Aiden menatap mantan istrinya sangat marah.Iris menatap tanpa ekspresi dokumen hasil tes DNA di depannya. Tidak bertanya bagaimana pria itu bisa membuat kesimpulan begitu cepat dan mengambil sampel Dimitri untuk tes DNA.“Benar, Dimitri adalah anakmu. Lalu apa? Kamu ingin mengambilnya dariku?”“Aku Ayah Dimitri, aku berhak menginginkan anakku,” balas Aiden menatap Iris tajam.Iris tiba-tiba tertawa. “Atas dasar apa kamu menginginkan anakku? Apa kamu yang melahirkannya? Membesarkan Dimitri dan merawatnya?”“Jika kamu tidak menyembunyikan Dimitri dariku, aku akan membesarkan dan merawat putraku! Mengapa kamu tidak memberitahuku saat kamu mengandung Dimitri?!” Suara Aiden meninggi.Iris membalasnya dengan suara tak kalah tinggi dan marah. Semua kebencian dan sakit hatinya membuncah saat dia berseru pada pria itu, “Mengapa aku harus memberitahumu? Kamu bahkan tidak mencariku saat aku pergi!”“Saat itu kamu meninggalkan surat cerai dan pergi dengan selingkuhanmu! Mengapa aku harus mencari
Dia hanya anak kecil berusia lima tahun yang dimanjakan dan terlindung dalam perlindungan kasih sayang ibu dan neneknya. Ini pertama kalinya dia melihat orang dewasa bertengkar.Meskipun dia tidak mengerti kata-kata orang yang diucapkan oleh orang tuanya, suara mereka yang keras dan galak membuatnya takut.Suara pertengkaran dua orang dewasa itu tentu menakuti anak kecil itu.Ekspresi Iris melunak dan merasa bersalah pada putranya. Dia melupakan kemarahannya pada Aiden dan berlutut di depan Dimitri.“Maafkan mommy, Sayang ... sstt, jangan menangis. Maaf, mommy tidak akan melakukannya lagi, jangan menangis, Sayangku.” Iris membujuk Dimitri dan menghapus air mata di wajah mungilnya.Aiden tidak tahu bagaimana menghibur seorang anak, jadi dia hanya diam dan menatap penuh arti pada Iris. Dimitri masih sesenggukan, tetapi perlahan-lahan mulai berhenti menangis.“Mommy, Paman itu benar-benar Daddy?” Dia menunjuk Aiden dengan tatapan ingin tahu dan penuh harap.Iris terdiam dan menggigit bi
Aiden menghela napas, mengerti mengapa Iris membuat alasan pada Dimitri atas ketidakhadirannya selama bertahun-tahun dari sisinya sebagai sosok ayah.Dia memeluk Dimitri lembut. Dia melepaskan pelukan Dimitri, menatap wajah mungil putranya. Wajah cemberut Dimitri terlihat sedih.“Maaf, daddy memang sibuk bekerja bukan karena daddy sudah tidak menginginkan Dimitri.” 'Tapi karena ibumu menyembunyikanmu dariku,' lanjut Aiden dalam hati.“Daddy, tidak akan pergi lagi, 'kan?” tanya Dimitri menatap Aiden penuh harap.“Tidak akan lagi. Daddy akan selalu berada di sisi Dimitri,” balas Aiden mengusap rambut hitam Dimitri lembut. Semakin dia menatap wajah anak itu, dia benar-benar melihat Dimitri sangat mirip dengannya. Rambut hitam, mata hitam dan fitur wajahnya benar-benar jiplakan dirinya.Mengapa dia tidak menyadarinya saat pertama kali bertemu di toilet di Negara S? Jika dia tahu saat itu, dia akan membawa putranya.“Sungguh? Daddy tidak bohong?”“Tidak, daddy tidak akan bohong. Bagaiman
Aiden menatapnya datar sebelum berkata dengan suara rendah. “Kalau begitu, kenapa kita tidak bersama saja membesarkan Dimitri?”“A-apa ....?!” Iris tergagap sebelum mendesis, “Kamu lupa kita sudah bercerai? Itu tidak mungkin.”“Apa kamu lebih suka kita menempuh jalur hukum untuk mendapat hak asuh Dimitri? Kamu lebih suka melihat Dimitri terluka karena pertengkaran kita?”Iris mengerut kening terdiam. Dia melirik ke arah Dimitri yang masih mengawasi mereka dengan mata hitamnya yang polos.Iris tidak ingin suatu saat mata hitam yang polos dan ceria itu menatapnya dengan tatapan terluka.“Aku tidak meminta kita rujuk. Tapi izinkan aku bersama Dimitri setiap saat. Hanya ini kompromiku,” kata Aiden memutus pandangan Iris dari Dimitri.Iris menatapnya dengan tatapan ragu-ragu.“Pikirkan Iris, Dimitri sudah ketakutan dan menangis karena pertengkaran kita hari ini.”Iris tidak perlu berpikir lagi saat dia berkata dengan dingin. “Selama kamu tidak pernah mengambil Dimitri dariku, aku akan membi
Hugo terdiam selama beberapa saat menatap Iris. “Kamu masih mencintainya?” Dia bertanya dengan suara rendah. Iris sesaat tertegun sebelum menggelengkan kepala menyangkal. “Mana mungkin. Kami sudah bercerai sangat lama,” gumamnya mengibas-ngibas tangan. “Itu bagus ... tidak ada hal yang bagus jika kamu kembali ke keluarga Ridley itu. Keluarga Ridley sangat berantakan dengan ibu tiri mengendalikan keluarga itu. Dimitri tidak baik tumbuh di keluarga seperti itu, seperti yang terjadi pada Zein.” Wajah Iris berubah muram. “Itu tidak akan pernah terjadi.” Raut wajah Hugo berangsur-angsur lega. Batu di hatinya seolah terangkat. Entah mengapa dia merasa tidak nyaman dengan kehadiran Aiden di sekitar Iris dan Dimitri. “Aku dengar Aiden belum menikah dan belum memiliki anak lagi sebelum tahu tentang Dimitri. Apa yang akan kamu lakukan jika dia ingin mengambil Dimitri sebagai pewarisnya?” Hugo memandang Iris. Iris berkata muram, “Jika dia berani menginginkan itu, dia harus melawan ibuku.
Iris perlahan-lahan tenang setelah mendengar penjelasan Hugo. “Apa yang harus aku lakukan untuk membalas mereka?” desisnya menggertakkan gigi. “Jika aku hanya diam, merekan akan menyakiti Dimitri lagi,” tambahnya. Hugo memegang pundak Iris. “Aku tahu, aku akan menyelidiki kecelakaan Dimitri, jika benar mereka adalah pelakunya, kita akan membalas mereka, aku janji padamu.” Iris mengangguk memejamkan matanya untuk menenangkan dirinya. “Aku sudah berdiskusi dengan Komisaris agar WLT Group membuka cabang di York City. Selama aku di sini, aku akan melindungimu dan Dimitri,” lanjut Hugo. Iris tersentak kaget mendengar ucapan Hugo. “A ... apa? Ibuku akan membuka cabang di York City?” “Ya, aku akan tinggal dan bertanggung jawab di cabang perusahaan di York City.” Iris tidak bisa berkata-kata. Tiba-tiba pintu kamar rawat VIP Dimitri terbuka dan sosok Aiden muncul di belakang mereka. “Apa yang sedang kalian lakukan?” Aiden menyipit menatap posisi Iris dan Hugo yang menurutnya terlalu
“Orang seperti apa ibumu?” tanyanya penasaran. Aiden sudah mendengar reputasi Lilian Wallington sebagai pebisnis wanita yang legendaris dari rekan bisnisnya tetapi belum pernah bertemu langsung dengannya. Siapa yang menyangka wanita pebisnis itu adalah ibu dari mantan istrinya. Iris mengabaikannya dan mendorong Aiden menjauh dari Dimitri. Dia menggantikan Aiden mengancingkan kemeja Dimitri. “Dimi, lain kali jangan menyuruh Daddy membantumu ganti pakaian. Tangan Daddy terluka. Jangan merepotkan Daddy, okey?” “Tidak apa-apa, itu tidak merepotkan,” balas Aiden ingin mengambil kembali pekerjaan Iris. Iris menatapnya tajam. “Kamu sangat lambat. Supir sudah menunggu di bawah.” “Jika ada masalah katakan saja, jangan bertengkar di depan anak,” bisik Aiden mencoba berbicara lembut. Namun, Iris acuh tak acuh. “Daddy, apa Daddy akan ikut pulang ke rumah juga? Daddy akan tinggal bersama Mommy dan aku?” Dimitri menatap penuh harap pada Aiden. Iris tersentak mendengar ucapan putranya. “Di
Sebuah mobil van berhenti di halaman vila yang cukup luas.Aiden membuka pintu penumpang dan membantu Dimitri dengan hati-hati keluar dari mobil. Dimitri melompat keluar dengan bersemangat. “Hati-hati Dimi, jangan melompat. Kamu bisa jatuh,” tegur Iris dari dalam mobil.Dimitri menyengir sambil menunjuk Aiden dengan bangga. “Kan ada Daddy bisa menangkap Dimi.”Aiden tersenyum mengacak-acak rambut Dimitri dan menoleh untuk menatap Iris. Dia mengulurkan tangannya pada Iris ingin membantunya keluar dari mobil.“Kaki dan tanganku masih utuh,” kata Iris dingin menepis tangan Aiden dan keluar dari mobil.Sementara sopir mobil mengeluarkan tas-tas berisi pakaian Dimitri dan koper Aiden dari bagasi mobil.Aiden menghela napas. Dia mengalihkan pandangannya pada vila di depannya. Vila yang ditinggal Iris dan Dimitri berukuran minimalis dengan dua lantai, tidak terlalu besar atau pun mewah. Cocok untuk ditinggali ibu dan anak berdua.“Daddy, ini rumah Mommy dan Dimi! Aku dan Mommy tinggal di si