Share

7. MARAH

Author: A mum to be
last update Last Updated: 2025-03-07 12:56:15

              Tidak ada gunanya larut dalam kesedihan. Feby harus sadar bahwa inilah jalan hidup yang ia pilih. Pernikahannya dengan Ares sebentar lagi akan menghadirkan buah cinta mereka. Jadi lebih baik fokus pada tujuan ke depan saja. Itulah yang ia pikirkan sekarang.

“Masih memikirkan obrolan kita yang tadi?” tanya Ares yang sudah berada tepat di sampingnya.

Feby menggeleng sambil tersenyum manis. “Enggak, Mas. Aku cuma masih kangen. Oh ya. Besok Mas jam berapa harus balik dari sini?”

“Setelah menyuapimu sarapan tentunya.”

              Ares mengecup singkat bahu Feby yang terbuka itu lalu mendaratkan kepalanya di sana. Perlakuan lembut yang tentu saja mampu meredam rasa sedih di hati sang istri.

“Masih ada waktu sekitar sembilan jam lagi sampai sarapan pagi. Boleh temani aku nonton?” tanya Feby kemudian.     

              Anggukan cepat pria tampan tersebut membuat Feby bersemangat kembali. Dirinya pun bergegas menyambar remote TV lalu memilih saluran yang dianggap menarik.

              Sebenarnya bukan apa yang mereka lihat di layar kaca sana menjadi fokus utama. Namun, kebersamaan seperti saat ini merupakan waktu yang amat berharga. Terlebih memang entah kapan lagi keduanya bisa bersua.

***

              Sudah berulang kali Feby menutup mulutnya dengan telapak tangan. Wajar memang lantaran jam telah menunjukkan pukul dini hari. Namun, wanita berbadan dua tersebut masih enggan beranjak dari sofa tunggal yang tengah ia tempati bersama sang suami.

“Sayang, kita tidur saja yuk!” ajak Ares juga pada akhirnya.

“Mas udah ngantuk ya?” tanya Feby dengan suara yang terdengar berat.

Ares pun tersenyum. “Bukan aku, Feb. Kau dan anak kita yang perlu istirahat. Lihatlah. Sudah jam satu pagi.”

“Mas, aku belum—“

              Feby menjeda rengekan manjanya begitu sang suami bergerak cepat. Pria itu menggendongnya ala bridal style hingga sampai ke atas ranjang.

CUP!

              Satu kecupan berhasil mendarat sempurna di ujung dagu Ares. Membuat suaminya tersebut juga melakukan hal serupa. Kali ini bahkan sudah menjalar ke bagian tubuh yang lain.

“Kita lanjut besok saja ya?” gumam Ares dengan napas yang sudah terengah-engah karena menahan gejolak di dalam dadanya.

“Kalau aku maunya …sekarang?” Feby malah menahan kedua lengan suaminya dengan erat. Sama sekali tak ingin melepaskan pertautan mereka saat ini. “Mas?”

“As you wish, Baby.”

              Waktu terasa sangat cepat berlalu. Feby yang masih belum puas mengusir rasa rindunya pada Ares tak ingin membuka mata. Terlebih saat menghidu aroma bubur ayam yang sudah berada di dalam kamar. Pertanda bahwa sebentar lagi mereka akan berpisah.

              Ares sedang mengupingi gawainya dengan satu tangan sibuk mengelus rambut Feby. Merasa istrinya sama sekali belum beranjak dari ranjang, dia pun mendaratkan jemarinya di area pinggang. Jelas sang empu pada akhirnya menyerah juga.

“Mas, udah ih!” kekeh Feby yang sudah kegelian karena tingkah suaminya itu.

Bangun atau aku akan menggelitikimu di tempat yang lain?

              Begitulah kata-kata yang dilontarkan Ares walaupun tanpa suara. Meskipun demikian, Feby langsung memahaminya.

[“Oke, Angga. Satu jam lagi saya sampai di lobby. Tunggu di sana saja.”]

              Panggilan tadi pun berakhir. Sementara Feby yang baru mendudukkan diri lekas mengerucutkan bibirnya.

“Masih juga jam delapan,” rengek Feby manja.

“Ayolah, Feb. Jangan terus mengulur waktu.”

              Suara dingin barusan membuat Feby cukup tahu diri. Wanita itu mengembuskan napas kasar lalu mengekori langkah kaki sang suami. Tak lupa singgah sebentar ke toilet untuk mencuci wajah dan menyikat giginya.

              Kini pasangan suami istri tersebut makan dalam diam. Ares begitu telaten menyuapi Feby dengan sendok yang sama. Lagi-lagi cara manis yang tentu membuat istrinya itu hanyut dalam pesona sang Bupati Kembang.

              Masih ada setengah jam untuk bersama. Feby memanfaatkan waktu yang ada untuk mendekap tubuh kekar suaminya erat-erat. Seolah mereka tidak akan berjumpa dalam waktu yang lama. Sementara Ares? Dia hanya menikmati momen yang ada dengan tangan tak henti mengelus punggung istri mudanya itu.

“Mas,” ucap Feby dengan kepala yang sedikit mendongak. Ares bergumam pelan lalu mengalihkan pandangannya pada wanita itu. “Aku mau nanya sesuatu.”

“Apa?”

“Kenapa Mas mau nikahin aku?” tanyanya tiba-tiba.

              Seketika kedua alis Ares bertaut usai mendengar pertanyaan barusan. Dia bahkan mengurai pelukan mereka detik itu juga.

“Kenapa kau bertanya begitu??” ucap Ares malah balik bertanya. “Setelah semua yang kulakukan, kau masih bertanya juga??”

              Sadar bahwa atomosfer mereka mulai berubah, jantung Feby langsung berdentum hebat. Dia pun menggeleng lalu memasang wajah memelasnya.

“Enggak kok,” kilahnya kemudian. “A-aku merasa beruntung aja bisa jadi istrimu, Mas. Soalnya kemarin waktu di salon, banyak ibu-ibu sosialita pada ngomongin pria jahat. Aku jadi kepikiran.”

              Ares tak merespon penjelasan tadi lantaran ponselnya berdering. Pria itu kemudian bangkit dari duduknya dan segera menyambar setelan jas yang berada di lengan sofa.

“Aku pergi dulu.”

“Ciumnya mana?” rengek Feby manja.

              Feby tak ingin perpisahan mereka kali ini meninggalkan kesan buruk. Jadilah dia berupaya keras untuk mengalihkan perhatian Ares.

              Usahanya berhasil. Ares mengubah mimik wajahnya kembali manis seperti sedia kala. Pria itu mendaratkan kecupan di dahi, kedua pipi serta bibir Feby. Bahkan juga melakukan hal yang sama pada perut buncit istrinya tersebut.

“Jaga dirimu,” gumam Ares kemudian.

“Mas juga ya. I love you.”

Ares membalasnya dengan pelukan hangat juga sedikit remasan lembut di kedua bokong Feby. “Kau tetap yang terbaik, Sayang.”

              Kerlingan nakal sang suami membuat kedua pipi Feby langsung merona. Dirinya langsung tahu ke mana arah pembicaraan barusan. Seketika dia merasa menang jika dibandingkan oleh sang istri pertama.

***

“Kalau bisa lahiran normal kenapa harus milih operasi sih, Feb?”

Feby yang baru saja melakukan reservasi ruangan untuk jadwal persalinannya mengembuskan napas kasar. “Aku enggak mau ngerasain sakit pas lahiran, Bu. Belum lagi kalau dijahit. Iuhh! Pasti bakalan ngilu dan perih. Enggak deh.”

“Namanya juga mau jadi ibu. Pengorbanannya harus gitu.”

“Aku ‘kan ada duit, Bu. Jadi ya bebas milih. Mas Ares aja enggak masalah kok,” kata Feby yang masih saja keras kepala.

              Ibunya tak bisa berkata-kata. Lantas hanya menggeleng melihat kelakuan Feby yang merasa seperti di atas angin.

“Suamimu gimana? Sudah dikasih kabar tanggalnya kapan?”

Feby mengangguk cepat. “Dia udah tahu, tapi ya tetap aja enggak bisa datang.”

“Kau harus terima kenyataan memang. Sampai kapanpun kau tidak akan pernah bisa bersatu dengan Ares.”

“IBU!!”

Wanita paruh baya yang menjadi lawan bicara Feby itu terhenyak kaget usai mendengar suara lantang tersebut. “Kenapa kau marah??”

“Ibu kenapa ngomong gitu sih?”

Sang ibu malah tergelak. “Hei! Seharusnya kau buka mata lebih lebar lagi. Dia tidak akan pernah meninggalkan keluarganya hanya demi seorang wanita simpanan!”

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    8. SENDIRIAN

    “Saya yang bertanggung jawab untuk saya sendiri.” Feby menyerahkan KTP beserta kartu debet-nya kepada petugas administrasi rumah sakit. Berusaha tersenyum walaupun tengah ditatap penuh selidik oleh gadis muda di hadapannya itu.“Baik, Mbak. Sebentar ya,” ucap petugas tersebut yang kemudian segera melakukan entri data. Tak lama. Setelahnya Feby bergegas menuju kamar rawatan yang sudah dipesan sejak jauh hari. Di sanalah dia menantikan momen untuk menyambut kehadiran sang buah hati. Sekilas memang tidak ada yang perlu ia khawatirkan. Bahkan untuk biaya hidup sampai beberapa tahun ke depan bisa dipastikan sudah tercukupi. Namun, masalahnya masih sama. Feby harus menguatkan hati lantaran di masa yang akan datang ia akan tetap merasa sendirian. Suara derit pintu yang perlahan terbuka mengalihkan perhatian Feby. Seorang wanita paruh baya muncul dari sana dengan wajah pias.“Si Zaki ke mana? Katanya sudah di rumah sakit.”Feby menjawabn

    Last Updated : 2025-03-08
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    9. HARAM

    [“Jadi beneran??”]Feby hampir lupa caranya bernapas. Apa istri pertama Ares itu sudah tahu tentang pernikahan siri mereka? Gawat kalau iya![“Apalagi sih, Mi? Enggak lihat papi lagi apa? Banyak agenda yang harus dibaca. Papi sibuk memang.”][“Ck. Anak-anak pengen liburan ke Bali, Pi. Udah lama kita enggak ngabisin waktu sama mereka loh.”] Barulah Feby bisa lega setelah mendengar lebih lanjut lagi. Tidak. Dunianya masih aman karena Tuhan belum mengungkap rahasia yang ia pendam bersama sang suami. Ya. Sepertinya tadi Ares hendak menjawab panggilan telepon, tetapi urung lantaran mendengar suara istri pertamanya. Entah sampai kapan memang dirinya akan menjadi istri simpanan yang tak diketahui oleh publik. Meskipun begitu, untuk saat ini dia tetap beruntung. Begitu yang bisa disyukuri sekarang. Alhasil Feby pun mengakhiri panggilan via udara tadi. Tahu bahwa kondisi tidak memungkinkan setelah mendengar pertengkaran pasangan suami ist

    Last Updated : 2025-03-08
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    10. PERDEBATAN

    “Kalau si Feby dengar gimana? Bisa habis kita.”“Iya. Dia enggak akan mau minjemin kita duit lagi,” imbuh yang lain pula. Terlambat sudah. Apa yang dicemaskan oleh para tetangga julid tersebut telah terjadi. Namun, Feby yang menyimak obrolan mereka tadi hanya mematung dan berusaha menulikan telinganya. Dia lebih memilih berjalan santai melewati orang-orang penjilat barusan. Bukannya tidak tersinggung, Feby lebih ingin mewaraskan pikirannya sendiri. Tahu bahwa menanggapi orang-orang itu akan semakin membuat ia lebih terpuruk lagi.“Feb, Pak Ustaz udah datang. Kau ke mana saja sih?” gerutu sang ibu.Alih-alih menjawab pertanyaan tadi, Feby hanya merespon dengan anggukan singkat. “Haikal di mana?”“Udah di ayunan. Tadi ibu titip dia ke Sukma.” Di sinilah Feby sekarang. Wanita itu tampak anggun menggunakan dress model kaftan bewarna putih gading sembari memangku buah hatinya. Semua pandangan fokus pada kedua ibu dan anak tersebut tanpa terkecuali.

    Last Updated : 2025-03-08
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    11. BERSUA

    Feby hanya mengatupkan bibir saat sang ibu sedang mengomel panjang kali lebar. Sudah seperempat jam berlalu. Pun Angga tidak lagi berada di sana. Namun, agaknya wanita yang melahirkannya tersebut masih belum puas juga mengeluarkan uneg-uneg yang ada.“Mau taruh di mana wajah ibu ini, Feb? Kau memang bikin malu saja,” ujar sang ibu di sela-sela omelannya.Dengan santainya Feby menjawab, “Ya enggak di mana-mana sih, Bu. Wajah ibu yang cantik itu masih menempel di tempat biasa. Sudahlah. Yang tadi itu cuma salah paham.”“Tapi mereka mengira kalau —““Oke. Kalau Ibu belum puas juga, kita adakan konferensi pers. Kumpulin semua teman-teman Ibu tadi supaya bisa dengerin aku. Gimana?” Wajah ibunya semakin memberengut kesal. Sementara Feby bangkit dari posisi duduknya lalu segera menggendong sang anak.“Kau memang keterlaluan, Feb!!”“Apalagi sih, Bu? Aku capek. Tolong jangan ngajak berantem lagi ya,” gumam Feby kemudian. Setibanya di kamar Feby pun me

    Last Updated : 2025-03-09
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    12. MANIS

    “Oh ya? Aku jadi enggak sabar, Mas.” Feby mengerling nakal. Lantas segera menarik tubuh Ares hingga menghilang dari balik pintu. Keduanya berpagutan mesra selama beberapa detik dan harus berakhir karena mendengar suara protes dari makhluk kecil di atas ranjang besar sana.“Anak kita marah karena mamanya sudah lebih dulu mencuri start,” gumam Ares yang lekas merengkuh pinggang Feby. Kini keduanya berjalan cepat menuju tempat sang anak yang sudah menangis kencang. Feby pun bergegas menyiapkan susu formula. Sementara Ares buru-buru menimang buah cinta mereka itu. Dari tempatnya berdiri, Feby ikut menyaksikan bagaimana kedua ayah dan anak tersebut saling menatap satu sama lain. Pemandangan yang manis tentu saja. Terlebih melihat Ares tampak piawai menggendong bayi. Membuat dirinya bahkan nyaris lupa bahwa pria itu juga pernah menimang ketiga buah hatinya dari istri pertama.“Senang ya sudah ketemu papa, hmm?” kata Feby yang kemudian duduk di sampi

    Last Updated : 2025-03-09
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    13. PEMUAS

    Ucapan Ares kala itu tidak hanya rencana saja. Terbukti dengan setiap bulan dirinya rutin berkunjung untuk menemui Feby dan Haikal. Jelas membuat keduanya senang sekali. Sepertinya do’a Feby terkabul. Mungkin inilah cara Tuhan untuk membayar kesabarannya yang terdahulu. Itulah yang bisa ia simpulkan.“Haikal mau ke mana, Sayang?”“Mu papa.”“Duh. Nenek jadi kesepian doang kalau Haikal pergi.” Sang nenek memasang wajah cemberutnya. Menggoda cucu kesayangan yang tampak kebingungan.“Enggak pa-pa, Nek. Besok juga Haikal udah balik. Ya Sayang?” gumam Feby mewakili putranya untuk menjawab. Wanita cantik tersebut kemudian berjongkok untuk memasangkan kedua sepatu sang buah hati. Lantas segera berdiri untuk menggamit lengannya.“Hati-hati, Feb,” pesan sang ibu kemudian.“Iya, Bu. Kami pergi dulu ya.” Sepanjang perjalanan menuju tempat tujuan, Haikal terus saja berceloteh riang. Sementara Feby fokus pada kemudi sembari melirik ke arah pu

    Last Updated : 2025-03-10
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    14. HAMIL

    “Ha-hamil?” Feby mengucapkan satu kata barusan dengan sedikit terbata. Detik berikutnya dia menggeleng pelan sembari mencerna apa yang telah terjadi. Jadi dia sedang hamil? Lantas, bagaimana dengan kandungannya sekarang? Seketika rasa cemas pun muncul di saat yang bersamaan.“Seharusnya kau yang lebih tahu. Untunglah semua baik-baik saja. Dasar perempuan ceroboh!!” Kalimat tersebut memang diucapkan dengan suara keras. Namun, setidaknya Feby bisa bernapas lega.“Permisi!” sapa seorang perawat yang masuk ke dalam ruangan itu. “Silakan dimakan dulu ya, Bu. Setelahnya minum obat.”“I-iya. Makasih, Sus,” gumam Feby seraya menganggukkan kepala.&nbs

    Last Updated : 2025-03-10
  • Istri Rahasia SANG BUPATI    15. BERBEDA

    Haikal adalah putra tunggal yang dimiliki oleh Ares dari kedua pernikahannya. Pun kehadiran bocah tersebut yang menjadi salah satu alasan suaminya itu sangat mencintai Feby. Kalau sampai terjadi hal buruk pada sang anak, dirinya akan … ah. Memikirkan saja dia tak sanggup.“Haikal!!” Pekikan bergantian yang disuarakan oleh Feby dan ibunya tidak kunjung mendapatkan sahutan. Panik semakin melanda mereka. Hingga kemudian suara gemericik air di samping rumah lekas mengalihkan perhatian keduanya.“Ya ampun!!” sentak Feby yang pertama kali sampai di tempat suara berisik tersebut. Matanya melotot tajam dengan kedua tangan yang sudah berkacak pinggang. Sementara sang ibu yang muncul belakangan akhirny

    Last Updated : 2025-03-10

Latest chapter

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    66. PENJELASAN

    Rania memutus panggilan telepon tadi begitu melihat seseorang berjalan ke arahnya. Gadis itu kemudian berdecak sebal.Dialah Feby yang menatapnya dengan mata lembut. "Rania, aku tahu kau marah. Kau kecewa. Kau berhak merasa seperti itu. Tapi aku mohon, beri aku kesempatan untuk bicara."Rania berdiri mematung sejenak, menatap Feby dengan pandangan tajam. "Kenapa Mbak harus menikah dengan ayahku? Mbak tahu aku sayang banget sama Ayah, tapi kenapa Mbak sembunyiin ini dariku?"Feby menelan ludah. Ia tahu ini bukan percakapan yang mudah. "Rania, aku tahu ini sangat berat buatmu. Dan aku... aku minta maaf kalau aku membuatmu merasa dikhianati. Percayalah, aku enggak pernah berniat buat menyakiti perasaanmu. Aku dan Ayahmu... tidak pernah ingin menyakitimu."Rania mengalihkan pandangannya, menendang kerikil di tanah dengan ujung sepatunya. "Ayah enggak pernah cerita. Semua ini tiba-tiba. Aku kir

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    65. KECEWA

    "Rania sayang, dengerin Ayah dulu," kata Sandi dengan suara bergetar, mencoba meredam emosi yang jelas terpancar dari wajah putrinya.Namun, Rania hanya menatap ayahnya dengan tatapan penuh kemarahan dan kekecewaan yang mendalam."Jahat!" Rania membalas dengan nada yang meledak-ledak. Air matanya mulai mengalir, namun tak ada tanda-tanda ia akan berhenti. "Kalian semua bohong! Ayah bilang kita bisa kembali jadi keluarga, tapi ternyata Ayah malah menikahi orang lain di belakangku! Orang yang selama ini aku anggap teman!"Feby mundur satu langkah, hatinya seolah tertusuk setiap kali mendengar kata-kata Rania. Ia ingin menjelaskan, tetapi tenggorokannya terasa tersumbat. Kata-kata apa pun sepertinya tidak akan cukup untuk meredakan amarah Rania saat ini."Rania, ini enggak seperti yang kau pikirkan," Sandi mencoba menjelaskan, meskipun dirinya tahu itu tidak akan mudah. "Ayah dan ibumu sudah lama berpisah, dan Ayah menikah lagi karena Ayah mencintai Feby. Tapi itu enggak pernah mengubah

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    64. SULIT

    Sandi terdiam lama menatap layar ponselnya. Panggilan dari mantan istrinya terus berdering, seolah menuntut jawaban. Suasana di antara Sandi dan Feby semakin tegang, dan Feby bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda kali ini. Ia menahan napas, menunggu apa yang akan dilakukan Sandi selanjutnya."Angkat saja." suara Feby terdengar pelan, hampir berbisik. Matanya menatap ponsel itu dengan ketakutan yang tak bisa disembunyikan. Jika Sandi menjawab panggilan itu, apa artinya hubungan mereka?Sandi ragu. Ia meremas ponselnya dengan tangan yang semakin gemetar. "Aku..." suaranya terdengar ragu, menatap layar sejenak sebelum akhirnya ia mengambil keputusan cepat. Dengan satu gerakan tegas, Sandi menekan tombol "tolak" dan mematikan teleponnya.Feby menghela napas lega, meskipun hatinya masih belum sepenuhnya tenang. "Om yakin tidak ingin bicara dengan dia?" tanya Feby hati-hati.Sandi menggelengkan kepalanya. "Aku enggak mau mengulang semuanya lagi, Feb. Aku suda

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    63. KESEMPATAN

    Feby masih berdiri terpaku, air mata terus mengalir deras di pipinya. Tatapan kosong Haikal menghantam hatinya lebih kuat dari apapun. Di depannya sang putra tampak ketakutan, enggan mendekat. Seolah-olah dia benar-benar hantu dari masa lalu yang tak lagi diinginkan.“Mas...” Feby bergumam, suaranya hampir tidak terdengar, tertahan oleh sesak di dadanya. “Bicara dengan anak kita sekarang. Perbaiki ini.”Ares menelan ludah, kemudian berjongkok di depan Haikal, memegang bahu kecil anaknya itu dengan sangat hati-hati. “Haikal, dengar, Papi salah,” katanya, suaranya lembut namun tegas. “Mama tidak pernah pergi selamanya. Mama tidak meninggalkanmu. Semua yang Papi katakan itu salah, Papi berbohong.”Haikal mengerutkan kening, tatapannya beralih dari Ares ke Feby, bingung. “Tapi... Papi bilang...”“Iya, Papi salah,” Ares memotong dengan cepat, suaranya mulai bergetar. “Papi hanya taku

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    62. MEMPERBAIKI

    “Haikal!” teriak Feby penuh emosi. Sesuatu dalam dirinya berharap saat itu juga bisa memeluk anaknya erat-erat, berharap dapat membasuh semua kesalahpahaman dengan satu pelukan.Haikal, yang sedang berlari riang bersama seorang anak lelaki tadi mendadak berhenti. Tatapan bocah itu mengunci pada Feby. Mata hitam kecilnya membulat, namun bukan karena senang. Sebaliknya, ada ketakutan yang tak bisa disembunyikan di wajah mungilnya.“Bang Haikal, itu mama ya?” tanya teman bermainnya lagi yang segera menoleh pada Feby dengan senyum penuh penasaran.Haikal tidak menjawab. Tubuh kecilnya bergetar, mundur perlahan seperti hendak menjauh. Sementara itu, Feby berjalan mendekat, air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.“Sayang...” bisik Feby dengan suara bergetar. “Mama di sini. Mama kangen sama kamu, Nak.”Namun, saat ia hendak mendekat, Haikal semakin mundur, wajahnya terlihat pucat. "Mama jangan datang lagi!" teriaknya tiba-tiba. "Mama sudah pergi selamanya! Papi bilang, mama jahat!"Kat

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    61. KELIRU

    Feby menatap layar monitor yang menampilkan denyut jantung Kayla yang semakin lemah. Sementara Ares, meskipun hatinya diliputi amarah dan kebingungan, ia tak bisa menahan diri untuk tidak peduli. Bagaimanapun, Kayla adalah anak yang telah ia cintai dan besarkan sejak lahir. Tatapan cemasnya tak teralihkan dari jendela ICU, sementara perasaan bersalah mulai merayapi diri. Apakah tuduhannya terlalu jauh?Di tengah ketegangan yang menghantui, pintu ruangan terbuka dan seorang dokter berwajah serius masuk. Ada sesuatu yang berbeda sepertinya kali ini. Seolah-olah ada yang baru ditemukan."Pak Ares, Bu Feby..." dokter itu memulai, menarik napas dalam sebelum melanjutkan. "Kami telah memeriksa kembali data hasil tes DNA, dan kami menemukan sesuatu yang tidak biasa."Feby menoleh dengan lemah. "Apa maksud dokter?""Saya mohon maaf sebelumnya. Hasil tes yang pertama kami keluarkan mungkin tidak sepenuhnya akurat," jawab dokter itu, terlihat sedikit

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    60. RUMIT

    "Jawab, Feby! Siapa saja yang sudah tidur denganmu, hah?!"Ares berteriak dengan penuh kemarahan, menghentak seluruh ruangan dengan suaranya yang lantang. Dia berdiri di hadapan Feby yang masih terduduk lemas, wajahnya pucat seakan seluruh dunia runtuh di sekelilingnya. Tubuh Feby sedikit gemetar, mencoba mengatur napas setelah baru saja siuman dari pingsannya yang terdahulu. Namun, mantan suaminya itu tidak memberinya waktu. Kemarahan dan kebingungan pria itu terus menghantamnya tanpa ampun."A-apa?" Feby tergagap, merasa seperti baru saja disambar petir. Pandangannya kabur, namun wajah Ares yang penuh kemarahan tampak jelas di hadapannya.“Jangan berlagak bodoh! Selama ini siapa saja yang kau layani di atas ranjang, hah?” sentak Ares lagi.Feby menatap Ares dengan mata berkaca-kaca, hatinya tertekan oleh tuduhan yang terus menerus menghujani dirinya. “Aku… aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, Mas,” katanya dengan suara yang hampir tenggelam dalam tangisnya.Ares semakin frustrasi.

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    59. TERNYATA

    "Ya. Saat ini pasien membutuhkan penanganan intensif. Namun, ada satu hal yang perlu kalian ketahui, hal ini berkaitan dengan hasil tes genetika yang kami lakukan sebagai bagian dari diagnosa lebih lanjut."Feby, yang tadinya masih terisak di pelukan Sandi, mendongak perlahan. "Tes genetika? Apa maksudnya, Dok?"Dokter itu menatap mereka satu per satu, lalu menarik napas dalam. "Kami mendeteksi sesuatu yang tidak biasa. Tes menunjukkan bahwa... Kayla bukanlah anak biologis dari Ares."Feby terpaku di tempatnya. Matanya membesar, dan wajahnya memucat. "Apa...?" suaranya bergetar.Ares langsung melangkah maju, wajahnya berubah menjadi merah padam. "Apa maksudmu, Dok? Bagaimana bisa Kayla bukan anakku?"Dokter mencoba menjelaskan dengan hati-hati. "Hasil tes DNA menunjukkan ketidakcocokan antara Anda, Pak Ares, dan Kayla. Ini sangat jelas dalam hasil kami."Feby merasa bumi seakan runtuh di sekelilingnya. Tangannya mencengkeram lengan Sandi leb

  • Istri Rahasia SANG BUPATI    58. TERTIPU

    Feby mengembuskan napas panjang, menyandarkan punggungnya ke kursi ruang tunggu di luar rumah sakit. Pandangannya tak lepas dari pintu ICU tempat Kayla dirawat. Namun, meski mereka sudah tiba di rumah sakit, mereka belum bisa bertemu dengan karena Ares menghalangi setiap upaya mereka.Sementara kini Sandi berdiri di dekat jendela, punggungnya tegang. Sudah beberapa kali dia mencoba berbicara dengan pihak rumah sakit, tetapi semuanya berakhir sia-sia. Feby dapat merasakan kegelisahan suaminya, dan itu membuatnya semakin resah."Sampai kapan kita harus menunggu seperti ini, Om?" tanya Feby, suaranya penuh frustrasi. "Aku tidak bisa hanya duduk di sini sementara Kayla ada di dalam. Dia butuh aku."Sandi menatapnya sejenak, lalu mendekat dan meraih tangannya. "Aku tahu, Feb. Tapi Ares punya kekuatan di sini. Kita tidak bisa melawan langsung, bukan tanpa rencana."Pada saat itulah Widya muncul dari ujung koridor. Wanita itu tampak anggun meskipun wajahnya menu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status