Hugo membawa Candra ke rumah sakit untuk tes rontgen setelah melihat tulang kering kanan Candra menjadi tambah parah, bengkak dan robek karena menghantam pinggiran meja.Setelah memastikan tidak ada masalah serius dalam hasil tes rontgen, dokter membiarkan mereka pergi. Tulang kering Candra hanya dikompres dengan es dan diplester untuk menutup luka robek di tulang keringnya.“Maaf sudah merepotkanmu, Paman Hugo,” ujar Candra dengan kepala tertunduk berdiri di samping mobil. Setelah semua kekonyolan untuk mendapatkan perhatian Hugo, Candra menyadari dia benar-benar sudah tidak waras berani menyakiti dirinya sendiri hanya untuk mendapatkan perhatian. Sakit di tulang keringnya masih terasa.“Kamu memang selalu merepotkan, mengapa baru sadar?” kata Hugo mengacak-acak poni rambut gadis itu.Candra menatapnya dengan mata lebar sebelkum menunduk dengan ekspresi berkerut masam, cukup terpengaruh dengan ucapan pria itu. Ya, dia memang merepotkan, kekanakkan, dan egois hingga beberapa teman s
ketidaksukaan pada pertunangannya dengan Liera Walton. Itu akan terlihat kekanakkan dan tidak akan mengubah apa pun. Paman hanya memandang anak yang merajuk.“Aku marah, karena Paman tidak menepati janji untuk merayakan natal. Itu saja.”Hugo terdiam sebelum mendesah dan melepaskan tangannya dari dagu Candra.“Maaf, Paman harus berada di keluarga ....”“Tidak apa-apa, keluarga lebih penting,” kata Candra sadar diri. Dia tidak lebih seorang anak yang menumpang hidup pada Paman Hugo.Hugo menatapnya namun tidak mengatakan apa-apapun. Dia kemudian memandang ke sekeliling. Salju masih belum berakhir dan menumpuk di jalanan halaman rumah sakit.“Apa kamu ada mata kuliah sore ini atau besok?”Candra menggelengkan kepala. “Aku tidak ada mata kuliah sore, tapi besok aku ada mata kuliah siang.”“Kalau begitu, jangan kembali ke asrama,” kata Hugo kemudian membuka pintu mobil di samping Candra.“Paman akan membawaku ke mana?” Candra bertanya bingung.Hugo menoleh untuk menatapnya. “Merayakan na
Mereka tiba di kawasan pusat perbelanjaan mewah di ibukota, Sky City Mall.Candra keluar dari mobil, kepalanya mendongak memandang gedung Sky City mall yang menjulang tinggi dan besar di depannya.“Waah, mal ini sangat besar,” gumamnya. Ini pertama kali Candra berbelanja di mal di negara ini, karena saat umur 16 tahun dia dikirim belajar di luar negeri.Hugo keluar dan mengunci mobil sebelum menghampiri Candra. Dia menepuk kepala lembut gadis yang sangat pendek di sebelahnya.“Ayo pergi, kamu bisa menemukan barang branded kesukaanmu di lantai empat.”Meski diajak berbelanja dengan pria yang disukai, suasana hati Candra masih muram. Dia tidak merasa antusias atau memiliki waktu mengagumi pusat perbelanjaan mewah di ibukota.Candra meraih kain mantel Hugo.Hugo menunduk menatapnya dengan alis terangkat.“Paman sungguh akan mengajakku belanja?”“Iya, untuk apa aku membawamu ke sini jika bukan untuk itu?”Candra tertunduk. “Paman, orang yang sangat sibuk. Paman tidak perlu meluangkan wakt
“Apa gunanya tampan jika sangat kasar.”Hugo tidak peduli terus menghisap rokoknya, mengabaikan perhatian yang tertuju ke arahnya. Dia mengeluarkan ponselnya memeriksa email-nya, dan hal-hal penting yang berkaitan dengan pekerjaannya.Sementara itu di dalam toko, Candra senang melihat baju-baju cantik musim dingin. Suasana hatinya membaik melihat pakaian-pakaian cantik. Dia mengambil beberapa potong baju tanpa melihat harganya. Toh, dia memiliki kartu kredit hitam pribadi milik Paman Hugo. Kapan-kapan lagi dia menggunakan uang pribadi Paman Hugo-nya.Candra sesekali melirik ke luar dan melihat Hugo menunggunya seperti yang dikatakan pria itu. dia cemberut melihat beberapa wanita lewat cekikikan bodoh dan berusaha menarik perhatian Paman Hugo. Matanya melotot melihat wanita seksi dengan belahan dada yang hampir tumpah dari bajunya mendekati Paman Hugo dengan berani sambil mengerling menggoda.Untunglah wanita itu langsung pergi dengan muka cemberut membuat Candra lega. Tapi dia gelisah
“Wah, lihat siapa yang kita lihat sayang. Sepupumu berkencan dengan seorang gadis belia yang cukup untuk jadi putrinya. Apa dia berubah jadi seorang pedofil sekarang?” pria tampan di sisi Iris berkata menggoda dan mengejek Hugo dengan kejam. Iris langsung mencubit pinggang pria itu.“Hentikan Aiden, jangan terus mengejek Hugo,” tegurnya. “Ini adalah Candra, anak asuh Hugo,” lanjut sambil tersenyum meminta maaf pada Candra dan Hugo atas ejekan suaminya.Wajah Candra memerah kesal dan cemberut karena disangka sebagai putri Hugo. Dia dapat merasakan lengan Hugo di pundaknya menegang. Dia mendongak untuk melihat raut wajah Hugo.Rahang Hugo mengeras menatap tajam Aiden.“Kalian masih di sini? Kupikir kalian sudah kembali ke York City.”“Kami ingin kembali ke York City. Tapi cuaca sangat dingin dan ada badai salju, tidak cocok untuk bepergian, tubuh Nessie lemah dan tidak tahan dingin untuk bepergian jauh,” balas Iris.“Kami menunda kepulangan kami beberapa hari lagi, sampai badai salju b
“Sayang, kamu tidak serius, kan? Apa kamu tahan berada di dekat bajingan sakit ini?” Aiden memprotes sambil menunjuk wajah Hugo.Hugo memukul jari pria itu dengan kasar. “Iris adalah anggota keluarga Wallington, dia bisa menghabiskan natal bersama di sini. Sementara kamu tidak pernah diterima, kamu bisa kembali ke habitatmu.”Aiden memelototinya. “Aku tidak akan membiarkan istriku bersama psiko sepertimu. Siapa yang tahu kapan sarafmu rusak hingga jadi gila lagi.”“Siapa yang sebut gila, bajingan!”Kedua pria itu seperti akan berantam lagi. Iris benar-benar kesal menyikut perut mereka dengan keras karena dia berada di tengah mereka.“Oh, hentikan sekarang. Kalian benar-benar kekanakkan sekali.” Dia menatap suaminya tajam.“Aiden, aku sudah berdamai dengan Hugo, kuharap juga kamu memaafkannya dan berdamai dengan Hugo.”“Aku tidak butuh permintaan maafnya.”“Aku juga tidak akan berdamai dengannya.”Iris mencubit lengan Aiden. “Pikirkan Dimitri. Hugo selama ini sudah membantuku dan mer
Hugo tidak membawa Candra pulang ke asramanya, melainkan ke rumah tua yang dulu pernah ditinggali Candra. Begitu tiba di dalam rumah, Hugo tidak banyak bicara dan langsung menuju ke ruang kerjanya. Candra juga tidak sedang dalam mood bagus untuk menarik perhatian Hugo. Dia lelah secara fisik dan emosi karena kejadian hari ini. Dia naik ke kamarnya sendiri dan sangat ingin mengistirahatkan pikirannya yang mengamuk. Namun matanya tidak bisa terpenjam meski berbaring di tempat itu. Pikirannya terus mengulang kejadian hari. Pertunangan Paman Hugo mengejutkan dan menghancurkan hatinya. Tapi lebih dari itu, perasaan paman Hugo pada Iris Wallington yang sangat jelas dan tidak pudar membuatnya getir dan merasa tidak memiliki harapan. Orang selalu berkata perasaan seorang pria yang jatuh cinta itu sedalam lautan. Bahkan jika ada seorang pengganti, Candra tidak akan menjadi pilihan Paman Hugo. Seseorang yang seperti Liera Walton adalah Nona Muda yang dibutuhkan keluarga Wallington untuk mena
Bibi Ulya meliriknya dengan kening berkerut. Namun tidak membalas. Dia menggelengkan kepala dan meninggalkan Candra di meja makan.Candra memandang punggung Bibi Ulya dengan ekspresi kesal.“Apa-apaan sih.” Dia merasa ucapan Bibi Ulya sangat menyebalkan seolah mengingatkannya untuk tahu diri.Candra dengan kesal mengambil piring kosong dan mulai makan malam. Makanannya tidak lagi panas dan tidak enak lagi karena sudah dingin.“Bibi, tolong panaskan sup-nya,” kata Candra memanggil Bibi Ulya di dapur.Bibi Ulya tidak merespons.“Bibi!”Tetap tidak ada respons. Candra berdiri dan menuju ke dapur sambil membawa mangkuk sup di tangannya ke dapur dan melihat Bibi Ulya tengah mencuci piring.“Bibi aku memanggilmu, kenapa kamu tidak merespon?”Bibi Ulya berbalik. “Maaf Nona, saya tidak mendengarmu.”Candra mengerut kening dan menyodorkan mangkuk sup di tangannya. “Supnya sudah dingin. Aku ingin sup ini panaskan.”Bibi Ulya menatapnya mencela. “Jika kamu tidak terlambat bangun makan malam, kam
Mereka pun telah selesai makan malam bersama. Lily dan Candra melangkah menuju ke arah ruang tamu. Sementara itu Aurelio sudah terlelap di kamarnya. Candra sengaja menemani putra tunggal Hugo hingga ia terlelap agar dirinya bisa pergi meninggalkan Aurelio tanpa merasa terbebani oleh rasa bersalah, karena sang putra tak ingin melepaskannya. “Candra apakah kamu yakin tetap balik hotel malam ini? Sudah larut malam Candra, apa tidak sebaiknya besok pagi-pagi sekali kamu kembali ke hotel. Kurasa belum terlambat jika kamu memang akan kembali besok ke Italia.” Ucap Lily seraya melangkah di sisi Candra. “Sekali lagi aku minta maaf Bibi Lily. Aku harus kembali malam ini ke hotel, jika aku harus menginap malam ini di sini dan kembali pagi harinya ke hotel, rasanya aku tak punya banyak waktu untuk berberes-beres barang-barangku yang berada di hotel, karena besok pagi aku harus segera berangkat ke Italia.” Jelas Candra menanggapi tawaran dari nyonya Wallington. “Ya sudah. Jika memang demikian,
Lily mengerucutkan bibirnya melihat sikap dingin Hugo. Dia menatap Candra dan menepuk lengannya menenangkan.“Jangan berkecil hati. Hugo selalu seperti ini.”Candra mengangguk, dia tidak mengambil sikap dingin Hugo, apalagi setelah mendengar kata-kata Aurelio bahwa Hugo menyimpan foto dirinya.Lily menyruh pelayan menyiapkan camilan ringan dan menghabiskan waktu mengobrol bersama Candra dan bermain dengan Aurelio.Sepanjang hari itu Hugo tidak turun dan berada di ruang kerjanya. Entah dia sengaja untuk menghindari Candra atau pria itu memang seperti itu. Candra tidak terlalu memikirkannya. Dia menikmati bermain dengan Aurelio. Candra tampak bahagia ia menikmati kebersamaannya bersama Aurelio di rumah Hugo Wallington. Meskipun Hugo terlihat cuek tak mengacuhkannya, namun Candra tidak mempedulikannya.Ia justru semakin akrab dan dekat dengan putra tunggal CEO berwajah tampan tersebut.Lily menyukai Candra, setelah melihat ketika Candra begitu pintar mengambil hati cucunya. Ini peluang te
“Tidak kok nyonya. Aku tidak memikirkan apapun, dan aku baik-baik saja kok nyonya,” ucapnya kembali berbohong menutupi jika sesungguhnya pikirannya justru melayang ke arah Hugo berada.“Candra. Aku minta maaf, jika selama ini sikapku sudah sangat keterlaluan padamu. Aku sadar, seharusnya aku tak memperlakukanmu seperti itu, hingga akhirnya kamu pergi meninggalkan putraku Hugo. Aku berharap kamu bisa memaafkanku Candra, meskipun aku akui kesalahanku mungkin sudah terlalu besar terhadapmu.”Candra tak menyangka, jika nyonya Wallington bisa berkata demikian padanya. Mengakui kesalahannya dan meminta maaf atas kesalahan yang pernah ia lakukan terhadap Candra.Candra menyentuh tangan nyonya Wallington, seraya menganggukkan kepalanya pelan. Candra tersenyum begitu juga dengan nyonya Wallington.“Iya nyonya. Aku sudah memaafkanmu nyonya, jauh sebelum nyonya minta maaf padaku,” jawab Candra seketika membuat nyonya Wallington berbinar-binar wajahnya.“Sungguhkah? Kamu memaafkanku Candra..? Kam
"Ya, ibu bantu cari pengasuh yang lebih kompenten.”“Kamu tidak butuh pengasuh untuk Aurelio, tapi seorang ibu untuk anakmu,” ujar Lily melirik Hugo dengan hati-hati.“Ibu ....” Hugo menatap ibunya tidak suka topik itu di bahas lagi.“Kamu tidak berniat mencari ibu untuk Aurelio? Apa karena kamu tidak bisa melupakan Candra?”Hugo terdiam, pikirannya kembali memikirkan Candra. Wanita itu memperlakukan Aurelio dengan baik saat itu dan dia pula yang menemukan putranya.Hugo menggelengkan kepala mengusir bayangan gadis itu dan berpura-pura mengetik sesuatu di laptop. "Aku sibuk, tolong tinggalkan aku, Bu.”Lily mendesah pasrah dan meninggalkan Hugo untuk mengurus pekerjaannya.....Beberapa hari kemudian sejak pertemuannya dengan Paman Hugo, Candra masih tidak memiliki keberanian mencari pria itu.Gadis berparas manis itu, bolak-balik tak jelas dan gelisah di ruang tamu kamar hotelnya seolah-olah mengukur ruang luas di kamar hotel tempat ia menginap selama berada di kota tersebut. Pikira
Candra merasa sedih atas sikap Hugo Wallington bersikap dingin dan mengabaikannya. Dia meninggalkan taman hiburan dan kembali ke hotel tempat dia menginap. Candra gelisah terus memikirkan pertemuannya dengan Hugo. Dia berusaha menahan diri untuk tidak mencari tahu tentang pria itu selama lima tahun sejak dia meninggalkannya. Pada akhirnya dia tidak bisa menahan keinginannya dan menelepon seorang asisten yang mengurus semua keperluannya. Dia menyuruh asistennya mencari tahu tentang Hugo selama lima tahun ini. Setelah itu Candra menunggu informasi dari asistennya semalaman. Beberapa jam kemudian asistennya datang ke kamar hotelnya. “Bagaimana, Vivi?” Candra bertanya gelisah meraih tangan wanita itu. “Nona muda, Tuan Wallington tidak pernah menikah, tapi dia memiliki seorang anak yang sampai saat ini masih dia sembunyikan dari mata publik. Ibu dari anak itu, mantan pelacur Tuan Wallington meninggal saat melahirkan.” Mata Candra melebar, jantung berdegup kencang merasa senang karena
“Kamu tidak usah takut dengan kakak. Kakak tidak jahat kok, jadi adik kecil jangan menangis lagi ya. Tenang saja, Kakak akan bantuin kamu kok.” Candra terus mengajak anak kecil tersebut berbicara, meskipun ia tetap bungkam tak mau bicara sepatah kata pun.“Ayo sini..! Ikut dengan kakak. Kita cari keberadaan orang tua kamu ya,” ujar Candra mengulurkan tangannya pada anak kecil itu.Anak itu seolah mengerti dan menghapus air matanya. dia mengulurkan tangan kecilnya meraih tangan wanita di depannya.Candra tersenyum hangat meremas tangan kecilnya. Dia pun menggendong dan mengajaknya menuju ke arah ruangan bagian informasi. Candra berpikir jika anak tersebut adalah anak hilang, mungkin dengan bantuan bagian informasi dapat mempertemukan kembali anak kecil yang terpisah dari orang tuanya bisa berkumpul lagi dengan keluarganya.Anak kecil tersebut saat ini berada dalam gendongan Candra tidak menangis dan memeluk leher Candra saat dibawa masuk ke pusat informasi taman hiburan.Candra mendeka
Lima tahun kemudian.Langit biru cerah dan angin bertiup lembut. Taman hiburan tampak hidup dan meriah.Gadis itu memandang langit musim panas dan memejamkan mata menikmati sinar matahari bersinar cukup cerah.Dia cantik berada di usia muda 25 tahun, kecantikannya mekar dengan indah. Jejak naif dan polos seorang gadis memudar dengan kecantikan wanita dewasa. Dia menarik perhatian beberapa pria yang lewat.Candra memuka mata, memperlihat matanya yang cerah dan cemerlang, namun menyimpan jejak kesedihan.Lima tahun telah berlalu, kota ini tak begitu banyak perubahannya. Kerinduannya begitu besar terhadap kota ini, begitu banyak kenangan yang tak mudah dilupakan di sini. Candra telah kembali ke kota di mana dulu ia memiliki story dan kenangan yang begitu membekas untuk dirinya.Bagaimana kabarnya kamu paman Hugo?Pasti saat ini dia sudah bahagia menikah dengan perempuan itu.Candra mendesah. Tak ada gunanya lagi mengingat semuanya jika saat ini paman Hugo sudah menjadi milik perempua
Candra tidak menjawab, dia menatap bibir tipis Hugo sebelum menundukkan kepala mencium bibirnya. Ciumannya agak grogi dan gugup. Hugo merasa terkejut. Sudah lama sekali Candra tidak mengambil inisitif menciumnya. Tapi dia tidak membalas ciuman Candra dan menahan keinginannya untuk melumat bibirnya menggoda. Dia harus memberinya pelajaran hari ini. Merasa Hugo tidak membalas ciumannya membuat Candra agak cemas dan malu. Tapi Hugo tidak mendoronya. Candra agak berani memperdalam ciumannya, bibir menghisap bibir bawah pria itu dan menyapu lidahnya di sepanjang bibir Hugo. Hugo mengerang pelan dalam bibirnya, tangannya mencengkeram pinggang ramping gadis itu. Candra semakin berani menyelipkan lidahnya menggoda bibir Hugo, tanganya mengusap-ngusap dada pria itu dengan gerakan menggodanya. Pinggulnya mengosok pangkal paha Hugo, menggoda ‘junior’ pria itu. Napas Hugo semakin dalam, dia mengcengkeram pinggang gadis itu semakin erat. Salah satu tangannya meremas pantat Candra di balik cel
“Tidak,” balas Candra serak dan menundukkan kepala agar Hugo tidak melihat dia menangis.“Benarkah?” Hugo meraih dagu gadis agar mendongak menatapnya. Dia melihat mata Candra berkaca-kaca dan basah. “Kamu menangis? Mengapa kamu menangis?” tanyanya dengan kening berkerut.Candra menggelengkan kepala. “Tidak, aku hanya mengantuk kok.”Candra mengusap matanya dan berpura-pura menguap. “Aku tidak tidur nyenyak semalam dan bangun pagi-pagi sekali untuk membuat bubur.”Hugo menatapnya lekat-lekat seolah mencari kebohongan dari mata gadis itu.Candra menguap hingga air matanya keluar. “Aku mengantuk. Bangunkan aku jika makan malam sudah selesai ....” Lalu dia dengan hati-hati memeluk pinggang Hugo agar menekan luka di perutnya dan bersandar di dada Hugo. Matanya terpenjam, dalam hitungan beberapa menit, dia sudah tertidur.Hugo mengamati gadis yang tertidur itu dan mendesah memeluk kepalanya di dadanya. Dia mencium kepala Candra dan memejamkan mata mencoba untuk tidur.Satu jam kemudian, Hug