Tak lupa Peter merekam mereka saat-saat mereka bermesraan dengan intim dan bagaimana Kelly berpura-pura menabrak Alice dan menukar kartu kamar Iris dalam kesempatan itu.Aiden mengawasi dengan dingin semua pertukaran itu. Kelly benar-benar sangat berbisa berani menjebak Iris dalam skandal perzinahan dengan Thomas Robert, seorang pria tua yang hampir seusia dengan ayahnya. Begitu Alice masuk ke kamar Iris, Aiden segera memerintah Peter.“Peter kamu tangkap Kelly.”Peter mengangguk dan bergegas mengejar Felicia.Aiden menunggu dengan tangan terkepal sampai Alice akhirnya keluar dari kamar dan pergi tempat itu.“Ikuti aku,” perintahnya pada Royid bergegas menuju ke kamar hotel 4577.Aiden membuka pintu dengan amarah, beruntung pintu kamar hotel tidak terkunci hingga dia bisa masuk dengan mudah. Royid mengikutinya di belakang, tapi hanya berhenti di depan pintu berjaga-jaga jika ada yang ada datang.Mata Aiden segera mencari keberadaan istrinya di tempat tidur di dalam kamar suite hotel
Bagaimana wanita itu bisa ke keliling di pesta tanpa memakai bra! Apa yang dipikir wanita itu?!Membayangkan pria menatap ke tubuh istrinya membuat naik pitam. Pada saat ini Aiden sangat menyesal tidak merobek gaun itu ketika dia pertama kali melihatnya di lemari dan mengizinkan Iris mengenakan gaun itu ke pesta.Hugo sialan, dia pasti menggunakan gaun ini untuk mengambil kesempatan memandang tubuh istrinya.Aiden penuh dengan kemarahan merutuk Hugo dalam hatinya.“Gaun ini tidak cocok dengan untuk bra,” kata Iris melirik gaunnya yang cantik lalu tersenyum lebar pada Aiden.“Cantikkan?” Dia bersolek memamerkan gaunnya dengan menggerak-gerakkan dadanya. Namun gerakan terlihat menggoda dan provokatif di mata Aiden.Mata Aiden berkilat meraih kerah gaun Iris dan merobek gaun itu.“Kamu sebaiknya tidak memakai gaun ini lagi!”Dia tidak peduli gaun itu pemberian Hugo! Sebaiknya Iris tidak pernah menerima gaun pemberian dari pria itu lagi.“Ahhh, gaunku ….” Iris meratap melihat bagian de
“Lalu di mana suamiku? Aku mendapat pesan bahwa suamiku berada di kamar 4577 dengan Iris Wallington?!”“Mengapa kamu tidak bertanya pada sumber informasimu,” balas Aiden sinis.“Enyah dari hadapanku! Aku akan menuntut kamu karena mencemarkan nama baik istriku dan menarik semua dukungan kerja sama dengan hotel Beach.”“Keluarga Wallington juga tidak akan diam, kami menuntut kerugian yang kamu timbulkan dan pencemaran nama baik Iris,” tambah Hugo tiba-tiba.Aiden melirik pria itu dengan tatapan datar.Nyonya Robert menjadi lemas mendengar ancaman kedua pria yang tampak berkuasa.“Presdir Ridley, tolong maafkan aku! Tolong jangan lakukan apa pun pada perusahaan suamiku!” serunya memohon meraih kaki Aiden. Namun Aiden mundur menghindarinya dengan jijik.Nyonya Robert panik. Dia tidak peduli dengan dirinya, tapi anak-anaknya masih bergantung perusahaan suaminya. Jika perusahaan hancur, anak-anak tidak akan memiliki apa pun.“Aku mohon, Tuan Wallington dan Presdir Ridley, lepaskan perusaha
Kelly menoleh ke arah mereka dengan wajah penuh air mata.“Nona Iris!” tangisnya ingin berlari ke arah mereka sebelum tiba-tiba sebuah tangan mencengkeram rambutnya.“Pelacur, mau lari ke mana kamu!” raung seoang pria telanjang menyeretnya dengan paksa kembali ke dalam kamar.“Aarrrrgg ... lepaskan aku! Nona Iris! selamatkan aku!” Tangis Kelly memohon dan meronta dari cengkeram Thomas Robert.Iris pulih dari keterkejutannya dan ingin bergegas menyelamatkan Kelly. Tapi Aiden menahan lengannya dan menutup matanya dari pemandangan di depannya.“Jangan lihat,” bisiknya di telingan.“Arrrggh, sakit! Lepaskan aku! Nona Iris! Tuan Wallington tolong selamatkan aku!” jerit Kelly terdenga putus asa.Iris menangis meronta dan mencoba melepaskan tangan Aiden dari matanya. Dia sangat ingin bergegas menyelamatkan Kelly, tapi Aiden memeluknya, tidak membiarkannya pergi.“Aaaaaa Tuan Wallington tolong selamatkan aku!”Tangisan Kelly terdengar jauh sebelum akhirnya berhenti dengan pintu dibanting di
Cahaya matahari masuk perlahan melalui celah tirai jendela, iris mengerjap, mata mengerjap mencoba menghalau cahaya matahari dari jendela yang terbuka lebar.“Ugh….” Iris mengerang merasakan sakit di kepalanya, dia perlahan bangun sambil merenggangkan tubuhnya mengumpulin nyawa.Beberapa saat kemudian memandang ke sekeliling kamar dengan ekspresi bingung mencoba mengingat bagaimana dia bisa berada di kamar ini.“Ugh….” Dia mengerang memegang kepalanya saat ingatan-ingatan semalam menutup kepalanya.Iris berdecak kesal mengacak-acak jenggot yang kusut. Semalam sangat pecah. Dia masih marah dengan Aiden, hanya dalam waktu beberapa jam dia sudah berakhir di tempat tidur lagi dengan pria itu.Iris memandang lantai kamar yang bersih, tidak ada pakaian yang berserakan seperti semalam. Gaunnya yang robek hilang entah ke mana.Terdengar suara pintu dan langkah kaki berlari."Mama!"Iris langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu kamar, melihat sosok kecil Dimitri berlari ke arah tempat t
Laut di York City berada di tepi pinggiran kota. Butuh lebih dari satu jam bagi mereka untuk tiba. Ini adalah satu-satunya laut di York City dan selalu penuh sesak, terutama di musim panas banyak pengujung yang berkunjung ke pantai. Akan tetapi karena pantai adalah objek wisata yang di kelola oleh perusahaan milik negara, itu dibagi menjadi area VIP dan area biasa. Di area VIP jelas lebih sedikit orang yang datang dan pantai bersih dari sesak pengunjung. Matahari tidak sekuat beberapa jam yang lalu dan sejuk karena hari beranjak sore. Iris memejamkan matanya yang tertutup kaca mata hitam besar menghirup angin laut yang asin dan uap sejuk di sertai tawa cekikikan putranya sangat menyenangkan yang berlarian di tepi pantai membuatnya sesaat melepaskan beban di hatinya. Aiden dan Dimitri berhenti berlarian dan bermain ombak air laut yang dangkal. Sementara Iris berhenti tak jauh dari tempat mereka dan duduk di tepi pantai berpasir mengawasi suami dan putranya. Tapi pikirannya berkelana
Iris berteriak marah karena tersedak air asin dan pakaiannya basah kuyup. Dia berdiri dengan marah memarahi Aiden sambil berkacak pinggang.“Aiden Ridley, apa kamu mau mati?!” Iris mengusap wajahnya dan sangat tidak menyukai rasa air asin di bibirnya. Dia menoleh karena tidak mendengar tanggapan Aiden.“Ada apa denganmu?” Iris mengerut melihat pria itu mematung menatap tubuhnya dengan tatapan agak lapar.Iris langsung menunduk melihat tubuhnya. Wajahnya seketika memerah melihat pakaiannya yang basah menempel kulitnya hingga memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan sangat menggoda.Dia mengenakan kaos lengan pendek putih ketat yang memperlihatkan lekukan payudara yang tertutup bra dan pusar perutnya. Di bawah pinggangnya rok pantai yang dikenakannya hampir melorot dan menempel dengan sangat ketat pada lekukan pinggang, paha dan pantatnya yang bulat.“Aiden Ridley, aku akan membunuhmu hari ini!” Iris menjerit langsung berjongkok, berharap air menutupi tubuhnya. Aiden juga agak menyesal kar
Pria itu mengenakan kemeja hitam dan celana pendek selutut. Aiden berjongkok di depannya dan menyodorkan satu gelas wine pada Iris. “Kupikir kamu tidak akan mengizinkan aku minum lagi.” Iris menyindir tapi tetap mengambil gelas wine dari tangan Aiden. Dia enggan keluar dari kolam renang dan memberi Aiden kesenangan melihat tubuhnya mengenakan bikini. “Hanya saat kamu minum denganku,” balas Aiden tersenyum menatap tubuh Iris di dalam air. Kulit pundaknya yang putih basah dan bercahaya di bawah lampu. Rambut panjang basah tergerai di pundaknya. Bra yang menutupi buah dada Iris yang bulat, putingnya menonjol di balik kain tipis itu. Aiden menelan ludah kering dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh payudara Iris. Iris langsung menepis tangannya. “Jangan pegang-pegang.” “Sayang, aku hanya gemas karena payudaramu menjadi semakin besar.” Aiden tersenyum dengan tampilan yang tidak senonoh mengerling ke dadanya. Iris menunduk menatap payudaranya dan berkata tidak pasti. “Benarkah?”
Mereka pun telah selesai makan malam bersama. Lily dan Candra melangkah menuju ke arah ruang tamu. Sementara itu Aurelio sudah terlelap di kamarnya. Candra sengaja menemani putra tunggal Hugo hingga ia terlelap agar dirinya bisa pergi meninggalkan Aurelio tanpa merasa terbebani oleh rasa bersalah, karena sang putra tak ingin melepaskannya. “Candra apakah kamu yakin tetap balik hotel malam ini? Sudah larut malam Candra, apa tidak sebaiknya besok pagi-pagi sekali kamu kembali ke hotel. Kurasa belum terlambat jika kamu memang akan kembali besok ke Italia.” Ucap Lily seraya melangkah di sisi Candra. “Sekali lagi aku minta maaf Bibi Lily. Aku harus kembali malam ini ke hotel, jika aku harus menginap malam ini di sini dan kembali pagi harinya ke hotel, rasanya aku tak punya banyak waktu untuk berberes-beres barang-barangku yang berada di hotel, karena besok pagi aku harus segera berangkat ke Italia.” Jelas Candra menanggapi tawaran dari nyonya Wallington. “Ya sudah. Jika memang demikian,
Lily mengerucutkan bibirnya melihat sikap dingin Hugo. Dia menatap Candra dan menepuk lengannya menenangkan.“Jangan berkecil hati. Hugo selalu seperti ini.”Candra mengangguk, dia tidak mengambil sikap dingin Hugo, apalagi setelah mendengar kata-kata Aurelio bahwa Hugo menyimpan foto dirinya.Lily menyruh pelayan menyiapkan camilan ringan dan menghabiskan waktu mengobrol bersama Candra dan bermain dengan Aurelio.Sepanjang hari itu Hugo tidak turun dan berada di ruang kerjanya. Entah dia sengaja untuk menghindari Candra atau pria itu memang seperti itu. Candra tidak terlalu memikirkannya. Dia menikmati bermain dengan Aurelio. Candra tampak bahagia ia menikmati kebersamaannya bersama Aurelio di rumah Hugo Wallington. Meskipun Hugo terlihat cuek tak mengacuhkannya, namun Candra tidak mempedulikannya.Ia justru semakin akrab dan dekat dengan putra tunggal CEO berwajah tampan tersebut.Lily menyukai Candra, setelah melihat ketika Candra begitu pintar mengambil hati cucunya. Ini peluang te
“Tidak kok nyonya. Aku tidak memikirkan apapun, dan aku baik-baik saja kok nyonya,” ucapnya kembali berbohong menutupi jika sesungguhnya pikirannya justru melayang ke arah Hugo berada.“Candra. Aku minta maaf, jika selama ini sikapku sudah sangat keterlaluan padamu. Aku sadar, seharusnya aku tak memperlakukanmu seperti itu, hingga akhirnya kamu pergi meninggalkan putraku Hugo. Aku berharap kamu bisa memaafkanku Candra, meskipun aku akui kesalahanku mungkin sudah terlalu besar terhadapmu.”Candra tak menyangka, jika nyonya Wallington bisa berkata demikian padanya. Mengakui kesalahannya dan meminta maaf atas kesalahan yang pernah ia lakukan terhadap Candra.Candra menyentuh tangan nyonya Wallington, seraya menganggukkan kepalanya pelan. Candra tersenyum begitu juga dengan nyonya Wallington.“Iya nyonya. Aku sudah memaafkanmu nyonya, jauh sebelum nyonya minta maaf padaku,” jawab Candra seketika membuat nyonya Wallington berbinar-binar wajahnya.“Sungguhkah? Kamu memaafkanku Candra..? Kam
"Ya, ibu bantu cari pengasuh yang lebih kompenten.”“Kamu tidak butuh pengasuh untuk Aurelio, tapi seorang ibu untuk anakmu,” ujar Lily melirik Hugo dengan hati-hati.“Ibu ....” Hugo menatap ibunya tidak suka topik itu di bahas lagi.“Kamu tidak berniat mencari ibu untuk Aurelio? Apa karena kamu tidak bisa melupakan Candra?”Hugo terdiam, pikirannya kembali memikirkan Candra. Wanita itu memperlakukan Aurelio dengan baik saat itu dan dia pula yang menemukan putranya.Hugo menggelengkan kepala mengusir bayangan gadis itu dan berpura-pura mengetik sesuatu di laptop. "Aku sibuk, tolong tinggalkan aku, Bu.”Lily mendesah pasrah dan meninggalkan Hugo untuk mengurus pekerjaannya.....Beberapa hari kemudian sejak pertemuannya dengan Paman Hugo, Candra masih tidak memiliki keberanian mencari pria itu.Gadis berparas manis itu, bolak-balik tak jelas dan gelisah di ruang tamu kamar hotelnya seolah-olah mengukur ruang luas di kamar hotel tempat ia menginap selama berada di kota tersebut. Pikira
Candra merasa sedih atas sikap Hugo Wallington bersikap dingin dan mengabaikannya. Dia meninggalkan taman hiburan dan kembali ke hotel tempat dia menginap. Candra gelisah terus memikirkan pertemuannya dengan Hugo. Dia berusaha menahan diri untuk tidak mencari tahu tentang pria itu selama lima tahun sejak dia meninggalkannya. Pada akhirnya dia tidak bisa menahan keinginannya dan menelepon seorang asisten yang mengurus semua keperluannya. Dia menyuruh asistennya mencari tahu tentang Hugo selama lima tahun ini. Setelah itu Candra menunggu informasi dari asistennya semalaman. Beberapa jam kemudian asistennya datang ke kamar hotelnya. “Bagaimana, Vivi?” Candra bertanya gelisah meraih tangan wanita itu. “Nona muda, Tuan Wallington tidak pernah menikah, tapi dia memiliki seorang anak yang sampai saat ini masih dia sembunyikan dari mata publik. Ibu dari anak itu, mantan pelacur Tuan Wallington meninggal saat melahirkan.” Mata Candra melebar, jantung berdegup kencang merasa senang karena
“Kamu tidak usah takut dengan kakak. Kakak tidak jahat kok, jadi adik kecil jangan menangis lagi ya. Tenang saja, Kakak akan bantuin kamu kok.” Candra terus mengajak anak kecil tersebut berbicara, meskipun ia tetap bungkam tak mau bicara sepatah kata pun.“Ayo sini..! Ikut dengan kakak. Kita cari keberadaan orang tua kamu ya,” ujar Candra mengulurkan tangannya pada anak kecil itu.Anak itu seolah mengerti dan menghapus air matanya. dia mengulurkan tangan kecilnya meraih tangan wanita di depannya.Candra tersenyum hangat meremas tangan kecilnya. Dia pun menggendong dan mengajaknya menuju ke arah ruangan bagian informasi. Candra berpikir jika anak tersebut adalah anak hilang, mungkin dengan bantuan bagian informasi dapat mempertemukan kembali anak kecil yang terpisah dari orang tuanya bisa berkumpul lagi dengan keluarganya.Anak kecil tersebut saat ini berada dalam gendongan Candra tidak menangis dan memeluk leher Candra saat dibawa masuk ke pusat informasi taman hiburan.Candra mendeka
Lima tahun kemudian.Langit biru cerah dan angin bertiup lembut. Taman hiburan tampak hidup dan meriah.Gadis itu memandang langit musim panas dan memejamkan mata menikmati sinar matahari bersinar cukup cerah.Dia cantik berada di usia muda 25 tahun, kecantikannya mekar dengan indah. Jejak naif dan polos seorang gadis memudar dengan kecantikan wanita dewasa. Dia menarik perhatian beberapa pria yang lewat.Candra memuka mata, memperlihat matanya yang cerah dan cemerlang, namun menyimpan jejak kesedihan.Lima tahun telah berlalu, kota ini tak begitu banyak perubahannya. Kerinduannya begitu besar terhadap kota ini, begitu banyak kenangan yang tak mudah dilupakan di sini. Candra telah kembali ke kota di mana dulu ia memiliki story dan kenangan yang begitu membekas untuk dirinya.Bagaimana kabarnya kamu paman Hugo?Pasti saat ini dia sudah bahagia menikah dengan perempuan itu.Candra mendesah. Tak ada gunanya lagi mengingat semuanya jika saat ini paman Hugo sudah menjadi milik perempua
Candra tidak menjawab, dia menatap bibir tipis Hugo sebelum menundukkan kepala mencium bibirnya. Ciumannya agak grogi dan gugup. Hugo merasa terkejut. Sudah lama sekali Candra tidak mengambil inisitif menciumnya. Tapi dia tidak membalas ciuman Candra dan menahan keinginannya untuk melumat bibirnya menggoda. Dia harus memberinya pelajaran hari ini. Merasa Hugo tidak membalas ciumannya membuat Candra agak cemas dan malu. Tapi Hugo tidak mendoronya. Candra agak berani memperdalam ciumannya, bibir menghisap bibir bawah pria itu dan menyapu lidahnya di sepanjang bibir Hugo. Hugo mengerang pelan dalam bibirnya, tangannya mencengkeram pinggang ramping gadis itu. Candra semakin berani menyelipkan lidahnya menggoda bibir Hugo, tanganya mengusap-ngusap dada pria itu dengan gerakan menggodanya. Pinggulnya mengosok pangkal paha Hugo, menggoda ‘junior’ pria itu. Napas Hugo semakin dalam, dia mengcengkeram pinggang gadis itu semakin erat. Salah satu tangannya meremas pantat Candra di balik cel
“Tidak,” balas Candra serak dan menundukkan kepala agar Hugo tidak melihat dia menangis.“Benarkah?” Hugo meraih dagu gadis agar mendongak menatapnya. Dia melihat mata Candra berkaca-kaca dan basah. “Kamu menangis? Mengapa kamu menangis?” tanyanya dengan kening berkerut.Candra menggelengkan kepala. “Tidak, aku hanya mengantuk kok.”Candra mengusap matanya dan berpura-pura menguap. “Aku tidak tidur nyenyak semalam dan bangun pagi-pagi sekali untuk membuat bubur.”Hugo menatapnya lekat-lekat seolah mencari kebohongan dari mata gadis itu.Candra menguap hingga air matanya keluar. “Aku mengantuk. Bangunkan aku jika makan malam sudah selesai ....” Lalu dia dengan hati-hati memeluk pinggang Hugo agar menekan luka di perutnya dan bersandar di dada Hugo. Matanya terpenjam, dalam hitungan beberapa menit, dia sudah tertidur.Hugo mengamati gadis yang tertidur itu dan mendesah memeluk kepalanya di dadanya. Dia mencium kepala Candra dan memejamkan mata mencoba untuk tidur.Satu jam kemudian, Hug