"Maaf Pak Calvin tapi Rachel sedang bertengkar dengan karyawan lain."Mendengar berita tersebut dari Nicky, tanpa berkata sepatah katapun lagi Calvin segera berlari keluar ruangannya. Ia bahakn tidak mempedulikan teriakan Diana yang terus menerus memanggil namanya.Di dalan otaknya kini hanya ada Rachel. "Berhenti!" seru Calvin saat melihat dua orang gadis saling menjambak. Tidak. Lebih tepatnya salah satu dari mereka lebih unggul dan Calvin dapat mengenali kalau gadis yang lebih lemah adalah Rachel, istrinya sendiri.Mendengar teriakan Calvin pertengkaran itu terhenti. Tanpa diperintahkan lagi, semua orang menepi untuk memberikan jalan pada Calvin."Kau tidak apa-apa?" Calvin menghampiri Rachel namun gadis itu hanya menunduk dan terdiam."Apa yang kalian lakukan di kantor?" Tanya Calvin sambil menahan emosinya. Semua enggan menjawab. Calvin menatap Rachel. Rambutnya sudah berantakan dengan luka cakaran di pipi yang terlihat cukup dalam."Jawab!" bentakan itu sontak membuat semua ora
"Aku tahu karena kau memberitahuku Rachel."Perkataan Calvin di mobil tadi masih terngiang-ngiang di kepala Rachel. Ia tidak ingat kapan dirinya telah memberi tahu Calvin. Otaknya berusaha bekerja keras mengingat kembali kejadian saat ia mabuk.Rachel mengerang kesal saat ingatan saat ia mabuk tidak kunjung kembali. Ia merutuki dirinya sendiri yang tidak kuat minum alkohol. Dalam hati, Rachel berjanji akan berusaha keras menghindari alkohol seumur hidupnya.Tiba-tiba ponselnya bergetar, menandakan sebuah pesan masuk. Senyuman lebar langsung terlukis di wajah Rachel saat melihat pesan tersebut dari adiknya, Juan.Juan mengabari Rachel kalau lusa sang ibu sudah boleh pulang. Ini benar-benar keajaiban. Ibunya sudah berbaring lama di rumah sakit tanpa adanya sedikitpun kemajuan. Namun hal itu seolah berubah drastis sejak kedatangan Calvin, pria itu berhasil menepati janjinya untuk merawat sang ibu hingga sembuh."Kau kenapa?" Calvin yang baru saja selesai mandi menatap Rachel kebingungan
"Dia siapa kak?"Rachel dan Calvin menoleh ke arah suara bersamaan. Rachel membelalakan matanya saat melihat melihat Juan sudah menatap dirinya dan Calvin dengan pandangan menyelidik."Siapa?" Rachel mengerjapkan matanya tersadar kalau ia sudah terlalu lama terdiam. "Kenalkan saya su-""Dia teman kakak di kantor!" potong Rachel panik saat menyadari apa yang mau Calvin katakan pada adiknya. Ia tidak akan membiarkan Juan mengetahui bahwa dirinya sudah menikah. Calvin menatap Rachel tidak terima. Pria itu baru saja akan membantah namun Rachel sudah membawa pergi adiknya. Merasa tidak punya pilihan lain, Calvin memutuskan untuk mengikuti mereka berdua dari belakang."Putriku!" seru seorang wanita paruh baya dengan senyum lebar di wajahnya. Ia adalah Anetha Lee ibu Rachel dan gadis itu segera memeluk ibunya erat.Calvin menatap sekeliling ruang rawat VVIP tempat Anetha dirawat. Memang setelah kontrak ditanda tangani oleh Rachel, ia segera mengurus semuanya untuk gadis itu termasuk peminda
"Itu semua mungkin karena aku adalah Calvin Miguel. CEO Miguel Group. Pewaris tunggal Miguel Group."Mereka semua tercengang. Masih dalam situasi terkejut dengan apa yang baru saja Calvin ucapkan, pria itu membuka dompetnya dan mengeluarkan kartu nama miliknya."Jika kalian tidak percaya kalian bisa langsung mencari namaku di situs pencarian." Jean dan Mike langsung membuka ponsel mereka."Benar dia adalah Calvin Miguel!" seru Mike anak dari Deasy dan Andre saat mendapati foto Calvin di situs pencarian. Pria seusia Juan itu hanya menganga saking kagetnya."Miguel Group baru saja memenangi tender senilai 10 milyar dollar!" Kali ini Jean anak dari Sarah dan Robin yang berseru. Sarah meraih ponsel putrinya tidak percaya. Wanita itu membelalakan matanya saat memastikan apa yang dicari oleh sang putri benar adanya."Maafkan kami Pak Calvin, kami benar-benar tidak mengenali anda." Robin berinisiatif meminta maaf duluan dan langsung diikuti
Calvin menghentikan mobilnya tepat di depan lobby rumah sakit. Anetha dan Juan sudah menunggu disana dengan beberapa barang bawaan mereka."Bereskan semuanya!" perintah Calvin pada para petugas keamanan disana. Rachel menatap Calvin kesal. Pria itu memang tidak bisa lepas dari sifat diktatornya.Pria itu kemudian membuka pintu penumpang dan mempersilahkan Juan serta Anetha untuk masuk ke dalam."Terima kasih Pak Calvin." Calvin mengerutkan keningnya saat mendengar panggilan dari Anetha. Ia tidak ingin dipanggik seperti itu oleh ibu mertuanya sendiri."Panggil saja aku Calvin, cepat atau lambat aku akan resmi menjadi menantu anda." Ujar Calvin tenang disertai senyuman lebar. Juan dan Ibunya yang mendengar hal itu sontak bertatapan dengan terkejut.Calvin memberikan beberapa lembar uang pada para petugas keamanan lalu kembali masuk ke mobil."Bagaimana kalau makan dulu?" Ajak Calvin."Tidak perlu merepotkanmu Calvin, kami langsung pulang saja." Tolak Anetha halus. "Tidak masalah ma, kit
"Apakah itu Harrison Lee?"PRANGGG!!!Suara benda pecah belah berhasil membuat perhatian mereka semua teralihkan. Juan langsung menghampiri ibunya sambil membawakan sandal."Jangan bergerak mah" perintah Juan. Rachel datang membawakan peralatan untuk membersihkan serpihan kaca dan Juan langsung merapikannya."Kakak bawa mama pelan-pelan ke sofa" Rachel menurut dan menuntun ibunya untuk duduk di sofa.Anetha terdiam. Sudah sekian lama nama Harrison Lee tidak pernah terucap dan pria yang baru saja dikenalnya itu tiba-tiba saja mengucapkan nama tersebut."Kau kenal suamiku?" Anetha bertanya dengan suara bergetar menahan tangis."Harrison Lee suami anda?" Calvin balas bertanya kebingungan. Namun sedetik kemudian pertanyaan itu terjawab oleh anggukan Anetha. Rachel dan Juan hanya menyimak pembicaraan mereka sama sekali tidak tahu menahu tentang hal itu."Lalu ayah mertua anda adalah Javier Lee?" sekali lagi Anetha mengangguk menjawab pertanyaan Calvin."Dimana kau mengenal mereka?""Javier
"Mulai besok jangan masuk kantor!" Perintah Calvin tepat saat mereka tiba di rumah. Rachel mengerutkan dahinya bingung dengan keputusan Calvin."Kenapa""Kau sudah bertemu dengan Xander, cepat atau lambat ia akan mengenalimu sebagai bagian dari keluarga Lee.""Lalu kenapa kalau ia mengenaliku?" tanya Rachel kesal. Bukan hanya Calvin yang terpukul dengan fakta yang baru saja mereka ketahui tapi juga dirinya. Bahkan sekarang ia mulai mencurigai hubungan Andrea Zimmer dengan kematian ayahnya."Aku hanya ingin kau aman, Rachel." Calvin memegang kedua pundak Rachel dan menatap matanya lurus. Pria itu tampak sepeti memohon agar Rachel menuruti dirinya."Tidak! Aku akan menghadapi Andrea Zimmer!" seru Rachel seraya melepaskan pegangan Calvin. Calvin mengusap wajahnya."Rachel" ucap Calvin pelan. Ia sudah bingung harus berkata apa pada Rachel."Ada cerita lucu waktu aku dan Juan masih kecil." ujar Rachel sambil tersenyum getir.
"Ahh, kenapa kau sangat merepotkan" keluh Calvin sambil menatap lurus jalan raya."Aku merepotkan kenapa? Bukankah kau yang menyuruhku untuk pergi ke kantor sekarang juga?" balas Rachel tidak terima."Kau pasti akan merengek kalau aku masih melarangmu pergi ke kantor""Aku tidak merengek!" seru Rachel kesal."Kau juga pasti akan mencari banyak cara dan alasan agar bisa pergi ke kantor." Rachel terdiam. Perkataan Calvin barusan ada benarnya. Ia memang sudah berniat merencanakan situasi agar bisa pergi ke kantor hari ini."Aku benar kan?" Rachel mencibir kesal saat melihat ekspresi Calvin. Pria itu benar-benar menyebalkan."Kalau begitu kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran?""Menurutmu apa alasannya?" Calvin balik bertanya."Kau memang aneh" ledek Rachel kesal."Aku tidak mau kau semakin kesulitan dengan pekerjaanmu apalagi sepertinya kamu sangat menyukai pekerjaanmu sekarang ini." ujar Calvin yang langsung membuat Rachel menganga. "A