"Iya, aku dulu kerja di office girl, di salah satu perusahaan Diamond. Tapi, sekarang sudah tidak lagi karena dipecat sejak Ibuku sakit, aku izin tapi sudah berapa hari aku tidak masuk karena masalah ini. Jadi, semalam aku mendapatkan pesan dari manajer, dia memberitahukan kalau aku tidak perlu masuk lagi," jawab Ayang dengan suara yang sendu.Mendengar nama perusahaan tersebut, Barra menganggukkan kepala dan dia tidak mempermasalahkannya. "Jangan bekerja lagi dan di meja itu, kenapa belum kamu simpan, apa kurang?" tanya Barra menuju amplop yang semalam dia berikan kepada Ayang yaitu maharnya. Ayang yang mendengar pertanyaan dari Barra hanya menggelengkan kepala. Barra menghela napas, dia tahu betul bagaimana istrinya ini. "Ambillah, simpan itu maharmu dan aku belum memberikanmu cincin karena nikah kemarin hanya terpaksa eh maksudku nikahnya dadakan. Hari ini aku akan memberikan cincin mana jarinya, aku akan mengukurnya dan tiap bulan aku akan kasih uang bulanan, ini kartunya, amb
Di tempat lain seseorang yang sudah menerima foto Zanna yang diberikan kepadanya dengan bayaran cukup mahal tersenyum orang tersebut tidak menyangka kalau mendapatkan foto Zanna yang sangat berharga tersebut. Sedangkan Barra mendapatkan pesan dari asistennya Arya. Jika dia sudah berada di depan Apartemen menunggu dirinya. Padahal, dia sudah katakan kalau dia tidak bisa datang, tapi sang asisten mengatakan dia sudah di depan. Barra dengan cepat berdiri dan membuka pintu dia penasaran kenapa asistennya bisa sampai ke sini dia yakin pasti ada hal yang penting. Saat pintu terbuka, terlihat asistennya Arya menundukkan kepala ke arahnya dan menyerahkan map kepada Barra. "Masuk dan kita bahas di ruanganku," ucap Barra kepada Arya. Barra tidak mau jika bicara di luar dan dia lebih baik bicara di dalam agar tidak ada yang melihat atau mendengar pembicaraan mereka. Ayang yang melihat Barra dan asistennya berada di depan pintu hanya menatapnya saja. "Ada apa dengan mereka ya? Sepertinya, s
Ayang merasa kesal karena Barra malah bertanya balik kepadanya, dia menatap Barra dengan tajam kali ini Ayang tidak takut dengan Barra, entah kenapa dirinya kesal dengan Barra yang wajahnya datar, arogan dan juga sombong. Barra yang melihat Ayang menatapnya dengan tajam, hanya memasang wajah cuek. Dia tidak pernah sedikitpun marah jika Ayang memandangnya seperti itu malah dia dengan songgongnya bertanya kepada Ayang. "Kenapa memandangku seperti itu. Aku tahu, jika aku tampan. Banyak wanita yang menyukaiku, kamu beruntung menjadi istriku, jadi kamu harus kasih aku hadiah, bukan kah itu sangat menyenangkan, ayo mana hadiahku," ucap Barra yang membuat Ayang menaikkan alisnya. "Apa katamu, Mas, aku beruntung menjadi istrimu. Apa kamu lupa, aku ini istri rahasia dari Tuan arogan dan aku tidak punya uang untuk aku kasih sebagai hadiah, lagi pula kamu bisa beli hadiah sendiri bukan kenapa minta sama aku," jawab Ayang yang membuat Barra menggelengkan kepala. "Benar sekali
Barra yang melihat Zanna menunjukkan anting menaikkan alisnya. Dia tidak tau itu anting siapa. Barra tidak menjawab, dia mencoba mengingat anting siapa, saat di belokkan komplek rumah Barra baru tau kalau itu anting milik Ayang. Zanna masih menunggu jawaban dari Barra dan dia tidak sedikitpun menurunkan tangannya. Walaupun tangannya sudah pegal. Zanna mulai berpikiran negatif apakah yang dikatakan Mala itu benar kalau Barra selingkuh. "Jawab, Barra. Anting siapa ini?" tanya Zanna yang mulai emosi karena dia tidak menerima jawaban dari Barra. Sepanjang dia menemukan anting itu Barra tidak menjawabnya, sampai di komplek perumahan dan sampai mobil masuk ke rumah mereka pun, Barra tidak jawab pertanyaan dari dirinya. Zanna benar-benar kesal dan marah karena dia diabaikan. Zanna membuang anting itu dan keluar dari mobil dengan kasar. Tidak peduli, dengan apa yang Barra pikirkan. Zanna emosi Barra sudah menduakannya. "Apa benar yang Mala katakan? Kurang ajar, aku akan cari wanita sialan
Barra pergi ke tempat di mana Arya sudah menunggunya, di sana Barra bertemu dengan pria yang menjadi mata-mata dan mata-mata tersebut membuat gudang milik Barra terbakar dan barangnya juga hilang. Arya mengatakan kalau gudang milik Barra terbakar dan gudang tersebut tidak menyisakan apapun. Tapi, Barra tidak percaya dan meminta memeriksakan rekaman CCTV dan pada akhirnya mereka mendapatkan rekaman CCTV jika barang miliknya dicuri baru dibakar. Siapa pelakunya tidak ada yang tau, tapi mereka menangkap pria yang saat ini ketakutan saat melihat ke arah Barra. "Masih ingin melawanku, jika masih ingin melawanku silahkan lakukan. Aku akan menantimu dasar tidak tau diri, siapa dia. Cepat katakan, aku tidak akan membiarkanmu lenyap sebelum kau memberitahukan kepada aku siapa yang sudah menyuruhmu melakukan ini semua padaku, cepat katakan. Siapa orangnya," ucap Barra menekan pria tersebut untuk mengatakan siapa pelaku yang sudah membuat dirinya rugi besar. "Aku tidak tahu, Tuan, aku hanya
Ayang langsung menarik wanita tersebut ke belakang dan meminta Cantika untuk mengawasi kedua makhluk tersebut. Siapa lagi kalau bukan Maya dan juga wanita yang baru saja datang yang tidak lain adalah sepupunya bernama Kitty."Ma-Mas maaf dia, masih kecil dan dia sepupu saya, dia tidak tahu Mas itu siapa. Maaf ya. Kitty anak yatim piatu baru datang dari desa ke sini untuk melihat ibu. Maaf ya, mas eh Pak Arya, bukan maksud dia mengatakan ... aduh bagaimana ya. Kitty, Pak Arya ini bukan pelayan, sekali lagi mohon maaf ya," ucap Ayang penuh penyesalan kepada kedua pria yang saat ini menatap ke arah wanita tersebut karena mereka tidak suka dengan yang dikatakan oleh Kitty kepadanya. "Hai, dia siapa? Maafkan aku, ya. Aku pikir pelayan. Kalian mau kenalan dengan aku?" tanya Kitty lagi."Kitty bener, Ay, you tidak kasih tahu siapa desek jadi kita mana tahu coba yuk kasih tahu kepada i siapa kedua orang yang saat ini menatap you dengan cukup tajam, apa mereka rentenir. Ya Tuhan, kejam sekal
Tidak ada yang menjawab, Ayang mengalihkan apa yang ibu Ningrum katakan. Dan berhasil, dirinya ikut bersama dengan Barra kembali ke rumah, Ibu Ningrum tidak memaksa untuk Ayang menjaganya begitu juga sepupunya Kitty. Suster yang menjaga Ibu Ningrum. "Ay, aku tinggal di rumah kamu dengan Maya ya? Aku tidak enak ikut dengan kamu," ucap Kitty yang akhirnya tau siapa pria yang bersama dengan Ayang. Maya juga menganggukkan kepala. Dia juga tidak enak tinggal bersama dengan Ayang. "Benar itu, eike tinggal di rumah you saja dan eike tidak ingin menjadi beban you, lagian eike bisa mengurus rumah you, bukan begitu Kitty?" tanya Maya yang di anggukkan oleh Kitty. Ayang tidak mungkin mengizinkan keduanya tinggal di rumah dimana dia saat ini tinggal. Nanti kalau Barra di rumah dan dia mungkin mau bermanja dengan dia bisa bahaya walaupun sudah tau siapa Barra sebenarnya. "Tidak perlu, kalian tinggal di rumah dimana Ayang tinggal." Barra mengatakan jika keduanya tinggal di rumah dimana Ayang t
Kitty berjalan ke arah jendela dia ingin melihat dulu siapa yang datang karena tidak mungkin Maya yang datang karena jika Maya yang datang pasti akan berteriak memanggil dia. "Duh, siapa yang datang ya? Kok aku degdegan, apa pencuri. Hm, lebih baik aku ambil sesuatu saja. Itu lebih baik, jika dia mau masuk dan mencuri aku bisa menghajar dia. Ya, Kitty kamu pintar sekali, ayo kita cari yang keras dan kita bisa langsung menghajarnya," gumam Kitty yang berbalik mencari sapu. Dan setelah ketemu, akhirnya dia mendekati pintu. Perlahan membuka kain gorden dan mengintip siapa orangnya yang mengetuk pintu mereka. Kitty hanya melihat punggung pria yang kokoh dan dia menyerngitkan kening karena siapa yang ada di luar. "Siapa yang ada di luar ya? Apa itu rentenir? Tapi, Ay tidak katakan apapun, kalau dia pinjam uang dari rentenir? Maya? Memakai pakaian itu? Tidak mungkin. Aish, siap bisa-bisa gila aku," ucap Kitty yang menebak-nebak siapa yang ada di luar. Saat Kitty melamun, pintu diketuk