“Lalu di mana suamiku? Aku mendapat pesan bahwa suamiku berada di kamar 4577 dengan Iris Wallington?!”“Mengapa kamu tidak bertanya pada sumber informasimu,” balas Aiden sinis.“Enyah dari hadapanku! Aku akan menuntut kamu karena mencemarkan nama baik istriku dan menarik semua dukungan kerja sama dengan hotel Beach.”“Keluarga Wallington juga tidak akan diam, kami menuntut kerugian yang kamu timbulkan dan pencemaran nama baik Iris,” tambah Hugo tiba-tiba.Aiden melirik pria itu dengan tatapan datar.Nyonya Robert menjadi lemas mendengar ancaman kedua pria yang tampak berkuasa.“Presdir Ridley, tolong maafkan aku! Tolong jangan lakukan apa pun pada perusahaan suamiku!” serunya memohon meraih kaki Aiden. Namun Aiden mundur menghindarinya dengan jijik.Nyonya Robert panik. Dia tidak peduli dengan dirinya, tapi anak-anaknya masih bergantung perusahaan suaminya. Jika perusahaan hancur, anak-anak tidak akan memiliki apa pun.“Aku mohon, Tuan Wallington dan Presdir Ridley, lepaskan perusaha
Kelly menoleh ke arah mereka dengan wajah penuh air mata.“Nona Iris!” tangisnya ingin berlari ke arah mereka sebelum tiba-tiba sebuah tangan mencengkeram rambutnya.“Pelacur, mau lari ke mana kamu!” raung seoang pria telanjang menyeretnya dengan paksa kembali ke dalam kamar.“Aarrrrgg ... lepaskan aku! Nona Iris! selamatkan aku!” Tangis Kelly memohon dan meronta dari cengkeram Thomas Robert.Iris pulih dari keterkejutannya dan ingin bergegas menyelamatkan Kelly. Tapi Aiden menahan lengannya dan menutup matanya dari pemandangan di depannya.“Jangan lihat,” bisiknya di telingan.“Arrrggh, sakit! Lepaskan aku! Nona Iris! Tuan Wallington tolong selamatkan aku!” jerit Kelly terdenga putus asa.Iris menangis meronta dan mencoba melepaskan tangan Aiden dari matanya. Dia sangat ingin bergegas menyelamatkan Kelly, tapi Aiden memeluknya, tidak membiarkannya pergi.“Aaaaaa Tuan Wallington tolong selamatkan aku!”Tangisan Kelly terdengar jauh sebelum akhirnya berhenti dengan pintu dibanting di
Cahaya matahari masuk perlahan melalui celah tirai jendela, iris mengerjap, mata mengerjap mencoba menghalau cahaya matahari dari jendela yang terbuka lebar.“Ugh….” Iris mengerang merasakan sakit di kepalanya, dia perlahan bangun sambil merenggangkan tubuhnya mengumpulin nyawa.Beberapa saat kemudian memandang ke sekeliling kamar dengan ekspresi bingung mencoba mengingat bagaimana dia bisa berada di kamar ini.“Ugh….” Dia mengerang memegang kepalanya saat ingatan-ingatan semalam menutup kepalanya.Iris berdecak kesal mengacak-acak jenggot yang kusut. Semalam sangat pecah. Dia masih marah dengan Aiden, hanya dalam waktu beberapa jam dia sudah berakhir di tempat tidur lagi dengan pria itu.Iris memandang lantai kamar yang bersih, tidak ada pakaian yang berserakan seperti semalam. Gaunnya yang robek hilang entah ke mana.Terdengar suara pintu dan langkah kaki berlari."Mama!"Iris langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu kamar, melihat sosok kecil Dimitri berlari ke arah tempat t
Laut di York City berada di tepi pinggiran kota. Butuh lebih dari satu jam bagi mereka untuk tiba. Ini adalah satu-satunya laut di York City dan selalu penuh sesak, terutama di musim panas banyak pengujung yang berkunjung ke pantai. Akan tetapi karena pantai adalah objek wisata yang di kelola oleh perusahaan milik negara, itu dibagi menjadi area VIP dan area biasa. Di area VIP jelas lebih sedikit orang yang datang dan pantai bersih dari sesak pengunjung. Matahari tidak sekuat beberapa jam yang lalu dan sejuk karena hari beranjak sore. Iris memejamkan matanya yang tertutup kaca mata hitam besar menghirup angin laut yang asin dan uap sejuk di sertai tawa cekikikan putranya sangat menyenangkan yang berlarian di tepi pantai membuatnya sesaat melepaskan beban di hatinya. Aiden dan Dimitri berhenti berlarian dan bermain ombak air laut yang dangkal. Sementara Iris berhenti tak jauh dari tempat mereka dan duduk di tepi pantai berpasir mengawasi suami dan putranya. Tapi pikirannya berkelana
Iris berteriak marah karena tersedak air asin dan pakaiannya basah kuyup. Dia berdiri dengan marah memarahi Aiden sambil berkacak pinggang.“Aiden Ridley, apa kamu mau mati?!” Iris mengusap wajahnya dan sangat tidak menyukai rasa air asin di bibirnya. Dia menoleh karena tidak mendengar tanggapan Aiden.“Ada apa denganmu?” Iris mengerut melihat pria itu mematung menatap tubuhnya dengan tatapan agak lapar.Iris langsung menunduk melihat tubuhnya. Wajahnya seketika memerah melihat pakaiannya yang basah menempel kulitnya hingga memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan sangat menggoda.Dia mengenakan kaos lengan pendek putih ketat yang memperlihatkan lekukan payudara yang tertutup bra dan pusar perutnya. Di bawah pinggangnya rok pantai yang dikenakannya hampir melorot dan menempel dengan sangat ketat pada lekukan pinggang, paha dan pantatnya yang bulat.“Aiden Ridley, aku akan membunuhmu hari ini!” Iris menjerit langsung berjongkok, berharap air menutupi tubuhnya. Aiden juga agak menyesal kar
Pria itu mengenakan kemeja hitam dan celana pendek selutut. Aiden berjongkok di depannya dan menyodorkan satu gelas wine pada Iris. “Kupikir kamu tidak akan mengizinkan aku minum lagi.” Iris menyindir tapi tetap mengambil gelas wine dari tangan Aiden. Dia enggan keluar dari kolam renang dan memberi Aiden kesenangan melihat tubuhnya mengenakan bikini. “Hanya saat kamu minum denganku,” balas Aiden tersenyum menatap tubuh Iris di dalam air. Kulit pundaknya yang putih basah dan bercahaya di bawah lampu. Rambut panjang basah tergerai di pundaknya. Bra yang menutupi buah dada Iris yang bulat, putingnya menonjol di balik kain tipis itu. Aiden menelan ludah kering dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh payudara Iris. Iris langsung menepis tangannya. “Jangan pegang-pegang.” “Sayang, aku hanya gemas karena payudaramu menjadi semakin besar.” Aiden tersenyum dengan tampilan yang tidak senonoh mengerling ke dadanya. Iris menunduk menatap payudaranya dan berkata tidak pasti. “Benarkah?”
Keesokkan harinya mereka berkemas dan kembali ke ibukota. Mereka hanya bisa mengambil cuti satu hari. Tampaknya perusahaan sangat sibuk karena begitu mereka tiba di rumah, Peter sudah menunggu Aiden dan kemudian tergesa-gesa pergi ke perusahaan.Iris menghela napas. Mengapa Aiden mengambil cuti jika dia sangat sibuk? Pikirnya masam dan menyuruh asisten rumah tangga memasukkan barang-barangnya di dalam mobil ke dalam rumah.Iris awalnya ingin masuk ke dalam rumah dan beristirahat, tapi tiba-tiba berhenti. Dia tiba-tiba mengingat sesuatu. Dia tidak memiliki sekretaris lagi. tanpa Kelly, Iris akan kerepotan mengurus pekerjaannya.“Mommy.” Dimitri mendongak memandang ibunya yang tiba-tiba berhenti.Iris menunduk memandang putranya dan kemudian tersenyum.“Dimi capek? Mau tidur?” Dimitri menggelengkan kepalanya.“Kalau begitu ikut Mommy. Kita akan menemui Nenek, okey?”Dimitri hanya menggangguk.Iris menghela napas mengacak rambut Dimitri. Dia kemudian berbalik mengambil mobil
Iris tidak ingin ada Kelly kedua yang bekerja untuk Lilian atau Hugo jika tujuan mereka mengawasinya.“Lalu bagaimana kamu akan memilih sekretarismu? Memilih sekretaris adalah urusan perusahaan, bukan urusan pribadimu,” balas Hugo tenang.Wajah Iris muram.“Meski kamu akan menjadi pewaris Perusahaan, masih ada orang yang akan mengaturmu.”Iris menggertakkan gigi. “Mengapa bukan kamu yang menjadi pewaris? Kamu lebih cakap daripada aku. Aku bahkan tidak bisa melakukan apa pun tanpa Kelly, atau selalu ada orang lain yang mengaturku.”Hugo terdiam tidak menjawab Iris.Iris memandang Hugo sambil tersenyum ironis. “Aku terus memikirkan apa yang diperbuat Kelly padaku, dan aku tidak mengerti apa pun mengapa dia melakukan ini padaku. Tapi aku sedikit mengerti. Pada awalnya Kelly adalah salah satu direktur perusahaa, tapi posisinya diturunkan untuk menjadi sekretarisku. Dia bekerja untuk mengajari aku yang tidak tahu apa pun tentang bisnis tapi tiba-tiba menjadi pewaris perusahaan. Itu pasti