Fikri memejamkan mata mengucap syukur, menatap mata sayu istrinya yang masih lemah. Bahkan Yumna belum mampun berucap apapun semenjak bertemu dengan suaminya.Dia merasa lega yang tak terkira. Beban yang sangat berat telah diangkat dari bahu dan hatinya. Perasaan takut dan cemas yang telah menghantui dia selama berjam-jam akhirnya mulai memudar.Dia merasa seperti telah diberi kesempatan kedua untuk hidup dan merasakan kebahagiaan bersama suaminya. Dia merasa sangat berterima kasih kepada suaminya yang telah berjuang keras untuk menemukannya.Suaminya telah melakukan hal yang tidak mungkin untuk menyelamatkannya, dan dia tidak akan pernah bisa membalas semua yang telah suaminya lakukan untuknya. Terlihat lega dan bahagia, dengan senyum yang lebar dan mata yang berkilauan.Merasa seperti ingin menangis karena kebahagiaan dan kelegaan yang dia rasakan. Dia membuka pelukannya dan merangkul suaminya erat, seperti tidak ingin melepaskannya lagi.“Indah,” lirihnyaSstt…“Mas sudah tahu, maa
Salma juga korban akan keegoisan mertuanya dia menikah dengan Hendra, namun dua tahun pernikahannya belum di karuniai anak juga.Mertuanya menganggap dia mandul dan memaksa Hendra untuk menikah lagi tapi Salma tak terima dan memilih bercerai dan pergi dari Hendra.Akhirnya Hendra menikah lagi dengan pilihan orang tuanya satu tahun pernikahan istrinya juga belum hamil. Salma yang mengetahui itu senang ingin membalas perlakuan mantan suami dan mantan mertuanya dengan menyombongkan diri dan memberitahu Hendra dan orang tuanya bahwa saat mereka bercerai dia tengah hamil.Hendra sangat senang dan ingin kembali namun karena terlanjur kecewa Salma tak mau dan kembali pergi entah kemana. Bertahun-tahun menikah tak juga memiliki anak dari istri keduanya. Dia juga tidak tahan dengan cemohan mertuanya dan memilih berpisah. Hendra kembali bertemu dengan seorang wanita yang sudah bercerai dengan suaminya tetapi memiliki seorang anak yang sudah berusia 10 tahun.Karena putus asa tak juga memiliki
“Mas,” Yumna memanggil suaminya yang tengah terlelap di sampingnya. Dia menggoyang tubuh Fikri dengan pelan, sambil merasakan mulas di perutnya. “Kenapa sayang?” dia bangun mengucek kedua matanya yang terasa lengket sebab masih jam dua pagi.Yumna mendesis merasakan sakit yang kadang hilang kadang tibul di perutnya “sepertinya dia mau keluar,” ucapnya masih bisa tersenyum walau menahan sakit.“Apa!!” Fikri memekik panik “Mana yang sakit sayang, gimana ini kita harus gimana,” Fikri panik bukan main. Yumna yang melihat kepanikan suaminya menggelang dan membuang nafas.“Mas. Kamu tenang dulu jangan panik gitu dong,” kesalnya. Pasalnya dia yang kesakitan tapi suaminya berlebihan panik sehingga tidak bisa melakukan apapun.“Maaf aku bingung, dan panik sayang,” jawab Fikri tergesah bahkan dahinya berkeringat“Tenang. Ambil tas perlengkapan bayi yang sudah aku siapkan,” Fikri mendengarkan araah Yumna, padalah dia tengah kesakitan tapi dia masih bisa menahannya “terus kamu pesan taksi di apl
Namaku Yumna, aku adalah seorang wanita karir dan pekerja keras. Di tengah ambisiku untuk menjadi wanita sukses, aku sampai tak memikirkan untuk menikah apalagi membangun sebuah rumah tangga.Sampai akhirnya aku sadar bahwa mencari pasangan hidup yang baik dari segi agama dan akhlak tidaklah mudah. Apalagi sekarang usiaku sudah 32 tahun, usia yang cukup terlambat menikah bagi seorang wanita katanya.Hingga akhirnya, karena desakan keluarga aku menerima pinangan seseorang yang memang aku kenal namun tidak begitu dekat. Lelaki itu memang dari keluarga yang sederhana dan biasa saja, aku ikhlas dan tak mempermasalahkan itu.Yang penting dia paham agama juga bisa memperlakukanku dengan baik. Usianya hanya terpaut 3 tahun lebih tua dariku. Setelah lamaran itu aku terima, tidak butuh waktu lama untuk kami melangsungkan pernikahan.Acara pernikahan kami berjalan dengan lancar dan khidmat. Walaupun ada sedikit bumbu-bumbu pedas yang di hadirkan dari berkumpul nya ras terkuat di bumi yaitu ibu-
“Ibu sudah memiliki perempuan yang cocok untuk kamu nikahi Fikri,” sambutan pertama di meja makan yang keluar dari mulut mertuaku.Rasanya aku sudah tidak kuat lagi harus kembali diam dan mengalah untuk tidak membalas apa yang di katakan ibu.Tapi aku masih menghargai Mas Fikri sebagai suamiku, aku masih berharap dia bisa membela dan melindungi harga diriku sebagai istrinya.“Aku ingin makan dengan tenang Bu. Jangan berbicara hal yang mustahil.Aku sudah memiliki istri dan tidak akan menikah lagi."Hatiku sedikit menghangat mendengar pembelaan Mas Fikri.“Oh... Sekarang kamu semakin berani sama ibu ya. Durhaka kamu sama ibu Fikri, sekarang kamu menjadi anak pembangkang semenjak menikah. Menyesal ibu memberi restu kamu menikah dengan perempuan tua ini."“Sebenarnya apa yang salah dengan usiaku Bu? Kenapa ibu selalu membahas perihal usiaku yang tidak lagi muda?”Akhirnya aku bersuara juga, sebab sesak di dada tidak lagi kuat untuk kutahan. Demi mengurainya aku harus mengeluarkan sesuatu
"Fik, si Indah nanti mau datang, kamu jangan pergi kemana-mana ya," celetuk ibu pada Mas Fikri.Aku sempat terdiam penasaran siapa Indah?"Mau ngapain dia kesini? Aku gak ada urusan sama dia," jawab Mas Fikri, aku melihat ekspresinya yang memang terlihat acuh dan tidak peduli. "Kamu temuin aja dulu nanti, ibu rasa dia cocok sama kamu. Sudah cantik masih muda lagi."Uhuk ! Tiba-tiba saja Mas Fikri tersedak, aku membantu memberikan Mas Fikri minum. Sebenarnya akupun tak kalah kaget mendengar ucapan Ibu, tapi aku sudah terbiasa dengan watak ibu mertuaku. Dua minggu tinggal bersamanya sudah cukup membuat ku kebal telinga dan kebal mental."Ibu apa-apain sih! Jangan sembarang kalo ngomong. Maksudnya apa?" tegur Mas Fikri tak terima.Entah dia benar marah karena sampai sekarang sang Ibu masih kekeh untuknya menikah. Atau hanya sekedar kesal tanpa menganggap ucapan itu serius."Siapa yang sembarang ngomong. Ibu memang berniat untuk menjodohkan kamu dengan Indah."kali ini ibu benar-benar t
"Alah kamu ini lama-lama seperti istri mu ya Fik. Sekarang selalu membantah apa kata Ibu. Awas durhaka dan kualat kamu." "Aku tidak durhaka Bu. Masalahnya ibu menyuruh ku untuk sesuatu yang tidak bisa ku turuti.""Apa susahnya sih Fik, kamu tinggal menikah saja. Beruntung kamu dapet si Indah dia rela jadi istri kedua, masih muda, cantik dan baik lagi."Tidak pernah terbayangkan olehku sampai memiliki ibu mertua seperti ini. Apa dosaku sehingga ujianku seberat ini. Air mataku rasanya tidak tahan lagi ku bendung. Kalau biasanya aku bisa berusaha kuat dan tegar, tapi aku juga tetap wanita biasa yang mempunyai sisi lemah, jika batin dan mentalnya di serang terus-terusan. Rasanya aku lelah setiap hari selalu ada keributan antara ibu dan anak atau mertua dan menantu. Sunggu tidak ada kehangatan di keluarga ini.Apa memang Mas Fikri bukan jodohku. Kenapa rasanya seberat ini ya Allah. Bahkan usia pernikahan ku baru satu bulan, tapi aku benar-benar tidak kuat jika setiap hari harus mendengar
Pagi-pagi aku sudah mendengar cekikikan dua wanita beda generasi itu bercengkrama di meja makan. Perempuan ini semakin hari, semakin tidak malu saja bahkan pagi-pagi sudah berada di sini."Eh Mba Yumna, baru bangun ya," sapa ramah Indah kepadaku. Aku hanya mengangguk malas merespon lebih. Perempuan ini juga harus di waspadai sepertinya dia juga ngebet ingin di nikahi Mas Fikri."Biasalah, jam segini baru bangun enak banget ya, bangun siang, ongkang-ongkang kaki di rumah nikmati gaji suami," Astaghfirullah ibu mertuaku ini kenapa mulutnya tajam sekali. Setiap pagi ada saja yang di bahas untuk menyudutkan ku. "Aku kan sudah masak dari subuh Bu. Badanku kurang enak, makanya selesai masak aku tiduran sebentar tadi,""Memangnya ini makanan bisa jalan sendiri kemeja makan, kalau gak di siapin. Mau sombong karena kamu sudah masak dan bangun subuh gitu? Kalau kerja itu jangan setengah-setengah, keliatan banget gak ikhlas nya, sengaja biar saya kerjain kan,""Jangan suudzon terus Bu. Coba se
“Mas,” Yumna memanggil suaminya yang tengah terlelap di sampingnya. Dia menggoyang tubuh Fikri dengan pelan, sambil merasakan mulas di perutnya. “Kenapa sayang?” dia bangun mengucek kedua matanya yang terasa lengket sebab masih jam dua pagi.Yumna mendesis merasakan sakit yang kadang hilang kadang tibul di perutnya “sepertinya dia mau keluar,” ucapnya masih bisa tersenyum walau menahan sakit.“Apa!!” Fikri memekik panik “Mana yang sakit sayang, gimana ini kita harus gimana,” Fikri panik bukan main. Yumna yang melihat kepanikan suaminya menggelang dan membuang nafas.“Mas. Kamu tenang dulu jangan panik gitu dong,” kesalnya. Pasalnya dia yang kesakitan tapi suaminya berlebihan panik sehingga tidak bisa melakukan apapun.“Maaf aku bingung, dan panik sayang,” jawab Fikri tergesah bahkan dahinya berkeringat“Tenang. Ambil tas perlengkapan bayi yang sudah aku siapkan,” Fikri mendengarkan araah Yumna, padalah dia tengah kesakitan tapi dia masih bisa menahannya “terus kamu pesan taksi di apl
Salma juga korban akan keegoisan mertuanya dia menikah dengan Hendra, namun dua tahun pernikahannya belum di karuniai anak juga.Mertuanya menganggap dia mandul dan memaksa Hendra untuk menikah lagi tapi Salma tak terima dan memilih bercerai dan pergi dari Hendra.Akhirnya Hendra menikah lagi dengan pilihan orang tuanya satu tahun pernikahan istrinya juga belum hamil. Salma yang mengetahui itu senang ingin membalas perlakuan mantan suami dan mantan mertuanya dengan menyombongkan diri dan memberitahu Hendra dan orang tuanya bahwa saat mereka bercerai dia tengah hamil.Hendra sangat senang dan ingin kembali namun karena terlanjur kecewa Salma tak mau dan kembali pergi entah kemana. Bertahun-tahun menikah tak juga memiliki anak dari istri keduanya. Dia juga tidak tahan dengan cemohan mertuanya dan memilih berpisah. Hendra kembali bertemu dengan seorang wanita yang sudah bercerai dengan suaminya tetapi memiliki seorang anak yang sudah berusia 10 tahun.Karena putus asa tak juga memiliki
Fikri memejamkan mata mengucap syukur, menatap mata sayu istrinya yang masih lemah. Bahkan Yumna belum mampun berucap apapun semenjak bertemu dengan suaminya.Dia merasa lega yang tak terkira. Beban yang sangat berat telah diangkat dari bahu dan hatinya. Perasaan takut dan cemas yang telah menghantui dia selama berjam-jam akhirnya mulai memudar.Dia merasa seperti telah diberi kesempatan kedua untuk hidup dan merasakan kebahagiaan bersama suaminya. Dia merasa sangat berterima kasih kepada suaminya yang telah berjuang keras untuk menemukannya.Suaminya telah melakukan hal yang tidak mungkin untuk menyelamatkannya, dan dia tidak akan pernah bisa membalas semua yang telah suaminya lakukan untuknya. Terlihat lega dan bahagia, dengan senyum yang lebar dan mata yang berkilauan.Merasa seperti ingin menangis karena kebahagiaan dan kelegaan yang dia rasakan. Dia membuka pelukannya dan merangkul suaminya erat, seperti tidak ingin melepaskannya lagi.“Indah,” lirihnyaSstt…“Mas sudah tahu, maa
Dia mundur perlahan menggelengkan kepala pelan, membuka pintu perlahan dan lari dari sana. Setelah lama berlari dia sangat kelelahan dia terjatuh ke tanah dengan perutnya yang membesar, membuatnya sulit bernapas.Rambutnya yang panjang dan hitam terurai di sekitar wajahnya, menutupi mata coklat tuanya yang terlihat takut. Baju hamilnya yang longgar dan nyaman kini terlipat dan kusut, menampilkan perutnya yang membesar.Dia melihat ke atas, langit yang mulai redup dia harus bisa keluar dari dalam hutan ini sebelum malam tiba dan gelap. Dia merasa sakit di perutnya karena jatuh, dan khawatir tentang keselamatannya dan bayinya.Dia sangat lelah dan sudah tak kuat lagi untuk berjalan sebab sudah terlalu jauh dari posisi dimana gubuk berada, rasanya percuma dia kabur jika akan mati juga hanya dengan cara yang berbeda.“Mas Fikri,” lirih Yumna meringis menyandarkan tubuhnya di sebuah pohonSementara Galang yang menyadari Yumna kabur, kalang kabut mencarinya membangunkan anak buahnya dengan
Dia memegang gagang pintu namun terbuka dengan sendirinya padahal dia tidak menekan atau mendorong pintu tersebut, mungkin karena memang pintunya yang tidak di kunci sehingga tersenggolnya saja mudah terbuka.Dia sempat kaget karena pintu terbuka dengan sendirinya, saling pandang pada Erlan, seolah berbicara melalaui matanya. Kepalanya menoleh ke arah dalam dan melihat sedikit dari celah pintu yang terbuka terlihat barang yang berserakan di lantai. Matanya membulat penuh dan membuka pintu itu semakin lebar.Ruangan itu sudah sangat berantakan dengan banyak barang yang berserakan di lantai juga kursi dan meja yang sudah terbalik tak pada posisinya. Perasaannya semakin tak enak, tubuhnya hampir saja luruh ke lantai beruntung Erlan menahan dan menyadarkan Fikri untuk kuat. Dia tak kuat untuk melangkah sebab tak siap untuk sesuatu yang akan dia lihat atau temukan.“Sadar dan kuatlah Fik,” Erlan mengguncang tubuh Fikri yang menatap kosong kedepan “ Percayalan kita belum terlambat menyelam
“Kamu wanita iblis Indah,” umpat Salma saat melihat Indah yang baru saja masuk ke rumahnyaIndah yang mendengar umpatan itu, mengernyitkan kening tak mengerti“Apa maksud Ibu?” tanyanya menatap tajam ke arah Salma“Jangan pura-pura bodoh aku sudah tau rencana licikmu. Tunggu saja Fikri akan segera menyeretmu ke penjara,” Emosi Salma melup-luap tak terima merasa di curangi dan di khianati selama ini oleh wanita yang sangat dia percayai.“Jadi kalian sudah tahu semuanya,” Indah tersenyum dengan seringai iblis di bibirnya “Ini semua juga gara-gara kalian, jika saja Hendra lelaki tua itu tidak berniat mencari anak kandungnya, maka kecelakaan itu tidak akan terjadi dan ibuku masih hidup sampai sekarang!” pekik Indah menatap marah kearah Salma.Selain karena harta, dia juga melakukan semua itu demi membalas dendam ibunya yang meninggal karena kecelakaan. Ibunya menikah dengan Hendra Ayah kandung Fikri dari Salma mantan istrinya. Ibunya tidak terima saat tahu Hendra berniat mencari anak kand
“Memangnya Pak Hendra itu sering membagikan hasil panen buah mangga miliknya ya Bi?” tanya Yumna pada Bi Sarti, sambil menunggu Bi Sarti yang tengah mengupaskan mangga untuknya.“Biasanya sih jika ada warga yang datang kerumahnya dan meminta, beliau akan dengan senang hati memberinya, banyak juga warga sini yang datang untuk meminta buah mangga miliknya, karena memang setiap berbuah sangat lebat. Tapi memang belum pernah sih, beliau langsung memberikan apalagi sampai mengantarkan kerumah-rumah,” terang Bi Sarti “Berarti baru saya saja yang di beri langsung seperti ini Bi?” Yumna merasa penasaran akan sikap Pak Hendra kepadanya.“Iya sih, sepertinya Non. Mungkin beliau hanya merasa Non Yumna sudah di anggap seperti anaknya, apalagi sedang hamil makanya beliau memberikan pada Non Yumna." “Iya mungkin,” Yumna memakan potongan buah mangga yang baru selesai di kupas oleh Bi Sarti.“Beliau itu juragan di sini Non, orangnya baik,” Bi Sarti kembali menceritakan tentang Pak Hendra“Itu kebun
“Maaf kan aku, aku hanya terlalu lelah,” bujuk fikri menemui Indah di kamar yang tengah diam memunggunginya. Indah bangun dan memeluk Fikri“Aku tahu Mas kamu sibuk mencari Mba Yumna, tapi kamu juga harus ingat kalau aku juga istri kamu yang juga butuh kamu apalagi aku sedang hamil,” keluh Indah menyandarkan kepalanya di dada Fikri.“Iya. Aku akan berusaha lebih perhatian padamu,”“Terimaskaih Mas,” balas Indah tersenyum “Apa belum ada tanda-tanda di mana keberadan Mba Yumna Mas ?”“Balum.”“Sebenarnya aku ingin jujur padamu Mas, tapi aku takut kamu tidak percaya jika aku mengatakannya.”“Apa itu?” tanya Fikri penasaran, dia sebenarnya tidak betah lama-lama berada satu kamar dengan Indah setelah tahu perselingkuhannya.“Sebenarnya…..” Indah menggangtung ucapannya membuat Fikri penasaran “ Aku pernah lihat Mba Yumna dengan laki-laki lain, tapi aku berusaha berfikir positif walaupun menurut aku cukup berlebihan untuk seorang yang bukan siapa-siapa,” Indah sangat hati-hati saat mengataka
“Tolong beritahu terus jika terjadi sesuatu,” tutupnya mengakhiri penggilan teleponnya. Setelah mengakhiri panggilan tersebut sejenak Mama Yumna meliik ke arah Fikri yang baru saja selesai makan.Di wajahnya masih ada sedikit kecemasan namun juga bercampur dengan kebimbangan dan keresahan. Fikri yang sadar sedang di tatap mertuanya, memberanikan diri mendekat dan bertanya.“Siapa yang menelepon Ma, apa terjadi sesuatu?” Fikri berjalan mendekat dan duduk di sofa seberang mertuanya. Melihat ekspresi mertuanya dia semakin yakin bahwa telah terjadi sesuatuMama Yumna tidak langsung menjawab pertanyaan Fikri, dia diam sejenak lalu menjawab“Tidak ada,” Jawabnya berusaha tersenyum lembut“Mama hanya sedikit lelah ingin istirahat sekarang,” lalu beranjak pergi meninggalkan Fikri dan masuk kedalam kamarnya.Yang menghubungi Mama Yumna tadi adalah Bi Sarti, orang kepercayaan Mama Yumna yang menjaga Yumna di desa itu. Dia memberitahu bahwa saat ini Yumna tengah di bawa ke Ruma Sakit karena peru