“Hai Lorcan, ini aku Joy, teman sekamar Candra. Begini kamu berada di kafe Peach Blossom, aku tidak sengaja menendang tulang kering Candra. Mungkin tulang keringnya retak atau tergeser, Candra sampai menangis kesakitan seperti tulangnya patah. Kupikir harus membawanya ke rumah sakit. Aku tak jauh dari Kafe Peach Blossom.” Joy menjelaskan luka Candra dengan dramatis dan berlebihan untuk memberi efek panik pemuda itu. dia mendapat tatapan aneh dari ketiga orang lainnya.Seperti yang dia harapkan, suara Lorcan terdengar panik dan cemas. pemuda itu berkata dengan tergesa-gesa. “Tunggu aku, aku akan menjemput kalian dan membawa Candra ke rumah sakit. Aku tak jauh dari tempat kalian.”Panggilan langsung berakhir. Joy tersenyum menyerahkan ponselnya pada Candra. “Lorcan akan segera datang. Dia bilang“Kamu tidak perlu repot-repot menelepon orang lain saat ada aku di sini. Aku bisa mengantarmu ke rumah sakit,” kata Hugo mengerut keningnya.“Lorcan bukan orang lain, dia pacar Candra, Paman,”
“Mengapa kamu melakukan itu?”“Melakukan apa?” Liera balik bertanya dengan ekspresi polos.Hugo meraih lengannya dan mencengkeram lengan wanita agak kasar. Liera meringis.“Dengar, siapa memberimu izin berbohong pada orang lain kalau kita bertunangan?”“Tapi kamu juga tidak membantah, kan?” balas Liera tenang.Hugo mengerut kening. “Bukan berarti kamu bisa seenaknya,” desisnya tajam.Liera tertawa mencemooh. “Keluarga kita sudah sepakat untuk menjodohkan kita, bukan kah sama saja kita sudah bertunangan? Kamu juga tidak menolak kemarin saat orang kita mendiskusikan perjodohan kita. Kamu ingin aku menjadi temeng dan menahan ibumu agar kamu tidak terus diperkenalkan dari wanita lain ke wanita lain. Kamu juga tidak membantah ucapan karena kamu ingin gadis kecil itu tahu dan tidak mengejarmu, kan?”Dia tersenyum memandang Hugo. “kamu mencintai Iris, namun hatimu tidak pernah dibalas oleh sepupumu. Kamu meniduri para wanita untuk mengalihkan perhatianmu dari Iris. kamu bersalah pada Candra
“Terima kasih sudah mengantar kami Lorcan, maaf sudah merepotkanmu.” Joy tersenyum manis menatap pemuda di depannya, namun tidak membiarkannya masuk ke kamar asrama mereka.“Tidak apa-apa, tidak merepotkan. Apa Candra baik-baik saja?” Lorcan bertanya cemas memandang celah pintu kamar asrama, namun Joy sedikit menutupi celah pintu hingga dia tidak bisa melihat sosok Candra yang membelakangi pintu di balik pintu yang duduk di ruang tamu.Sepanjang perjalanan Candra tidak banyak bicara dan tenggelam dalam pikiranya. Raut wajahnya tampak sedih seolah dia mendengar berita duka. Lorcan sangat mengkhawatirkan gadis itu. dia tidak mau ke rumah sakit dan langsung masuk ke kamarnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Joy melirik melalui bahunya pada sosok Candra. “Ya, dia mendengar berita duka yang begitu dasyat. Suasana hatinya tidak begitu baik dan tidak ingin bicara dengan siapa pun.”“Apa seseorang di keluarganya meninggal?” Ekspresi Lorcan tampak prihatin dan cemas memandang ke dalam pada
Joy mengangkat bahu. “Bagaimana pun, kamu tidak akan bisa bersama dengan pria itu. Jurang perbedaan kalian sangat jauh.”“Kenapa? Jelaskan padaku?”“Pertama, pria itu sudah tua. Sangat jauh lebih tua darimu. Di mata orang lain, kamu sudah seperti putrinya dan dia pula yang membesarkanmu. Tidak akan ada orang lain mau menerima itu. Jika kalian sampai menjalin hubungan, kamu orang pertama yang akan dicaci.”“Aku tidak peduli dengan cacian mereka, aku sudah kebal.”Joy memutar mata. “Yang kedua, kamu tidak memiliki latar belakang keluarga kaya atau memiliki status sosial di masyarakat kelas atas, keluarga Wallington tidak akan membiarkanmu menjadi menantu mereka. Kamu juga tidak akan menjadi idaman mertua kaya manapun apalagi keluarga Wallington. Kamu hanya menggenggam harapan kosong,” Joy menatapnya dengan ekspresi prihatin.Ekspresi Candra berkerut masam.“Aku akui sih Hugo Wallington sangat tampan dan hot, dia membuat Lorcan si prince charming kampus kita tampak membosankan. Tapi aku
Hugo membawa Candra ke rumah sakit untuk tes rontgen setelah melihat tulang kering kanan Candra menjadi tambah parah, bengkak dan robek karena menghantam pinggiran meja.Setelah memastikan tidak ada masalah serius dalam hasil tes rontgen, dokter membiarkan mereka pergi. Tulang kering Candra hanya dikompres dengan es dan diplester untuk menutup luka robek di tulang keringnya.“Maaf sudah merepotkanmu, Paman Hugo,” ujar Candra dengan kepala tertunduk berdiri di samping mobil. Setelah semua kekonyolan untuk mendapatkan perhatian Hugo, Candra menyadari dia benar-benar sudah tidak waras berani menyakiti dirinya sendiri hanya untuk mendapatkan perhatian. Sakit di tulang keringnya masih terasa.“Kamu memang selalu merepotkan, mengapa baru sadar?” kata Hugo mengacak-acak poni rambut gadis itu.Candra menatapnya dengan mata lebar sebelkum menunduk dengan ekspresi berkerut masam, cukup terpengaruh dengan ucapan pria itu. Ya, dia memang merepotkan, kekanakkan, dan egois hingga beberapa teman s
ketidaksukaan pada pertunangannya dengan Liera Walton. Itu akan terlihat kekanakkan dan tidak akan mengubah apa pun. Paman hanya memandang anak yang merajuk.“Aku marah, karena Paman tidak menepati janji untuk merayakan natal. Itu saja.”Hugo terdiam sebelum mendesah dan melepaskan tangannya dari dagu Candra.“Maaf, Paman harus berada di keluarga ....”“Tidak apa-apa, keluarga lebih penting,” kata Candra sadar diri. Dia tidak lebih seorang anak yang menumpang hidup pada Paman Hugo.Hugo menatapnya namun tidak mengatakan apa-apapun. Dia kemudian memandang ke sekeliling. Salju masih belum berakhir dan menumpuk di jalanan halaman rumah sakit.“Apa kamu ada mata kuliah sore ini atau besok?”Candra menggelengkan kepala. “Aku tidak ada mata kuliah sore, tapi besok aku ada mata kuliah siang.”“Kalau begitu, jangan kembali ke asrama,” kata Hugo kemudian membuka pintu mobil di samping Candra.“Paman akan membawaku ke mana?” Candra bertanya bingung.Hugo menoleh untuk menatapnya. “Merayakan na
Mereka tiba di kawasan pusat perbelanjaan mewah di ibukota, Sky City Mall.Candra keluar dari mobil, kepalanya mendongak memandang gedung Sky City mall yang menjulang tinggi dan besar di depannya.“Waah, mal ini sangat besar,” gumamnya. Ini pertama kali Candra berbelanja di mal di negara ini, karena saat umur 16 tahun dia dikirim belajar di luar negeri.Hugo keluar dan mengunci mobil sebelum menghampiri Candra. Dia menepuk kepala lembut gadis yang sangat pendek di sebelahnya.“Ayo pergi, kamu bisa menemukan barang branded kesukaanmu di lantai empat.”Meski diajak berbelanja dengan pria yang disukai, suasana hati Candra masih muram. Dia tidak merasa antusias atau memiliki waktu mengagumi pusat perbelanjaan mewah di ibukota.Candra meraih kain mantel Hugo.Hugo menunduk menatapnya dengan alis terangkat.“Paman sungguh akan mengajakku belanja?”“Iya, untuk apa aku membawamu ke sini jika bukan untuk itu?”Candra tertunduk. “Paman, orang yang sangat sibuk. Paman tidak perlu meluangkan wakt
“Apa gunanya tampan jika sangat kasar.”Hugo tidak peduli terus menghisap rokoknya, mengabaikan perhatian yang tertuju ke arahnya. Dia mengeluarkan ponselnya memeriksa email-nya, dan hal-hal penting yang berkaitan dengan pekerjaannya.Sementara itu di dalam toko, Candra senang melihat baju-baju cantik musim dingin. Suasana hatinya membaik melihat pakaian-pakaian cantik. Dia mengambil beberapa potong baju tanpa melihat harganya. Toh, dia memiliki kartu kredit hitam pribadi milik Paman Hugo. Kapan-kapan lagi dia menggunakan uang pribadi Paman Hugo-nya.Candra sesekali melirik ke luar dan melihat Hugo menunggunya seperti yang dikatakan pria itu. dia cemberut melihat beberapa wanita lewat cekikikan bodoh dan berusaha menarik perhatian Paman Hugo. Matanya melotot melihat wanita seksi dengan belahan dada yang hampir tumpah dari bajunya mendekati Paman Hugo dengan berani sambil mengerling menggoda.Untunglah wanita itu langsung pergi dengan muka cemberut membuat Candra lega. Tapi dia gelisah