Farel dengan entengnya bilang soal perceraian padaku seolah tanpa beban. Seperti benar kata orang, lelaki itu hanya manis di bibir saja."Aku akan ceraikan kamu tapi langkahi dulu mayatku, lebih baik aku mati dari pada aku harus pisah dari kamu!" ujar Mas farel menatap nanar ke arahku.Aku hanya diam dan tak menunjukkan reaksi apapun dengan kata-kata Mas Farel itu, mungkin harusnya aku merasa teruja dengan ungkapannya tapi tidak untuk saat ini, hatiku sudah terlanjur hambar untuk merasakannya.Luka akibat kebohongan Mas Farel sudah menggores hatiku sangat dalam yang bahkan tak kan mungkin bisa hilang bekasnya&nbs

DMCA.com Protection Status