Anais tertegun mendapati Tigris memintanya berhenti. Tidak biasanya ayah angkatnya tersebut menahan dirinya ketika hendak melangkah ke dalam masalah, tapi apa ini? Apa maksud suami Pineti Devante itu? Namun, belum sempat Anais melontarkan pertanyaan, dia pun menoleh ke arah Jade yang mencekal lengannya. Sorot matanya seperti bertanya-tanya mengapa dia berupaya menghentikannya, tapi sang pria tak memberi penjelasan apapun. “Bisakah kalian memanggil Kelapa Koki untuk datang ke sini?” Jade malah berpaling ke arah pelayan di belakangnya. Si pelayan tampak terkejut, tetapi segera mematuhi perintah Jade membawa pimpinan juru masak makanan malam ini. Semua heran dan bertanya-tanya maksud Jade, kecuali Aretha dan Denver yang kini dongkol bukan main karena pria tersebut menggagalkan rencana mereka. ‘Sialan! Mengapa pria berengsek itu ikut campur?! Dia selalu saja menghalangi Aretha saat memberi pelajaran pada Kak Anais!’ Aretha membatin geram seiring sorot matanya yang bengis. Air mukanya
“Jangan bercanda! Atas dasar apa Anda ingin membawa kasus ini ke ranah hukum?!” Aretha memberang dengan wajah kaku.Tangannya yang berada di bawah meja menggenggam telapak Denver amat kuat, tapi Jade yang tengah menatapnya penuh tuntutan tak ada niat memberinya pengampunan.Suami Anais Devante itu merapatkan alisnya sembari menyahut, “apa Anda tidak sadar dengan apa yang Anda lakukan? Anda telah melakukan kejahatan dan nyaris melenyapkan nyawa seseorang. Bukankah wajar jika Anda harus menanggung hukuman?!”Tuan dan Nyonya Devante yang melihat putri kandungnya terhimpit situasi sulit, merasa canggung jika ingin memihak Aretha di hadapan Hans. Namun, Pineti juga tak bisa berpangku tangan dan hanya melihat sang putri jatuh tanpa melakukan apapun.“Maaf jika saya ikut bicara, tapi bisakah kita selesaikan masalah ini baik-baik? Bisa saja Aretha memang tidak sengaja melakukannya,” tukas istri Tigris itu menginterupsi.Seketika Jade pun memutar kepala ke arah Pineti dengan tampang garang. Su
‘Kelinci nakal ini terlihat manis setiap kali tegang,’ batin Jade memamerkan seringainya.Bagaimana mungkin dia berhenti menggoda Anais jika respon sang wanita selalu bisa menghiburnya?Jade pun mengikis jarak hingga kini hidungnya nyaris bersinggungan dengan hidung Anais. Leher istrinya menegang, meski tahu Anais tak nyaman, tetapi Jade terus menatapnya dengan intens.Anais memutar bola matanya dan lantas menarik kepala untuk menjaga jarak. Dengan tegas, dia pun melepas kaitan tangannya dari Jade sembari berkata, “katakan saja apa maksudmu?”“Maksud apa, Istriku? Sudah jelas semua orang tahu bahwa kita suami istri. Jadi, bukankah wajar jika aku membela pasanganku?” balas Jade seiring dengan alisnya yang naik sebelah.Anais mengerutkan kening dengan tatapan curiga. “Apa kau pikir aku akan percaya?”
“A-apa yang baru saja Ibu katakan?!” Denver mendongak ke atas, menatap wajah Leah yang kini terpampang amat tegas. Ekspresi dingin yang selama ini ditunjukan sang ibu pada Jade, kini diarahkan padanya.“Bukankah kau bilang menyesal? Jika kau benar-benar menyesal, maka tinggalkan istrimu itu. Dengan begitu kau bisa kembali ke mansion Herakles sekarang juga!” sambar Leah yang setiap katanya mengandung tekanan.Memang, hanya karena rencana sang istri yang gagal, Denver harus menanggung hukuman dari Hans. Akankah dia sanggup mengikuti kata-kata ibunya untuk mangkir dari sisi Aretha dan kembali ke mansion Herakles?“Ibu sudah memperingatkanmu, sejak kau menghancurkan pertunangan dengan Anais dan memilih adiknya. Kau bilang dengan menikahi putri kedua Tuan Tigris akan mempermudah langkah kita, sekarang apa kenyataannya, Denver?! Kau bahkan ditendang dari tempatmu sendiri karena wanita bodoh itu!” Leah mendecak sengit.“Kau lihat anjing liar itu?! Dia memungut wanita yang kau buang dan mala
“Berhenti, Aretha!” Pineti memekik begitu melihat sang putri menggores lengan kiri dengan pecahan kaca. Wanita itu bergegas menghampiri Aretha yang bersimpuh di sandaran ranjang dan berada di antara beling yang berserakan. Sangat jelas bahwa putrinya mengamuk dan menghacurkan segala benda yang ada di depan mata. Namun, yang paling mengejutkan adalah Aretha tak segan menyakiti dirinya sendiri karena ledakan emosi. Pineti merebut beling dari tangan sang putri dan lantas memekik kencang. “Apa kau sudah gila, Aretha?!” Akan tetapi, lawan bincangnya tak membalas. Tubuh istri Denver Herakles itu lemas, bahkan ketika Pineti meraihnya malah tumbang. Ya, Aretha ambruk karena sudah tak sadarkan diri. “Aretha? Aretha?! Bangunlah, Aretha!” Pineti memanggil nama putrinya dengan buncah, tapi Aretha terkulai tak mau membuka matanya. “Apa yang terjadi pada putri kita, Sayang? Aretha tidak mau bangun ….” Nyonya Devante itu berpaling dengan wajah gelisah ke arah Tigris. Kepala keluarga Devante te
‘A-apa maksudnya? Dia … tidak mungkin bicara tentang kejadian saat bulan madu itu ‘kan?!’ Anais merasa cemas dalam hatinya. ‘Tidak, tidak … itu tidak mungkin!’Tak bisa dipungukiri bahwa ucapan Jade menggiring pikirannya pada insiden di Pelican Reef Resort, kala dirinya tak sengaja melihat sang pria yang telanjang di kamar mandi. Kebuncahan menyerang wajahnya. Anais was-was, terlebih kini Jade malah menatapnya intens seolah sedang membaca pikirannya.“Apa yang ada di otak kecilmu, istriku?” Jade berkata selaras dengan alis sebelah kirinya yang terangkat.Sungguh, kata-kata dan puduan ekspresinya benar-benar tampak seperti ejekan bagi Anais.Wanita itu lekas mendorong suaminya sembari menyergah, “aish … menyingkirlah dariku!”Dia bangkit dari ranjang dan buru-buru merapatkan tali piyamanya. Dia begitu keras menyembunyikan rasa malunya, wajahnya terpampang angkuh meski sangat merah.Melihat tindakan Anais yang kelakaban, Jade pun menahan seringainya. ‘Astaga, kelinciku benar-benar memil
“Mengapa Kak Denver hanya diam? Apa Kak Denver tak sanggup melakukannya?! Kak Denver lebih memilih nyawa Kak Anais dibanding Aretha?!” Denver hanya bungkam mendengar seluruh tuntutan sang istri. Dirinya menatap wajah berang wanita itu, yang hanya menampilkan hasrat menguasai yang besar. ‘Aku yakin, pilihanku menikahi Aretha tidak salah. Dia sangat berambisi, sama persis sepertiku. Karena kita berdua sangat mirip, aku yakin kita bisa mencapai puncak bersama-sama. Meski sekarang tidak mengakui Aretha, tapi Ibu pasti segera menerimanya setelah melihat kemampuannya,’ batin Denver dalam senyap. Tangannya menjulur, merengkuh pipi istrinya yang kini basah karena air mata. “Tenanglah, Sayang. Walau kau tidak memintanya, aku pasti akan memusnahkan jalang itu, beserta anjing liar yang terus mengganggu jalan kita!” tukasnya meyakinkan. “Lihatlah aku, kau bisa memegang janjiku. Hanya kau, wanita yang pantas berdiri di sisiku. Mari kita tunjukan pada semua, bahwa kita bisa mencapai segalanya!”
“Si-siapa dia?” Anais mengernyit dengan tatapan curiga saat melihat sosok anak lelaki kecil memegang kamera di bawah pohon.Sang suami yang berada di dekatnya pun ikut berpaling. Sorot matanya yang tajam membuat bocah tadi bergidik ketakutan. Namun, Jade tak bisa melepas begitu saja mengingat istrinya sangat rentan dengan gosip. Jadi, dia pun waspada pada siapapun, terlebih wartawan. Apalagi anak kecil tadi juga mengambil potret Anais dan dirinya.“Apa yang kau lakukan?” tukas Jade dengan air muka datarnya.Mulanya anak kecil tersebut tak bergerak sedikitpun, dia terlanjur ketakutan karena pandangan Jade yang seolah memberinya tekanan.“Bawa kamera itu ke sini, atau aku menghancurkannya.” Jade kembali berkata dengan sengitnya.Akan tetapi, Anais yang mendengarnya pun seketika menyahut, “mengapa kau sangat kasar padanya? Dia hanya anak kecil, kau tidak perlu membuatnya ketakutan.”Alih-alih menuruti permintaan sang istri, Jade malah tak peduli. Dia berpaling ke arah anak kecil tadi, me
“Putramu sangat menggemaskan. Lebih baik kau bergabung bersama mereka,” tutur Hans tersenyum saat melihat Jade menggandeng anaknya. “Jade sudah menemaninya, aku akan di sini bersama Kakek.” Anais membalas selaras dengan bibirnya yang tertarik ke atas. Meski dia bilang seperti itu, tapi Hans tahu benar bahwa cicitnya lebih membutuhkan Anais. “Bukankah Kakek sudah bilang, Jade tidak ingin putranya berakhir seperti dirinya. Jadi, kau harus membantu suamimu agar dia bisa memberikan kasih sayang yang berlimpah pada anaknya.” Mendengar nasihat Hans, kali ini Anais tak bisa bersikeras. Usai pamit pada kakek mertuanya, wanita itu pun menghampiri Jade dan sang putra yang sudah rapi dengan pakaian berkuda. “Reins!” tukas Anais menyeru. Ya, River Reiner Herakles-yang akrab disapa Reins oleh Anais itu adalah bocah lelaki kecil yang menawan dan energik. Semakin dia tumbuh besar, rupa wajahnya semakin mirip dengan Jade. “Lihat aku, Mommy! Apa aku sudah mirip Daddy?” tukas River memamerkan pen
***“Sebaiknya Anda berhenti minum, Tuan,” tukas seorang lelaki yang merupakan Asisten Pribadi Denver selama di Asia.“Singkirkan tanganmu, sialan!”Alih-alih menurut, Denver malah menampik tangan asistennya seraya mengumpat geram. Dia justru mengisi gelasnya dengan vodka karena pikirannya sangat semrawut. Akan tetapi, lagi-lagi asistennya menahan saat dirinya hendak meneguk minumannya.“Mengapa? Apa kau akan mengadu pada Kakek?!” decak Cucu kedua Hans tersebut.Dia merengkuh kerah sang asisten hingga wajah mereka lebih dekat. “Katakan pada Kakek, bahwa aku hanya bermain-main di sini. Laporkan saja kerjaku tidak becus dan hanya membuang waktu dengan para wanita penghibur. Bukankah itu sudah cukup untuk memenuhi laporanmu tentangku?!”“Tuan, Anda tidak boleh—”“Berisik!” Denver kembali menyambar dan lantas melepas cekalan tangan dari kerah asistennya.Dia menyabit gelas vodkanya, lantas meneguk minumannya hingga tandas. Begitu cairan memabukkan itu mengaliri tenggorokannya, pria itu m
“Dokter, bicaralah dengan jujur. Istri saya sedang dalam bahaya, tapi bagaimana bisa Anda mengatakan sesuatu yang konyol?!” Jade memberang seiring amarah perih menjalari raganya. “Mohon maaf, Tuan. Kami tidak ada pilihan lain, sebab jika kami memaksa melakukan operasi untuk mengeluarkan pelurunya, bayi dalam kandungan istri Anda bisa dalam bahaya. Namun, apabila peluru itu tidak segera dikeluarkan, nyawa istri Anda bisa terancam,” balas Dokter itu dengan raut wajah gelisah. Memang, dirinya seperti menemui jalan buntu. Dia pun tidak bisa mengambil risiko sebab ini menyangkut hidup dan mati seseorang. “Se-sebab itu, kami menyerahkan keputusan pada Anda, selaku suaminya. Apapun pilihan—” “Pilihan?!” Jade lantas menyahut sebelum ucapan tenaga medis itu tuntas. “Apa yang Anda maksud dengan pilihan, Dokter? Anda sama saja meminta saya untuk membunuh salah satu dari mereka!” Manik abu pria tersebut tampak membesar dengan getir. Dirinya sungguh tak bisa mengambil keputusan mengenai perkar
Netra abu Jade membelalak selebar cakram begitu melihat peluru melesat ke dada kiri Anais. Sensasi terbakar bercampur perih, kini seolah menyobek jantung pria itu.“Tidak, Anais!” Dirinya buru-buru menuju istrinya, tapi tanpa dia tahu, Aretha malah mengarahkan pistol padanya.‘Dasar pasangan sialan! Lebih baik kalian ke neraka bersama!’ decak Adik angkat Anais itu dalam batin.Tangannya bersiap menarik pelatuk senjata apinya, tapi Carlein yang berada di belakang Jade, lebih dulu melesatkan tembakan hingga tepat mengenai lengan Aretha. Suara desingan peluru Cerlein sontak membuat semua orang tertegun, tapi Jade tanpa peduli hanya berlari pada Anais.Pria tersebut merengkuh sang istri yang masih terikat di kursi. Gelenyar merah pun merembes dari balik dress putih gading yang wanita itu kenakan. Dan begitu menyadari sang suami tiba, manik Anais pun bergetar seolah menemukan muaranya.“Jade … a-aku tahu kau akan datang. Kau pasti menemukanku di mana pun aku berada.” Anais bertutur dengan
***Nyaris satu jam, akhirnya Jade baru membuka ponselnya. Dan saat itu juga, keningnya mengernyit sebab ada beberapa panggilan tak terjawab dari sang istri. Dirinya yang kini berangkat menuju mansion Herakles, berupaya menelepon Anais kembali, tapi hasilnya nihil sebab istrinya tak mengangkat.“Mengapa dia tidak menerima panggilanku?” gumam Jade terserang bingung.“Mungkin saja Nyonya Anais saat ini sedang berbincang dengan Pimpinan, Tuan. Jadi Nyonya tidak sempat melihat ponselnya.” Carlein pun menyahut untuk menenangkan.Jika dipikir jernih, bisa saja itu benar, sehingga Jade pun membalas, “ya, mungkin. Terlebih lagi, Kakek sangat menantikan kelahiran bayi kami. Pasti Kakek mengajak Anais bicara banyak hal.”Jade menghela napas sembari merebahkan kepalanya di badan kursi mobilnya.‘Walau begitu, aku sangat cemas karena membiarkan Anais be
*** “Hei, mengapa di sini tidak ada minuman?!” Cedric membanting pintu lemari pendingin dengan emosi. Sepasang matanya yang cekung tampak mengerikan di wajahnya yang berang. Dia lantas menendang kursi, sampai membuat Aretha yang sedari tadi melihat sesuatu di laptopnya menjadi terusik. “Hah, sialan! Rumah macam apa ini?! Benar-benar memuakkan!” Cedric kembali mengumpat kasar. Sang adik yang sudah tidak tahan dengan tabiat kakaknya pun menyambar, “apa Kak Cedric buta? Di sana banyak air, apa susahnya minum air itu?!” “Aku tidak butuh air, berengsek! Tapi alkohol, alkohol, sialan! Aku benar-benar stress, jadi setidaknya berikan aku bir!” Putra sulung Tigris Devante itu kembali mendengus dengan amukan berapi-api. Dia yang merupakan seorang pecandu narkotika sudah kesulitan mendapat obat terlarangnya, hingga setiap hari hanya melampiaskannya pada minuman. “Aish, sial! Ini bukan bar. Jika Kakak ingin bir, pergilah ke bar atau club malam. Jadi berhentilah mengeluh dan mengumpat, karen
‘A-apa aku tidak salah lihat?’ Anais membatin seiring dengan maniknya yang berkedip.Dirinya tercengang mendapati Lariat Anne datang bersama seorang pria. Mungkin di mata publik itu adalah hal biasa, tapi bagi Anais ini sungguh tak terduga sebab pria yang tengah menemani Anne tak lain adalah Eldhan Hermeden.‘Apakah selama ini mereka saling kenal? Mengapa Anne bisa datang bersama Eldhan?’ sambung wanita itu dalam hati.Apa saja yang sudah Anais lewatkan? Dia cukup lama tidak melihat Eldhan sejak tahu bahwa pria tersebut memiliki perasaan padanya. Ya, meski saat itu Anais belum jatuh cinta pada Jade, tapi dirinya merasa aneh dan tak bisa menerima hati Eldhan.Dari lawan arah, Lariat Anne mendekat bersama Eldhan di sebelahnya. Dan seperti biasa, penampilan Anne yang glamor, kini diimbangi Eldhan yang tampil dengan setelan jas berkelas.“Selamat atas pelantikan Anda sebagai Presiden Direktur DV Group, Nona,” tuturnya disertai senyum anggun.Anais dengan santun pun membalas, “terima kasih,
“A-apakah pria yang ada di foto waktu itu adalah ayahmu?” Anais bertanya ragu-ragu, dan itu sekejap membuat Jade menaikkan kedua alisnya. “Foto apa yang kau maksud?” balas sang pria bertanya. Ada jeda beberapa saat sebelum Anais menjawab. Dan ya, wanita itu baru sadar bawah dulu dia masuk ke ruang rahasia penthouse Jade tanpa persetujuan suaminya. ‘Aish, mengapa aku jadi mengungkit masalah itu? Harusnya aku tidak usah membahas tentang ayahnya lagi ‘kan? Dia menyembunyikan foto-foto itu pasti karena suatu alasan. Sekarang dia pasti curiga padaku. Apa yang harus aku katakan?’ geming Anais bingung dalam batin. “Apa kau—” “Ma-maafkan aku, Jade.” Anais segera menyahut ucapan sang pria yang belum tuntas. “Saat itu, ketika kau memergoki diriku di ruang rahasia penthouse milikmu, aku tidak sengaja melihat foto anak laki-laki kecil bersama seorang pria. A-aku pikir, itu adalah dirimu dan ayah mertua.” Mendengar penjelasan sang istri, Jade sekarang ingat. Ya, untuk pertama kalinya, dia mel
Jade segera membuka amplop putih dari Carlein. Irisnya memindai penasaran sebab asistennya bilang dia telah ditipu. Dan ya, di bagian akhir surat hasil tes yang kini dipegangnya, Jade melihat jelas bahwa keterangannya negative! Dia bahkan membaca berkali-kali, khawatir bila matanya salah menilik. Akan tetapi, keterangannya memang menunjukan bahwa hasil tes DNA yang dia lakukan bersama Anais tidak cocok. “Apa arti surat ini, Carlein?” tukasnya menuntut penjelasan. Sang asisten segera menjawab dengan tegas. “Ini adalah hasil tes yang sebenarnya, Tuan. Dokter itu telah menipu Anda dengan memalsukan hasil tes menjadi positif karena permintaan seseorang.” Detik itu juga, manik abu Jade tampak menyorot tajam dengan alis saling mendapuk. Tak bisa dipungkiri bahwa dia sungguh senang jika ternyata dirinya dan Anais bukanlah saudara, tapi di sisi lain, pria tersebut pasti akan murka karena ada orang yang ingin main-main dengannya. Namun, Jade tak bisa langsung girang sebelum memastikan semua