Share

Bab 1

last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-19 17:14:23

“Ibu sudah memiliki perempuan yang cocok untuk kamu nikahi Fikri,” sambutan pertama di meja makan yang keluar dari mulut mertuaku.

Rasanya aku sudah tidak kuat lagi harus kembali diam dan mengalah untuk tidak membalas apa yang di katakan ibu.

Tapi aku masih menghargai Mas Fikri sebagai suamiku, aku masih berharap dia bisa membela dan melindungi harga diriku sebagai istrinya.

“Aku ingin makan dengan tenang Bu. Jangan berbicara hal yang mustahil.Aku sudah memiliki istri dan tidak akan menikah lagi."

Hatiku sedikit menghangat mendengar pembelaan Mas Fikri.

“Oh... Sekarang kamu semakin berani sama ibu ya. Durhaka kamu sama ibu Fikri, sekarang kamu menjadi anak pembangkang semenjak menikah. Menyesal ibu memberi restu kamu menikah dengan perempuan tua ini."

“Sebenarnya apa yang salah dengan usiaku Bu? Kenapa ibu selalu membahas perihal usiaku yang tidak lagi muda?”

Akhirnya aku bersuara juga, sebab sesak di dada tidak lagi kuat untuk kutahan. Demi mengurainya aku harus mengeluarkan sesuatu yang tertahan sejak kemarin.

“Pake nanya lagi kamu. Kamu itu sudah tua, udah pasti bakalan susah punya anak. Bisa-bisa anak saya gak punya keturunan lagi!”

Sarkas dan sangat menohok tapi juga tidak berperasaan. Dia adalah seorang wanita dan seorang Ibu, bagaimana mungkin lidahnya begitu ringan dan tajam mengatakan itu pada anak perempuan orang lain.

“Astaghfirullah Bu. Jangan mendahului kuasa Tuhan Bu!"

Tanganku sudah mengepal kuah di bawah meja, andai saja buka mertuaku, mungkin wajahnya sudah tak karuan kubuat.

"Bahkan saya baru satu hari menjadi istri Mas Fikri, ibu sudah berniat untuk menikahkan Mas Fikri dengan wanita lain! Apa sedikit saja ibu tidak kasihan pada saya Bu?”

Percuma saja itu bukan kata ajaib yang bisa menembus sisi kemanusiaan atau membuka mata hatinya. Yang ada aku semakin di buat tertekan dengan kalimat hinaan lainnya.

“Ngapain kasian sama kamu, harusnya kamu tolak lamaran anak saya. Beruntung banget kamu ya, perawan tua di nikahi anak saya. Harusnya kamu yang kasihan sama anak saya. Pasti akan susah punya anak kalau nikah sama kamu. Harusnya kamu mikir begitu!”

“Saya pasti akan hamil, dan memberikan cucu untuk Ibu, Bu. Percaya sama saya, saya masih produktif Bu."

Aku masih berusaha meyakinkan, dan tidak terlalu kasar dalam menjawab kalimat kasar dari ibu mertuaku sendiri. Dia seperti orang yang hilang akal dan naluri karena obsesi sebuah anak atau cucu.

Wajar menginginkan seorang cucu tapi berlebihan sekali jika menghalalkan segala cara dan memaksakan segala kehendaknya.

“Alahh gak percaya saya, kamukan sudah 32 tahun. Kalau kamu susah untuk punya anak, kasihan Fikri buang-buang waktu nunggu kamu hamil. Makanya lebih baik dari sekarang kamu ijinkan Fikri untuk menikah lagi atau kamu minta cerai aja dari Fikri kalau gak mau di madu."

Astaghfirullahaladzim. Keterlaluan!

“Cukup Bu! Saya mau makan, kenapa ibu sudah buat keributan pagi-pagi sih!”

Hanya kalimat itu yang bisa Mas Fikri ucapkan, dia bahkan tidak bereaksi berlebihan dengan keinginan ibunya yang gak masuk akal itu menurutku.

Dia bisa seperti memaklumi keinginan ibunya, dan tidak menganggap sakit hatiku sama sekali.

“Ya, makanya kamu nurut sama ibu. Sekarang kamu jadi suka bentak dan ngelawan sama Ibu ya,” ibu pergi meninggalkan meja makan.

Mas Fikri menyentuh tanganku, dia menatapku dengan sangat lembut.

“Maafkan ibu ya, tolong kamu lebih bersabar dan jangan di ambil hati."

Benar, suamiku ini sangat tidak bisa marah pada ibunya. Bahkan dia lebih memilih untuk aku bersabar dari pada menegur dan menasehati ibunya.

“Ya. Aku juga bukan malaikat yang gak punya dosa dan nafsu Mas. Aku juga bisa marah kalau terus-terusan di tekan dan di pojokan seperti ini."

Jawabku kesal, karena memang tidak ada pembelaan dari suamiku sendiri, tentu aku sedikit kecewa dengannya.

“Aku percaya kamu orang yang sabar."

Sebagai seorang laki-laki Mas Fikri memang sangat lembut dalam bertutur kata. Makanya aku bisa menerimanya dengan cepat, sebab perlakuan nya yang sopan juga sangat patuh kepada ibunya.

Tapi apa aku bisa bertahan dengan perlakuan ibu mertuaku yang selalu menekan psikisku. Bahkan baru satu hari aku menjadi menantunya, rasanya aku sudah stres dan akan gila.

Tidak kupungkiri aku memang sudah mencintai Mas Fikri. Tapi kalau ibu tetap memaksa Mas Fikri untuk menikah lagi, tentu aku tidak akan bisa menerima itu. Lebih baik aku memilih bercerai dengan Mas Fikri dari pada aku harus dimadu.

Setelah selesai memakan sarapan dan memakan hati pagi ini, Mas Fikri berangkat kerja. Seminggu sebelum menikah aku memang memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaanku atas permintaan Mas Fikri.

Awalnya aku sempat berberat hati, sebab pekerjaan dan jabatan yang kumiliki sekarang adalah sesuatu yang dulu aku perjuangkan dengan sungguh.

Tapi dengan alasan dan pandangan yang Mas Fikri sampaikan padaku. Membuat aku ikhlas untuk melepaskan pekerjaan itu.

“Sudah berangkat si Fikri?” tanya ibu yang tiba-tiba sudah ada di belakang ku.

Aku sedikit gugup karena kaget “Eh.. sudah Bu. Baru saja.”

Aku berusaha seramah mungkin pada Ibu. Walaupun sorot matanya tidak sedikitpun memancarkan perdamaian padaku. Mata itu selalu tajam layaknya elang yang mendapatkan mangsa dan siap menerkamnya.

Tapi aku masih ingat pesan Mas Fikri, untuk berusaha mengalah dengan ibu.

“Apa kamu sudah siap untuk 'di madu' sama Fikri?”

“Maksud ibu apa Bu?” pertanyaan ibu tak ku jawab, malah justru aku bertanya balik.

“Kamu masih pura-pura bodoh apa gimana sih. Saya gak bercanda dengan keinginan saya untuk Fikri menikah lagi."

Rasanya seperti berada di atas puncak gunung lalu terjun dan mati. Sudah susah-susah mendaki tapi mati sebelum menikmati keindahannya. Itulah yang kurasakan saat ini.

Bahkan aku belum merasakan atau menikmati keindahan dalam pernikahanku ini, tapi sudah ada wacana dan di paksa untuk memilih

‘berpisah atau dimadu’ pernikahan macam apa ini?

“Bu bersabarlah aku pasti bisa hamil. Rasanya terlalu cepat jika baru satu hari aku menjadi istri Mas Fikri. Ibu sudah memaksa ku untuk rela dimadu.”

Kembali kucoba untuk meyakinkan, dan meminta ibu untuk bersabar. Bahkan jika dalam waktu tiga tahun aku tidak kunjung hamil juga aku sendiri yang akan meminta Mas Fikri menikah lagi atau bercerai. Walaupun sebenarnya itu semua kehendak yang Maha Kuasa.

Tapi apa? Bahkan baru satu hari sudah dia paksa untuk membagi suami bahkan di ancam berpisah.

Sungguh tidak masuk akal sekali.

“Apa kamu bisa menjamin dalam waktu 1 bulan kamu bisa langsung hamil? Seandainya tidak hamil nunggu lagi sampai 1 tahun, kalau belum juga 2 tahun, 3 tahun dan seterusnya. Kelamaan makan waktu bukan? Usia kamu semakin tua pasti juga semakin sulit memiliki anak. Makanya lebih baik dari sekarang Fikri menikah lagi dengan wanita muda, yang sudah pasti masih produktif dan bisa cepat memiliki anak."

Sejauh dan seluas itu fikirannya memikirkan masa depan. Tapi terlalu dangkal dalam mengambil keputusan.

ibu masih saja teguh dalam mempertahankan keinginan nya yang tak berlogika dan berperasaan itu.

“Kamu kan pintar dan lebih tahu agama, pasti kamu juga tahu kan, kalau poligami tidak di larang dalam agama."

“Poligami memang tidak di larang Bu. Tapi bukan berarti seorang suami bebas untuk memiliki istri lebih dari satu tanpa alasan yang jelas.”

“Alasannya jelas kan, karena kamu sulit memiliki keturunan.”

"Aku baru menikah satu hari Bu. Bagaimana mungkin ibu bisa menyimpulkan aku sulit memiliki keturunan?"

"Apa kamu juga bisa menjamin kalau kamu akan segera memiliki keturunan?"

Selain tidak berperasaan ternyata ibu pandai juga bermain kata. Dia tahu bahwa tidak ada yang bisa menjamin tapi dia bertindak seolah keinginannya tepat dan terjamin sesuai dengan keinginannya.

"Kenapa ibu tidak tanyakan itu pada diri ibu sendiri? Apa dengan menikahkan Mas Fikri lagi, akan menjamin bahwa dia akan langsung hamil dalam waktu satu malam?"

"Paling tidak dia menikahi wanita yang masih muda usianya. Tidak setua kamu."

“Astaghfirullah Bu. Kenapa ibu tega sekali padaku.Apa yang salah dengan usia yang di berikan Allah kepadaku? Istighfar Bu."

Aku hanya bisa mengusap dadaku, agar tetap sabar dan tidak mengeluarkan kata-kata kasar pada ibu mertua yang masi aku hargai ini.

“Alah.. Istighfar, Istighfar. Gayanya paham agama, tapi mempersulit suami yang ingin punya keturunan "

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Bab 2

    "Fik, si Indah nanti mau datang, kamu jangan pergi kemana-mana ya," celetuk ibu pada Mas Fikri.Aku sempat terdiam penasaran siapa Indah?"Mau ngapain dia kesini? Aku gak ada urusan sama dia," jawab Mas Fikri, aku melihat ekspresinya yang memang terlihat acuh dan tidak peduli. "Kamu temuin aja dulu nanti, ibu rasa dia cocok sama kamu. Sudah cantik masih muda lagi."Uhuk ! Tiba-tiba saja Mas Fikri tersedak, aku membantu memberikan Mas Fikri minum. Sebenarnya akupun tak kalah kaget mendengar ucapan Ibu, tapi aku sudah terbiasa dengan watak ibu mertuaku. Dua minggu tinggal bersamanya sudah cukup membuat ku kebal telinga dan kebal mental."Ibu apa-apain sih! Jangan sembarang kalo ngomong. Maksudnya apa?" tegur Mas Fikri tak terima.Entah dia benar marah karena sampai sekarang sang Ibu masih kekeh untuknya menikah. Atau hanya sekedar kesal tanpa menganggap ucapan itu serius."Siapa yang sembarang ngomong. Ibu memang berniat untuk menjodohkan kamu dengan Indah."kali ini ibu benar-benar t

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Bab 3

    "Alah kamu ini lama-lama seperti istri mu ya Fik. Sekarang selalu membantah apa kata Ibu. Awas durhaka dan kualat kamu." "Aku tidak durhaka Bu. Masalahnya ibu menyuruh ku untuk sesuatu yang tidak bisa ku turuti.""Apa susahnya sih Fik, kamu tinggal menikah saja. Beruntung kamu dapet si Indah dia rela jadi istri kedua, masih muda, cantik dan baik lagi."Tidak pernah terbayangkan olehku sampai memiliki ibu mertua seperti ini. Apa dosaku sehingga ujianku seberat ini. Air mataku rasanya tidak tahan lagi ku bendung. Kalau biasanya aku bisa berusaha kuat dan tegar, tapi aku juga tetap wanita biasa yang mempunyai sisi lemah, jika batin dan mentalnya di serang terus-terusan. Rasanya aku lelah setiap hari selalu ada keributan antara ibu dan anak atau mertua dan menantu. Sunggu tidak ada kehangatan di keluarga ini.Apa memang Mas Fikri bukan jodohku. Kenapa rasanya seberat ini ya Allah. Bahkan usia pernikahan ku baru satu bulan, tapi aku benar-benar tidak kuat jika setiap hari harus mendengar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Bab 4

    Pagi-pagi aku sudah mendengar cekikikan dua wanita beda generasi itu bercengkrama di meja makan. Perempuan ini semakin hari, semakin tidak malu saja bahkan pagi-pagi sudah berada di sini."Eh Mba Yumna, baru bangun ya," sapa ramah Indah kepadaku. Aku hanya mengangguk malas merespon lebih. Perempuan ini juga harus di waspadai sepertinya dia juga ngebet ingin di nikahi Mas Fikri."Biasalah, jam segini baru bangun enak banget ya, bangun siang, ongkang-ongkang kaki di rumah nikmati gaji suami," Astaghfirullah ibu mertuaku ini kenapa mulutnya tajam sekali. Setiap pagi ada saja yang di bahas untuk menyudutkan ku. "Aku kan sudah masak dari subuh Bu. Badanku kurang enak, makanya selesai masak aku tiduran sebentar tadi,""Memangnya ini makanan bisa jalan sendiri kemeja makan, kalau gak di siapin. Mau sombong karena kamu sudah masak dan bangun subuh gitu? Kalau kerja itu jangan setengah-setengah, keliatan banget gak ikhlas nya, sengaja biar saya kerjain kan,""Jangan suudzon terus Bu. Coba se

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Istri atau Ibu ?

    "Yum, bagaimana keadaan Bu Salma, apa baik-baik saja?"pertanyaan para tetangga itu, membuat ku bingung. Memangnya apa yang terjadi pada ibu? "Maksudnya bagaimana Bu, saya gak ngerti?" jawabku jujur "Loh kamu ini gimana sih jadi menantu, masa gak tau kondisi mertuanya, tadikan ibu kamu pingsan di bawa ke rumah sakit sama Fikri pakai mobil si Indah," mataku membulat penuh, mendengar penuturan ibu tetangga. "Oh iya tadi saya lagi gak enak badan Bu, makanya gak ikut Mas Fikri," elakku, menutupi ketidaktahuan ku, aku tak ingin memperkeruh suasana jika mereka tau bahwa aku tidak di beri tahu saat Mas Fikri membawa ibu ke rumah sakit dengan Indah. Yang ada mereka semua semakin menceritakan ku. "Owalah, ya masa kamu biarin suami kamu pergi sama perempuan lain sih, gak takut apa?"sahut ibu yang lain. Aku hanya bisa tersenyum canggung "Saya percaya Mas Fikri Bu," "Jangan percaya-percaya banget atuh sama laki neng, kelihatan nya aja lugu kalem. Tapi kalau sudah khilaf mau bilang apa!

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Pertengkaran

    "Kamu gak papa?" panik Mas Fikri membawa ku untuk duduk di sofa. Aku menggelengkan kepala lemah. Memang aku masih merasa lemah dan kemas belum lagi kepala kadang suka kliengan"Wajah kamu terlihat pucat, kita ke dokter ya?""Tidak usah Mas, aku cuma butuh istirahat aja. Terus nanti minum obat juga sembuh," aku masih penasaran dengan apa yang terjadi pada Ibu."Ibu kenapa bisa masuk rumah sakit Mas?" terdengar helaan nafas kasar dari Mas Fikri."Ibu nekat minum cairan pencuci piring," manik hitam mataku membulat penuh, bahkan hamoir copot dari tempatnya mungkin sangking aku terkejutnya. "Maksudnya ibu mau bunuh diri?" "Iya. Mungkin seperti itu," "Apa ini semua salahku? Tapi kenapa harus menikah lagi? Bahkan pernikahan kita seumur jagung jugabelum ada. Aku yakin aku bisa hamil," suasana menjadi emosional saat ini. Aku tidak bisa mengontrol perasaan emosi yang mulai menguasai diriku."Mas juga sudah berulang kali meyakinkan ibu untuk bersabar tapi ibu tidak mau mengerti juga," keputus

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Penyesalan

    Aku memandang wajah suamiku dengan lekat. Di matanya, aku masih menemukan cinta, tapi juga keputusasaan yang membuatku semakin membenci keadaan. Air mataku jatuh tanpa suara, seperti jantung yang telah luruh sejak lama.Mas Fikri berdiri mematung, seolah-olah kata-kata ku menghancurkan nyawanya. Tangannya terulur, tapi ia tidak cukup kuat untuk menahan rasa duka seseorang yang ia cintai, seseorang yang ia tahu pantas mendapatkan lebih dari ini. Aku merasakan bahwa ia sangat tertekan, sama seperti ku.Aku mencoba memejamkan mata, tapi bayangan wajah wanita lain itu terus menghantuiku. Kata-kata Mas Fikri barusan berputar di kepalaku, seperti belati yang mengiris jantung perlahan.'ijinkan aku untuk menikahi Indah'Lima kata itu menggema, menyayat lebih dalam setiap kali terulang. Nafasku berat, dada terasa penuh. Aku terus menuntut penjelasan darinya, tapi sepanjang penjelasan nya tidak ada satupun yang mampu ku terima. Wajah tampan itu aku tatap dengan nanar, bukan lagi dengan cinta

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Perubahan Yumna

    Kalau biasanya meja makan sebagai tempat perdebatan kali ini sebagai tempat perbandingan antara menantu tua dan menantu muda. Aku pun bingung sebenarnya apa yang ku pertahankan dari rumah tangga yang sudah tak ada lagi kepercayaan dan cinta yang utuh ini.Kenapa aku tiba-tiba menyesali keputusan ku untuk rela berbagi? Besarnya cintaku pada Mas Fikri memang tak mampu membuat ku untuk membenci nya terlalu besar. Bahkan aku seperti nya tak akan bisa tertawa bahagia lagi di pernikahan ini. Tapi entah kenapa, setiap tekad ku bulat ingin pergi dari Mas Fikri ada setitik keraguan di hati kecil ku.Aku belum mengerti tentang perasaan ku sendiri, terang-terangan aku mengatakan membenci Mas Fikri, bahkan aku bisa memperlihatkan rasa ketidaksukaanku padanya.Tapi setiap dia tak lagi terlihat di pandangan ku aku merindukan nya, aku ingin memeluknya dan saat dia ada di dekatku mati-matian aku menolak dan membencinya, bahkan rasanya di sentuh olehnya membuat tubuh ku sangat kotor.“Wah, sup ini ena

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Hadiah Tak Terduga

    Di dalam toilet yang sempit, aku duduk di atas closet dengan lutut bergetar. Tanganku menggenggam alat tes kehamilan, sementara tangan kiriku menutupi mulut, seolah berusaha menahan napas yang semakin cepat. Dua garis merah.Jelas sekali. Aku hamil.Detik itu juga, duniaku terasa berhenti. Air mataku jatuh, tapi entah karena apa. Tangis bahagia? Mungkin. Tangis binasa? Lebih mungkin lagi. Di antara isakan kecil, aku menyentuh perut, tempat kehidupan baru mulai tumbuh. "Ya Allah,” bisikku parau, penuh rasa haru bercampur pedih. “Ini anugerah-Mu kan?”Namun, bayangan wajah suamiku muncul. Suamiku yang baru saja menikah lagi. Jantungku mencelos. Apakah suamiku akan bahagia dengan kabar ini? Ataukah kehadiran anak ini hanya akan menjadi bagian kecil dari dunia suamiku yang kini terbagi dua? Ah aku yakin suami ku pasti sangat bahagia, tapi entah mengapa rasanya aku tidak ingin membagi kebahagiaan ku ini.Aku tidak suka melihatnya bahagia berkali-kali lipat, sementara aku masih sangat kecew

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26

Bab terbaru

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Bab 14

    indah menoleh ke arah Yumna, merasa Fikri tiba-tiba saja menurunkan tangannya. Ia mencebik kesal, ternyata karena Yumna. Padahal ia tengah menikmati sentuhan lembut suaminya. "Kenapasih Mas, kamu kalau ada Mba Yumna selalu begitu, bagaimana juga aku kan istri kamu?" protes Indah akhirnya, sebab ia merasa kesal kegiatan romantis nya selalu terganggu bila ada Yumna, berbeda lagi saat di kamar, ia juga harus lebih aktif untuk menggoda Fikri terlebih dahulu, baru ia mau menyentuh nya."Bagaimana juga, aku harus menjaga perasaan istri ku. Saat aku bersama Yumna aku harus menjaga perasaan mu agar tidak bermesraan di depan mu, begitu pun sebaliknya. Aku hanya berusaha tidak menzolimi kalian," jujur Fikri bukan orang yang paham agama, tapi dia berusaha adil walaupun tak akan mudah. "Ya sama ngerti ajalah, kan sudah ada jatahnya masing-masing juga Mas," Indah masih tidak paham juga, sama saja mereka tidak ada yang paham tentang poligami,di fikiran mereka yang penting di beri nafkah dan berba

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Bab 13

    Aku menoleh sebentar menatap Mas Fikri yang berada di belakang ku, berusaha tak terkejut dan panik. "Memangnya kenapa harus ke dokter kandungan?"Aku penasaran, apa Mas Fikri menyarankan ku karena merasa curiga aku hamil atau hanya ingin aku segera hamil.Tapi mas Fikri menggeleng-gelengkan kepalanya kecil."Engga, Mas hanya merasa kamu akhir-akhir ini berbeda, tapi gak tahu apa."Mas Fikri tersenyum ragu, menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal"Mas cuma takut kamu sakit," ucapnya akhirnya Aku keluar dari toilet dan diikuti Mas Fikri di belakang"Kalau sakit, kenapa suruh ke dokter kandungan?"Jawabku sedikit kecewa. Aku takut jika kehamilan ku ini di ketahui tapi entah mengapa aku kecewa mendengar jawaban Mas Fikri.Sebab aku fikir Mas Fikri akan yakin aku bisa hamil secepat ini. Tapi dengan jawaban seperti itu berarti dia memang tak mengharapkan aku segera cepat hamil. Mungkin selama ini diapun percaya bahwa wanita yang terlambat menikah sepertiku akan sulit hamil dan memilik

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Antara Kecewa dan Rindu

    "Kamu pasti lelahkan Mas, ayo kamu istirahat dulu." ajak Indah .Sementara Fikri masih menatap punggung Yumna istri pertamanya yang hilang di balik pintu. Ia sangat lelah hari ini, padahal sejak di kantor wajah istri pertamanya lah yang paling ia rindukan.Pikirannya sudah membayangkan ingin segera merebahkan diri, menikmati ketenangan di rumah. Tapi sayangnya semuanya tak sesuai ekspektasi nya, sungguh menyesal pun tiada arti nya. Memiliki dua istri bukan hanya soal kemampuan materi, tetapi juga tanggung jawab besar yang menuntut keadilan, kebijaksanaan, dan pengelolaan emosi yang matang. Materi memang penting untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka secara adil, namun itu hanyalah salah satu aspek.Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan, seperti keadilan dalam sikap dan keputusan, Keseimbangan emosi, Komunikasi yang baik, kesehatan mental dan fisik terlebih dalam tanggung jawab moral dan agama. Diperlukan pemikiran yang matang, kesabaran, dan kesadaran bahwa keputusan ini tidak ha

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Mertua Julid

    "Apa in... " Deg ! Aku lupa menyimpannya di tempat aman, alat tes kehamilan itu hampir saja di sentuh Mas Fikri. Karena aku fikir Mas Fikri tidak akan masuk kekamar kami, sebab ini masih jatahnya bersama Indah. Ceroboh sekali aku, untungnya aku bisa bersikap tenang dan menyimpan benda itu sebelum Mas Fikri menyentuhnya."Bukan apa-apa, ini thermometer buat tau suhu tubuh aku, karena tadi aku merasa demam," elakku dengan sedikit senyum, agar Mas Fikri tak curiga.Mas Fikri menaikkan sebelah alisnya, mungkin dia sedikit merasa penasaran. Namun akhirnya dia bisa menerima alasanku."Boleh masuk?" suara di depan pintu mengalihkan pembicaraan kami. Alhamdulillah lirihku pelan, Indah datang di waktu yang tepat.Aku tersenyum mempersilahkan Indah untuk masuk."Mba Yumna gak papa?" tanyanya penuh perhatian, tapi apalah arti perhatian kalau status maduku sudah melekat padanya. Demi menghargai Mas Fikri dan perhatian nya aku harus tetap bersikap baik padanya."Tidak apa-apa, hanya sedikit lel

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Hadiah Tak Terduga

    Di dalam toilet yang sempit, aku duduk di atas closet dengan lutut bergetar. Tanganku menggenggam alat tes kehamilan, sementara tangan kiriku menutupi mulut, seolah berusaha menahan napas yang semakin cepat. Dua garis merah.Jelas sekali. Aku hamil.Detik itu juga, duniaku terasa berhenti. Air mataku jatuh, tapi entah karena apa. Tangis bahagia? Mungkin. Tangis binasa? Lebih mungkin lagi. Di antara isakan kecil, aku menyentuh perut, tempat kehidupan baru mulai tumbuh. "Ya Allah,” bisikku parau, penuh rasa haru bercampur pedih. “Ini anugerah-Mu kan?”Namun, bayangan wajah suamiku muncul. Suamiku yang baru saja menikah lagi. Jantungku mencelos. Apakah suamiku akan bahagia dengan kabar ini? Ataukah kehadiran anak ini hanya akan menjadi bagian kecil dari dunia suamiku yang kini terbagi dua? Ah aku yakin suami ku pasti sangat bahagia, tapi entah mengapa rasanya aku tidak ingin membagi kebahagiaan ku ini.Aku tidak suka melihatnya bahagia berkali-kali lipat, sementara aku masih sangat kecew

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Perubahan Yumna

    Kalau biasanya meja makan sebagai tempat perdebatan kali ini sebagai tempat perbandingan antara menantu tua dan menantu muda. Aku pun bingung sebenarnya apa yang ku pertahankan dari rumah tangga yang sudah tak ada lagi kepercayaan dan cinta yang utuh ini.Kenapa aku tiba-tiba menyesali keputusan ku untuk rela berbagi? Besarnya cintaku pada Mas Fikri memang tak mampu membuat ku untuk membenci nya terlalu besar. Bahkan aku seperti nya tak akan bisa tertawa bahagia lagi di pernikahan ini. Tapi entah kenapa, setiap tekad ku bulat ingin pergi dari Mas Fikri ada setitik keraguan di hati kecil ku.Aku belum mengerti tentang perasaan ku sendiri, terang-terangan aku mengatakan membenci Mas Fikri, bahkan aku bisa memperlihatkan rasa ketidaksukaanku padanya.Tapi setiap dia tak lagi terlihat di pandangan ku aku merindukan nya, aku ingin memeluknya dan saat dia ada di dekatku mati-matian aku menolak dan membencinya, bahkan rasanya di sentuh olehnya membuat tubuh ku sangat kotor.“Wah, sup ini ena

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Penyesalan

    Aku memandang wajah suamiku dengan lekat. Di matanya, aku masih menemukan cinta, tapi juga keputusasaan yang membuatku semakin membenci keadaan. Air mataku jatuh tanpa suara, seperti jantung yang telah luruh sejak lama.Mas Fikri berdiri mematung, seolah-olah kata-kata ku menghancurkan nyawanya. Tangannya terulur, tapi ia tidak cukup kuat untuk menahan rasa duka seseorang yang ia cintai, seseorang yang ia tahu pantas mendapatkan lebih dari ini. Aku merasakan bahwa ia sangat tertekan, sama seperti ku.Aku mencoba memejamkan mata, tapi bayangan wajah wanita lain itu terus menghantuiku. Kata-kata Mas Fikri barusan berputar di kepalaku, seperti belati yang mengiris jantung perlahan.'ijinkan aku untuk menikahi Indah'Lima kata itu menggema, menyayat lebih dalam setiap kali terulang. Nafasku berat, dada terasa penuh. Aku terus menuntut penjelasan darinya, tapi sepanjang penjelasan nya tidak ada satupun yang mampu ku terima. Wajah tampan itu aku tatap dengan nanar, bukan lagi dengan cinta

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Pertengkaran

    "Kamu gak papa?" panik Mas Fikri membawa ku untuk duduk di sofa. Aku menggelengkan kepala lemah. Memang aku masih merasa lemah dan kemas belum lagi kepala kadang suka kliengan"Wajah kamu terlihat pucat, kita ke dokter ya?""Tidak usah Mas, aku cuma butuh istirahat aja. Terus nanti minum obat juga sembuh," aku masih penasaran dengan apa yang terjadi pada Ibu."Ibu kenapa bisa masuk rumah sakit Mas?" terdengar helaan nafas kasar dari Mas Fikri."Ibu nekat minum cairan pencuci piring," manik hitam mataku membulat penuh, bahkan hamoir copot dari tempatnya mungkin sangking aku terkejutnya. "Maksudnya ibu mau bunuh diri?" "Iya. Mungkin seperti itu," "Apa ini semua salahku? Tapi kenapa harus menikah lagi? Bahkan pernikahan kita seumur jagung jugabelum ada. Aku yakin aku bisa hamil," suasana menjadi emosional saat ini. Aku tidak bisa mengontrol perasaan emosi yang mulai menguasai diriku."Mas juga sudah berulang kali meyakinkan ibu untuk bersabar tapi ibu tidak mau mengerti juga," keputus

  • Istri Pilihan Mertua Untuk Suamiku    Istri atau Ibu ?

    "Yum, bagaimana keadaan Bu Salma, apa baik-baik saja?"pertanyaan para tetangga itu, membuat ku bingung. Memangnya apa yang terjadi pada ibu? "Maksudnya bagaimana Bu, saya gak ngerti?" jawabku jujur "Loh kamu ini gimana sih jadi menantu, masa gak tau kondisi mertuanya, tadikan ibu kamu pingsan di bawa ke rumah sakit sama Fikri pakai mobil si Indah," mataku membulat penuh, mendengar penuturan ibu tetangga. "Oh iya tadi saya lagi gak enak badan Bu, makanya gak ikut Mas Fikri," elakku, menutupi ketidaktahuan ku, aku tak ingin memperkeruh suasana jika mereka tau bahwa aku tidak di beri tahu saat Mas Fikri membawa ibu ke rumah sakit dengan Indah. Yang ada mereka semua semakin menceritakan ku. "Owalah, ya masa kamu biarin suami kamu pergi sama perempuan lain sih, gak takut apa?"sahut ibu yang lain. Aku hanya bisa tersenyum canggung "Saya percaya Mas Fikri Bu," "Jangan percaya-percaya banget atuh sama laki neng, kelihatan nya aja lugu kalem. Tapi kalau sudah khilaf mau bilang apa!

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status