Iris tersenyum dingin melihat kemarahan berkobar di mata Alice tertuju padanya ketika status mereka dibandingkan. Felicia sungguh berbakat menggunakan orang lain untuk menyerangnya.Iris tidak ingin peduli, dia tidak ingin mengacaukan pesta ini karena dua wanita itu.“Jika kalian ingin bertengkar, silakan lakukan di luar. Ini pesta perusahaan WLT Group, bukan rumah kalian,” ujar Iris dingin menegur mereka.“Iris, jangan begitu ketus. Aku hanya ingin menyapamu untuk memberi selamat karena WLT Group sudah membuka cabang di York City. Aku menawarkan perdamaian denganmu,” kata Felicia tersenyum ramah.Iris menatapnya tidak peduli, muak dengan wajah munafik wanita itu.Perdamaian? Siapa yang ingin mempercayai wanita munafik seperti itu. Hari ini dia menawarkan perdamaian, besok dia menusuk di belakang punggungmu. Iris belajar untuk tidak mempercayai orang bermuka dua.“Tidak, terima kasih,” balas Iris tidak sabar dan ingin mereka meninggalkannya sendirian.“Maaf, aku harus pergi menyapa t
Kelly membawa Iris ke ruang istirahat yang disediakan di samping aula pesta. Ketika mereka tiba di ruang istirahat, Iris melihat ibunya tengah berbincang dengan seorang wanita yang terlihat seumuran dengannya.Iris mendekati mereka dengan langkah tenang, “Ibu.”Lilian mendongak melihatnya datang dan tersenyum. “Kemarilah dan sapa teman lama Ibu, panggil Bibi Jenny ....” dia memanggilnya dengan suara yang lembut sambil menunjukIris mengangkat alis heran melihat sikap lembut Lilian yang tidak biasa tapi tetap mendekat dan memandang wanita paruh baya yang duduk di sofa seberang Lilian.“Halo Bibi Jenny ....” Dia mengangguk dengan sopan menyapa wanita itu.Wanita paruh baya itu tersenyum memandang Iris dari atas ke bawah dan menggangguk-angguk puas melihat penampilannya.“Kamu cantik seperti Lilian, kemarilah dan duduk di sebelah Bibi.” Dia menunjuk tempat kosong di sebelahnya.Iris mengerut kening menatap Lilian dengan pandangan bertanya.Lilian mengangguk dan mengisyaratkannya agar d
Lilian menggelengkan kepalanya melanjutkan kalimatnya. “ Cinta? Itu hanya sesaat. Kamu tentu tidak akan mengerti karena sepanjang hidupmu kamu hidup dengan cinta kasih di keluarga Jessen yang miskin itu, tapi pada akhirnya ayah dan ibu tirimu meninggalkanmu dengan hutang dan biaya rumah sakit yang membuat hidupmu menyedihkan.”Iris menatapnya dengan mata berkaca-kaca tak menemukan untuk membantah ucapan ibunya. air mata mengalir di pipinya.Ekspresi Lilian melembut mengusap air mata Iris.“Aku hanya melakukan yang terbaik untukmu dan Dimitri agar mendapatkan kehidupan yang terbaik. Menikah dengan Jack Bilson akan memberimu keluarga yang harmonis. Keluarga Bilson tidak akan berambisi mengambil ahli WLT Group. Jack Bilson sepanjang hidupnya hanya memedulikan pendidikan karena itu dia menjadi profesor di usia muda dan tidak memiliki hubungan kotor dengan wanita. Dia adalah pasangan terbaik untukmu.”Iris menepis tangan Lilian, “Aku tidak peduli dengan kehidupanku, tapi aku tidak ingin s
Alice mengambilnya dengan kasar. Kelly berbalik meninggalkanya dengan cepat. “Dasar, dia tidak bahkan mencoba membantuku!” geram Alice. Thomas mulai mencium-cium wajahnya membuat Alice risih dan buru-buru sebelum ada yang melihatnya. Dia melirik nomor kamar hotel di kartu akses sebelum berhenti di kamar nomor 4577. Dia menempelkan kartu itu di ganggang tapi pintu sudah terbuka lebih dulu seolah tidak dikunci. Alice mengangkat alis tapi tidak curiga karena Thomas yang mabuk meraba-raba tubuhnya membuatnya kesal. Dia segera masuk dan membiarkan Thomas merosot ke lantai. “Dasar pria tua mesum,” desis Alice memelototi tubuh Thomas yang berbaring di lantai. Dia mengedarkan pandanganya mengamati kamar suite, tatapan terhenti pada sosok wanita yang tertidur di atas kasur. Matanya melebar menyadari siapa wanita itu. “Iris!” dia bertanya heran memandang tubuh Iris yang berbaring di tempt tidur king size. Dia kemudian tiba-tiba tersenyum melirik Thomas yang berbaring di lantai. Alice ti
Setelah meninggalkan Thomas Robert di kamar hotel bersama Iris, Alice dengan gembira mengeluarkan ponselnya menghubungi sebuah nomor, nomor istri Presdir Thomas yang terkenal gila dan sakit jiwa. Wanita tua itu tidak bisa mengontrol emosinya dan selalu mengamuk hingga dia di kenal gila oleh orang lain.Tidak heran Thomas Robert tidak tahan dengan wanita tua itu dan gemar berselingkuh. Dari semua selingkuhan Thomas, hanya Alice yang belum ketahuan sementara selingkuhan lain habis di tangan Nyonya Robert yang gila.Alice tersenyum jahat membayangkan nasib Iris ketika dia ketahuan selingkuh dengan pria tua seperti Thomas Robert di seluruh para tamu terhormat York City di pesta keluarga Wallington sendiri dan habis di tangan Nyonya Robert.Meski Iris memiliki keluarga kaya yang mendukungnya, Alice akan sangat bahagia bisa menghancurkan reputasi Iris hingga wanita jalang itu tidak bersikap sombong lagi di depannya.Setelah membocorkan perselingkuhan Thomas pada Nyonya Robert, Alice kembal
Wajah Hugo muram mendengar teriakan wanita tua di depannya.“Mengapa kamu mencari Iris, dan jaga mulutmu Nyonya! Jika kamu memanggil Iris dengan sebutan kotor itu aku akan membuatmu menyesal,” desisnya dengan suara mengancam.Namun Nyonya Robert terlalu gila untuk mendengar ancamannya.“Apa kamu mengenal Iris Wallington? Apa wanita jalang itu menggodamu juga?!”Hugo mencengkeram leher wanita itu mengancam. “Iris adalah sepupuku, jika kamu terus memanggilnya seperti itu, aku akan menyeretmu keluar dari sini dan kamu akan menanggung konsekuensi merusak nama Iris,” desisnya menjanjikan pembalasan.Para tamu terkesiap kaget melihat tindakan kasar Hugo mencekik Nyonya Robert di depan semua orang. Namun tidak ada yang berani maju menghentikan pria itu atau membantu Nyonya Robert.Wajah wanita itu memucat karena tercekik. Pengawalnya segera membantunya dan mendorong Hugo kasar hingga cengkeramannya di leher Nyonya Robert terlepas.“Lepaskan Nyonya Robert! Nyonya Robert adalah istri Presdir
Hugo tidak bisa mencegah mereka karena pengawal Nyonya Robert. Dia mengutuk dengan suara keras.“Di mana petugas ke amanan! Hentikan mereka!” raungnya marah pada pelayan hotel karena petugas keamananya belum kunjung datang.dia tidak tahu apa yang dikatakan Nyonya Robert dan Alice bahwa Iris berselingkuh dengan Thomas Robert. Dia merasa ini adalah konspirasi untuk merusak reputasi Iris dan dia harus mencegah mereka. siapa pun yang merencanakan ini, akan dia pastikan mereka mendapat balasan.“Ayo pergi, mari kita lihat apa benar Nona Wallington berselingkuh dengan Presdir Thomas!” Felicia tidak ketinggalan ingin membawa massa untuk menonton skandal memalukan Iris.Dengan skandal besar ini, Iris tidak mungkin masuk dalam masyarakat kelas atas. Bahkan jika Aiden memutuskan tetap mencintai Iris dan bersama wanita itu, reputasi Iris sudah rusak dan dia menjadi bahan bulan-bulanan masyarakat kelas atas.Pertunjukkan kemarahan Nyonya Robert dan skandal perselingkuhan Nona Muda kaya dari kelu
Tok, tok, tok.“Masuk,” kata Aiden tanpa mendongak dari laptopnya sambil terus mengetik di keyboard.Pintu terbuka dan seorang pria tinggi masuk.“Presdir, apa kamu tidak akan pulang? Ini sudah pukul 6. Semua karyawan sudah pulang.”“Jika kamu ingin pulang, pulanglah,” balas Aiden dengan suara acuh tak acuh masih tidak mengalihkan pandangannya dari laptop.Peter meringis menggaruk belakang lehernya.“Bukan begitu maksud aku Tuan. Tapi apa kamu tidak pergi ke pesta pembukaan cabang perusahaan WLT Group.”Aiden mendongak dengan kening berkerut sebelum mengalihkan kembali fokusnya di laptop.“Aku tidak bisa pergi. Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.”Aiden ingin menyelesaikan beberapa masalah dengan proyek Big Island. Dan … dia sangat ingin menyingkirkan Esme dan Felicia dari perusahaannya. Kedua wanita itu sungguh pengganggu dalam hidupnya.Lagi pula Iris tidak ingin melihatnya dan marah.Aiden tidak ingin membuatnya lebih marah jika mereka bertemu. Dia menjauh sebentar sa
Mereka pun telah selesai makan malam bersama. Lily dan Candra melangkah menuju ke arah ruang tamu. Sementara itu Aurelio sudah terlelap di kamarnya. Candra sengaja menemani putra tunggal Hugo hingga ia terlelap agar dirinya bisa pergi meninggalkan Aurelio tanpa merasa terbebani oleh rasa bersalah, karena sang putra tak ingin melepaskannya. “Candra apakah kamu yakin tetap balik hotel malam ini? Sudah larut malam Candra, apa tidak sebaiknya besok pagi-pagi sekali kamu kembali ke hotel. Kurasa belum terlambat jika kamu memang akan kembali besok ke Italia.” Ucap Lily seraya melangkah di sisi Candra. “Sekali lagi aku minta maaf Bibi Lily. Aku harus kembali malam ini ke hotel, jika aku harus menginap malam ini di sini dan kembali pagi harinya ke hotel, rasanya aku tak punya banyak waktu untuk berberes-beres barang-barangku yang berada di hotel, karena besok pagi aku harus segera berangkat ke Italia.” Jelas Candra menanggapi tawaran dari nyonya Wallington. “Ya sudah. Jika memang demikian,
Lily mengerucutkan bibirnya melihat sikap dingin Hugo. Dia menatap Candra dan menepuk lengannya menenangkan.“Jangan berkecil hati. Hugo selalu seperti ini.”Candra mengangguk, dia tidak mengambil sikap dingin Hugo, apalagi setelah mendengar kata-kata Aurelio bahwa Hugo menyimpan foto dirinya.Lily menyruh pelayan menyiapkan camilan ringan dan menghabiskan waktu mengobrol bersama Candra dan bermain dengan Aurelio.Sepanjang hari itu Hugo tidak turun dan berada di ruang kerjanya. Entah dia sengaja untuk menghindari Candra atau pria itu memang seperti itu. Candra tidak terlalu memikirkannya. Dia menikmati bermain dengan Aurelio. Candra tampak bahagia ia menikmati kebersamaannya bersama Aurelio di rumah Hugo Wallington. Meskipun Hugo terlihat cuek tak mengacuhkannya, namun Candra tidak mempedulikannya.Ia justru semakin akrab dan dekat dengan putra tunggal CEO berwajah tampan tersebut.Lily menyukai Candra, setelah melihat ketika Candra begitu pintar mengambil hati cucunya. Ini peluang te
“Tidak kok nyonya. Aku tidak memikirkan apapun, dan aku baik-baik saja kok nyonya,” ucapnya kembali berbohong menutupi jika sesungguhnya pikirannya justru melayang ke arah Hugo berada.“Candra. Aku minta maaf, jika selama ini sikapku sudah sangat keterlaluan padamu. Aku sadar, seharusnya aku tak memperlakukanmu seperti itu, hingga akhirnya kamu pergi meninggalkan putraku Hugo. Aku berharap kamu bisa memaafkanku Candra, meskipun aku akui kesalahanku mungkin sudah terlalu besar terhadapmu.”Candra tak menyangka, jika nyonya Wallington bisa berkata demikian padanya. Mengakui kesalahannya dan meminta maaf atas kesalahan yang pernah ia lakukan terhadap Candra.Candra menyentuh tangan nyonya Wallington, seraya menganggukkan kepalanya pelan. Candra tersenyum begitu juga dengan nyonya Wallington.“Iya nyonya. Aku sudah memaafkanmu nyonya, jauh sebelum nyonya minta maaf padaku,” jawab Candra seketika membuat nyonya Wallington berbinar-binar wajahnya.“Sungguhkah? Kamu memaafkanku Candra..? Kam
"Ya, ibu bantu cari pengasuh yang lebih kompenten.”“Kamu tidak butuh pengasuh untuk Aurelio, tapi seorang ibu untuk anakmu,” ujar Lily melirik Hugo dengan hati-hati.“Ibu ....” Hugo menatap ibunya tidak suka topik itu di bahas lagi.“Kamu tidak berniat mencari ibu untuk Aurelio? Apa karena kamu tidak bisa melupakan Candra?”Hugo terdiam, pikirannya kembali memikirkan Candra. Wanita itu memperlakukan Aurelio dengan baik saat itu dan dia pula yang menemukan putranya.Hugo menggelengkan kepala mengusir bayangan gadis itu dan berpura-pura mengetik sesuatu di laptop. "Aku sibuk, tolong tinggalkan aku, Bu.”Lily mendesah pasrah dan meninggalkan Hugo untuk mengurus pekerjaannya.....Beberapa hari kemudian sejak pertemuannya dengan Paman Hugo, Candra masih tidak memiliki keberanian mencari pria itu.Gadis berparas manis itu, bolak-balik tak jelas dan gelisah di ruang tamu kamar hotelnya seolah-olah mengukur ruang luas di kamar hotel tempat ia menginap selama berada di kota tersebut. Pikira
Candra merasa sedih atas sikap Hugo Wallington bersikap dingin dan mengabaikannya. Dia meninggalkan taman hiburan dan kembali ke hotel tempat dia menginap. Candra gelisah terus memikirkan pertemuannya dengan Hugo. Dia berusaha menahan diri untuk tidak mencari tahu tentang pria itu selama lima tahun sejak dia meninggalkannya. Pada akhirnya dia tidak bisa menahan keinginannya dan menelepon seorang asisten yang mengurus semua keperluannya. Dia menyuruh asistennya mencari tahu tentang Hugo selama lima tahun ini. Setelah itu Candra menunggu informasi dari asistennya semalaman. Beberapa jam kemudian asistennya datang ke kamar hotelnya. “Bagaimana, Vivi?” Candra bertanya gelisah meraih tangan wanita itu. “Nona muda, Tuan Wallington tidak pernah menikah, tapi dia memiliki seorang anak yang sampai saat ini masih dia sembunyikan dari mata publik. Ibu dari anak itu, mantan pelacur Tuan Wallington meninggal saat melahirkan.” Mata Candra melebar, jantung berdegup kencang merasa senang karena
“Kamu tidak usah takut dengan kakak. Kakak tidak jahat kok, jadi adik kecil jangan menangis lagi ya. Tenang saja, Kakak akan bantuin kamu kok.” Candra terus mengajak anak kecil tersebut berbicara, meskipun ia tetap bungkam tak mau bicara sepatah kata pun.“Ayo sini..! Ikut dengan kakak. Kita cari keberadaan orang tua kamu ya,” ujar Candra mengulurkan tangannya pada anak kecil itu.Anak itu seolah mengerti dan menghapus air matanya. dia mengulurkan tangan kecilnya meraih tangan wanita di depannya.Candra tersenyum hangat meremas tangan kecilnya. Dia pun menggendong dan mengajaknya menuju ke arah ruangan bagian informasi. Candra berpikir jika anak tersebut adalah anak hilang, mungkin dengan bantuan bagian informasi dapat mempertemukan kembali anak kecil yang terpisah dari orang tuanya bisa berkumpul lagi dengan keluarganya.Anak kecil tersebut saat ini berada dalam gendongan Candra tidak menangis dan memeluk leher Candra saat dibawa masuk ke pusat informasi taman hiburan.Candra mendeka
Lima tahun kemudian.Langit biru cerah dan angin bertiup lembut. Taman hiburan tampak hidup dan meriah.Gadis itu memandang langit musim panas dan memejamkan mata menikmati sinar matahari bersinar cukup cerah.Dia cantik berada di usia muda 25 tahun, kecantikannya mekar dengan indah. Jejak naif dan polos seorang gadis memudar dengan kecantikan wanita dewasa. Dia menarik perhatian beberapa pria yang lewat.Candra memuka mata, memperlihat matanya yang cerah dan cemerlang, namun menyimpan jejak kesedihan.Lima tahun telah berlalu, kota ini tak begitu banyak perubahannya. Kerinduannya begitu besar terhadap kota ini, begitu banyak kenangan yang tak mudah dilupakan di sini. Candra telah kembali ke kota di mana dulu ia memiliki story dan kenangan yang begitu membekas untuk dirinya.Bagaimana kabarnya kamu paman Hugo?Pasti saat ini dia sudah bahagia menikah dengan perempuan itu.Candra mendesah. Tak ada gunanya lagi mengingat semuanya jika saat ini paman Hugo sudah menjadi milik perempua
Candra tidak menjawab, dia menatap bibir tipis Hugo sebelum menundukkan kepala mencium bibirnya. Ciumannya agak grogi dan gugup. Hugo merasa terkejut. Sudah lama sekali Candra tidak mengambil inisitif menciumnya. Tapi dia tidak membalas ciuman Candra dan menahan keinginannya untuk melumat bibirnya menggoda. Dia harus memberinya pelajaran hari ini. Merasa Hugo tidak membalas ciumannya membuat Candra agak cemas dan malu. Tapi Hugo tidak mendoronya. Candra agak berani memperdalam ciumannya, bibir menghisap bibir bawah pria itu dan menyapu lidahnya di sepanjang bibir Hugo. Hugo mengerang pelan dalam bibirnya, tangannya mencengkeram pinggang ramping gadis itu. Candra semakin berani menyelipkan lidahnya menggoda bibir Hugo, tanganya mengusap-ngusap dada pria itu dengan gerakan menggodanya. Pinggulnya mengosok pangkal paha Hugo, menggoda ‘junior’ pria itu. Napas Hugo semakin dalam, dia mengcengkeram pinggang gadis itu semakin erat. Salah satu tangannya meremas pantat Candra di balik cel
“Tidak,” balas Candra serak dan menundukkan kepala agar Hugo tidak melihat dia menangis.“Benarkah?” Hugo meraih dagu gadis agar mendongak menatapnya. Dia melihat mata Candra berkaca-kaca dan basah. “Kamu menangis? Mengapa kamu menangis?” tanyanya dengan kening berkerut.Candra menggelengkan kepala. “Tidak, aku hanya mengantuk kok.”Candra mengusap matanya dan berpura-pura menguap. “Aku tidak tidur nyenyak semalam dan bangun pagi-pagi sekali untuk membuat bubur.”Hugo menatapnya lekat-lekat seolah mencari kebohongan dari mata gadis itu.Candra menguap hingga air matanya keluar. “Aku mengantuk. Bangunkan aku jika makan malam sudah selesai ....” Lalu dia dengan hati-hati memeluk pinggang Hugo agar menekan luka di perutnya dan bersandar di dada Hugo. Matanya terpenjam, dalam hitungan beberapa menit, dia sudah tertidur.Hugo mengamati gadis yang tertidur itu dan mendesah memeluk kepalanya di dadanya. Dia mencium kepala Candra dan memejamkan mata mencoba untuk tidur.Satu jam kemudian, Hug