“Lepaskan suamiku, brengsek,” desis Iris dingin, benar-benar sangat marah.Para pengawal Hugo terkejut dan berhenti memukul Aiden.Aiden menyeringai melihat Iris akhirnya mengumpat dan menampar Hugo. Gusinya berdarah ketika dia menyeringai.Salah satu pengawal mendekati Iris dengan cepat dan ingin menarik menjauh.“Berhenti,” desis Hugo mengangkat tangan untuk menghentikan pengawalnya.Hugo menyentuh pipinya memerah karena di tampar dan menatap Iris.Iris menatapnya tajam. Tapi tangannya yang menampar Hugo gemetar. Untuk pertama kalinya dia sangat marah pada pria yang dianggap sebagai saudara.“Iris, aku tidak akan membiarkan kamu bersama dengan bajingan itu. Dia selalu membuatmu terluka,” desis Hugo dengan tatapan dingin.“Aku tidak peduli, aku yang ingin bersamanya. Jadi lepaskan dia!” balas Iris gentar.Hugo mengalihkan pandangannya dari wanita itu dan tanpa ekspresi memerintah anak buahnya.“Keluarkan orang itu dari sini.”Pengawalnya mengangguk. Mereka memaksa Aiden berdiri tanp
Hugo benar-benar membatasi Iris. Tiap dia mau keluar, ada Marcus yang mengawalnya ke mana-mana. Hugo belum mengembalikan ponsel dan kartu identitas Iris.Iris belum tidak tahu bagaimana kabar Aiden setelah diseret pergi oleh anak buah Hugo. Iris pernah mencoba melarikan diri dari, tapi ketahuan oleh penjaga yang berjaga hampir setiap sudut kediaman.Satu hal yang membuat Iris bersyukur adalah Hugo jarang pulang ke kediaman ini. Dari apa yang dia dengar dari pelayan, Hugo sibuk dengan pekerjaannya dan lembur di kantor.Iris tidak tahu apa pun yang terjadi di perusahaan. Setiap TV dan telepon dalam kediaman terputus, membuat Iris tidak mengetahui apa pun tentang berita di luar kediaman. Iris merasa frustasi dan ngeri dengan pengekangan yang dilakukan Hugo pada dirinya.Iris berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya, benar-benar sangat frustasi.“Nyonya, kamu tidak bisa masuk.”Iris mendongak mendengar keributan di luar kamarnya, lalu pintunya terbuka dengan suara keras. Dia berdiri me
Lily menggertakkan gigi tidak menemukan kata-kata membantah ucapan Iris.“Kamu tetap harus melakukan sesuatu untuk keluarga Wallington! Ibumu telah bekerja sangat keras untuk WLT Group. Apa kamu akan diam saja jika WLT Group jatuh? Kamu lebih senang memihak orang luar di bandingkan anggota keluargamu?!”Iris menyilangkan tangannya di depan dada menatap Lily acuh tak acuh. “Aiden bukan orang luar. Dia adalah suamiku dan ayah dari anak-anakku. Dia bertarung dengan Hugo untuk membebaskan aku. Bibi yang harus berbicara dengan Hugo agar dia melepaskan aku.”“Aku sudah berusaha, tapi Hugo tidak pernah mendengarkan aku, ibunya!” balas Lily frustasi.“Maka tidak ada yang bisa kita lakukan untuk menghentikan Hugo,” balas Iris mengerutkan keningnya.Lily tiba-tiba mendekat dan berlutut di depan Iris.Iris terperanjat melihat tindakan tiba-tiba Lily.“Bibi apa yang kamu lakukan?!” Dia buru-buru berdiri untuk menarik Lily berdiri. Tetapi wanita paruh baya itu tetap bersikeras berlutut dan meraih
“Jangan masuk! Aku tidak ingin bicara denganmu!” seru Iris berlari ke pintu untuk mengunci pintu kamarnya.Tapi dia terlambat. Hugo membuka pintu dan keduanya saling berhadapan.Iris berhenti di depan pintu. Wajahnya tegang memandang sepupunya di depan.“Aku bilang jangan masuk! Tidak ada yang ingin aku bicarakan denganmu!” Dia dengan paksa mendorong Hugo keluar dari kamarnya.Tapi Hugo menangkap tangannya dan mendorong Iris masuk ke kamarnya sebelum menutup pintu di belakang.“Apa yang kamu lakukan! Keluar!” teriak Iris panik dan cemas.Wajah Hugi tampak ekspresi menatap Iris. “Aku tidak akan memperkosamu, jangan membuat ekspresi seperti itu," desisnya dengan suara rendah.Iris menepis tangannya dan mundur sambil menyilangkan tangan di depan dada, menatapnya waspada.“Apa yang kamu inginkan?”Hugo tidak menjawab. Dia memandang ke sekeliling kamar Iris. “Aku dengar kamu selalu mengurung diri kamar. Keluarlah mencari udara segar. Mengurung diri tidak baik dan membuatmu tertekan.”“Kamu
Iris memejamkan mata dengan gemetar dan menggelengkan kepalanya menolak bibir Hugo yang memaksakan ciuman padanya. Jijik dan takut memenuhi dadanya. Bukan pertama kali Hugo memaksakan ciuman padanya. Tapi kali ini Iris tidak bisa mentoleransi dengan perilaku sepupunya.“Hmp-!” Iris mengatupkan bibirnya dan berusaha mendorong Hugo dengan kuat.Hugo menggeram menangkap tangan Iris dan menekan pergelangan tangannya di atas kepala wanita itu. Salah satu tangannya turun meraba-raba paha Iris.Iris membelalak ngeri merasakan bahaya pada dirinya. Dia memberontak dalam kungkungan tubuh Hugo dan engggunakan lututnya menendang bagian pribadi pria itu.Hugo seolah bisa mengantisipasi serangan Iris dan menangkap lututnya. Dia enarik kaki Iris terangkat ke pahanya dan menekan bagian intimnya keras ke perut wanita itu, membuktikan tanda gairahnya. Bibirnya turun ke leher Iris dan menghirup aroma tubuhnya dalam-dalam.Iris merasa mulas dan ngeri dalam dadanya merasakan hasrat Hugo menekan perutnya.
Iris berhenti di depan ruang tunggu spesialis Obgyn dan melihat banyak antrean wanita hamil yang sedang menunggu pemeriksaan di ruang tunggu. Mereka mendongak memandang Iris dengan tatapan ingin tahu, mungkin karena penasaran dengan penampilannya yang terkesan mewah atau karena pria yang berpakaian serba hitam mengikutinya di belakang.Iris berbalik menghadap Hugo yang setia mengikutinya di belakang.“Pergilah, kamu membuatku tidak nyaman.”Marcus menggelengkan kepala dengan ekspresi datar.“Maaf Nona, aku tidak bisa meninggalkanmu.” Dia kemudian memandang ke sekeliling melihat antrean ibu hamil masih banyak.“Nona, kamu seharusnya bilang jika ingin memeriksa kandungan. Aku akan menghubungi kepala rumah sakit untuk memberimu pemeriksaan pribadi agar tidak perlu mengantre, Nona.”Iris mendengus menyilangkan tangannya di depan dada. “Mengapa aku harus memberitahumu? Memangnya kamu suamiku hingga memutuskan semuanya untukku?” balasnya mencemooh.Marcus berdeham mendengar ucapan terakhir
“Wah, apa suamimu yang mengirim pengawal untuk menjagamu? Itu romantis sekali,” ujar wanita itu.Iris mendengus getir. Dia mendekatkan wajahnya ke wanita itu dan balas berbisik dengan suara pelan yang tidak bisa didengar Marcus.“Dia tidak dikirim oleh suamiku. Tapi dikirim oleh keluargaku untuk mengawasiku.”Iris tidak ingin memberitahu bahwa Hugo yang mengirim Marcus untuk mengawasinya. Akan terdengar tidak memalukan jika lelaki lain menahan dan mengawasi seorang wanita yang sudah bersuami dan sedang hamil.“Hah?” Wanita itu menatap Iris heran. “Lalu di mana suamimu? Mengapa mereka mengawasimu?”Iris menggigit bibir bawahnya dan menatap wanita itu dengan tatapan penuh harap.“Keluargaku tidak menyukai suamiku. Mereka memisahkan kami dan tidak membiarkan kami bertemu. Aku sangat ingin bertemu dengan suamiku,” ujarnya kecut. Wanita itu menatap Iris prihatin. Dia meraih tangan Iris menghiburnya. “Apa kamu ingin aku membantumu lepas dari pengawasan orang itu?” bisiknya dengan suara pel
Iris berjalan cepat sambil menundukkan kepalanya menghindar ketika dia melihat beberapa pria bersetelan seperti Marcus di mana-mana. Untunglah dia sudah mengganti gaunnya dengan seragam perawat yang diambil di ruang ganti.Iris menggigit bibirnya bawahnya cemas melihat ada begitu banyak pria berpakaian setelan hitam di mana seolah mereka sedang mencari seseorang. Bahkan ada yang berjaga di pintu keluar rumah sakit, membuatnya tidak bisa keluar.Apa yang terjadi? Apa mereka mencarinya?Dia pikir hanya Marcus orang yang mengawasinya.“Apa sih yang diperbuat Hugo,” gerutu Iris panik melihat dari kejauhan Marcus tampak sedang berbicara dengan seorang pria tua yang mengenakan jas putih dokter, yang terlihat seperti orang penting.Iris langsung menunduk ketika pandangan Marcus tertuju padanya. Dia berjalan dengan senormal mungkin mendorong keranjang berisi obat-obatan. Untunglah dia mengenakan masker steril hingga wajahnya tidak bisa dikenali.Dia melirik dari ujung matanya melihat Marcus