Beranda / Rumah Tangga / Istri Pesanan CEO / Welcome To New York, The City That Never Sleeps

Share

Welcome To New York, The City That Never Sleeps

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-04 11:31:20

“Kamu yakin ngizinin dia pergi?” tanya Aline ragu saat Raven memberitahu tentang keputusannya mengizinkan Kanya.

Raven menganggukkan kepalanya pelan tanpa berkata apa-apa. Raven terpaksa mengizinkan Kanya setelah berperang dengan batinnya sendiri. Andai saja bisa Raven tidak akan membiarkan Kanya ke mana-mana. Namun air mata perempuan itu dan ungkapan isi hatinya yang disampaikan dengan sesenggukan membuat batin Raven pilu. Meski selama ini Raven egois dan keterlaluan pada Kanya, namun ia masih memiliki hati nurani.

“Kalau Kanya pergi Ray gimana? Ray masih dua bulan lho, Rav! Dia masih ASI! Masih butuh banget perhatian dan kasih sayang dari ibunya.” Aline terus mengemukakan alasan demi alasan untuk membuat Raven membatalkan keputusannya.

“Kanya pergi hanya enam bulan. Aku rasa waktu segitu nggak terlalu lama. Tentang Ray terpaksa diurus baby sitter dulu. Lagian kan ada aku, ada kamu, ada Mama juga. Kita bisa sama-sama mengurus dan merawat Ray,” ucap Raven bijaksana.

Aline menyembunyik
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Pesanan CEO   Warisan Yang Mengecewakan

    Kanya menatap ke sekelilingnya begitu membuka pintu apartemen. Mereka baru saja tiba di sana setelah perwakilan pihak yayasan mengantar lalu menjelaskan dengan detail setiap bagian apartemen. Terdapat dua buah kamar di sana dengan dua kamar mandi yang masing-masing berada di dalam. Selain ruang tamu ada juga ruang keluarga serta ruang belakang yang langsung terhubung dengan dapur. Apartemen tersebut tidak terlalu luas untuk dipakai bersama. Namun cukup besar bagi mereka berdua.Apartemen yang Kanya tempati dengan Dita berlokasi di salah satu area strategis di Manhattan yang merupakan salah satu dari lima bagian kota di New York.Membuka pintu kamarnya, Kanya langsung menuju jendela. Ia berdiri di sana. Dari balik tirai pandangannya menembus jendela. Segalanya tampak kecil dari lantai tujuh belas tempatnya berada sekarang. Kendaraan aneka rupa yang berada jauh di jalan raya di bawahnya tampak bagai kotak-kotak kecil tak berguna yang dikelilingi oleh berbagai gedung pencakar langit.Tib

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Istri Pesanan CEO   Love Will Always Find You

    “Mama nggak percaya kalau itu isi surat warisannya.” Marissa menatap curiga pada Raven setelah mereka keluar dari ruangan pengacara. Tadi di ruangan tersebut mereka juga sempat bersitegang. Marissa merasa tidak terima karena tidak mendapat bagian.Raven yang mengerti maksud perkataan ibunya langsung membalas saat itu juga. “Jadi Mama curiga sama aku? Mama pikir aku yang mengubah isi surat warisan itu?”“Boleh jadi, agar kamu bisa menguasai semua harta papamu.”“Astaga, Ma! Setega itu Mama menuduhku.” Raven geleng-geleng kepala. Uang dan harta memang membuat manusia gelap mata. Bahkan seringkali menimbulkan pertikaian sesama keluarga.“Mama cuma heran, bagaimana mungkin papamu melewatkan Mama. Padahal Mama ini istrinya!” Marissa yang sakit hati melampiaskan kekesalannya pada Raven.“Ma, seharusnya dari awal Mama sadar kalau almarhum papa itu aneh. Masa untuk mengklaim warisan harus punya anak dulu. Tapi setelah aku merenung aku jadi tahu papa pasti punya beberapa pertimbangan. Dan me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Istri Pesanan CEO   Apa Hidup Memang Sebeecanda Ini?

    Kanya menolehkan kepalanya ke belakang mencari sosok pemilik suara yang menarik perhatiannya.Kanya hampir saja ternganga saat matanya bertemu dengan sosok itu. Begitu pun dengan lelaki yang sedang menelepon. Ia langsung mengakhiri panggilan dan menyimpan ponselnya.“Kanya!”“Davva!”Keduanya serentak saling memanggil dengan raut heran yang sama.Dua orang penumpang lift yang keluar membuat kotak itu terasa lebih lapang. Davva bergerak memajukan langkahnya kemudian berdiri di dekat Kanya.“Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya lelaki itu ingin tahu. Ia masih ingat saat terakhir bertemu dengan Kanya adalah di toko buku di Indonesia.“Ceritanya panjang. Tapi intinya Aku memenangkan lomba merancang busana untuk peserta kontes kecantikan. Dan sebagai hadiahnya aku dikirim ke sini untuk sekolah di Manhattan College of Fashion.” Kanya menjelaskan secara garis besar pada Davva.“Wah, congrats, Kanya. Kamu hebat,” puji Davva tulus sembari mengulurkan tangan pada Kanya.Kanya menyambut uluran

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Istri Pesanan CEO   Cinta Tidak Selalu Harus Berbalas

    Kanya sedang berbaring di tempat tidurnya dengan mata terpaku intens ke layar gawai yang sedang berada di dalam genggamannya. Kanya sedang melihat-lihat foto Ray. Padahal baru beberapa menit yang lalu ia selesai menghubungi Raven tapi Kanya merasa belum puas. Saat ditelepon tadi Ray baru akan tidur. Padahal baru jam delapan malam. Tadi Raven mengatakan padanya jika Ray tidur jam segini maka biasanya akan bangun tengah malam dan begadang sampai hampir subuh. Dari cerita Raven lagi Ravenlah yang mengurus Ray sendiri karena tidak tega membangunkan baby sitter mereka. Terbersit rasa bersalah di hati Kanya kala mengetahui ternyata kepergiannya menimbulkan banyak hal-hal yang tidak menyenangkan bagi orang yang ditinggalkannya. Seharusnya Kanyalah yang mengurus Ray dan menemaninya begadang, bukan Raven. Kanya jadi membayangkan pasti Raven terkantuk-kantuk keesokan paginya setelah semalaman tidak tidur. Kasihan juga Raven.Suara bel di depan sana membuat Kanya terkesiap. Mungkin Dita yang pu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Istri Pesanan CEO   Sinyal Yang Semakin Jelas

    Sejak pagi itu Kanya dan Davva bertambah dekat. Saat ada waktu luang Davva sering mengajak Kanya mengunjungi tempat-tempat wisata, pusat perbelanjaan, serta tempat makan ternama di New York. Seperti hari ini contohnya. Davva mengajak Kanya ke Central Park. Ini bukanlah kunjungan pertama Kanya ke sana. Sebelumnya Davva sudah mengajaknya dua kali ke sana. Dua bulan di New York Kanya sudah mengunjungi banyak tempat. Iya sudah dua bulan Kanya di sana. Selama itu pula Kanya sudah merasakan yang namanya hangout di Times Square, melihat patung Liberty, atau hanya sekadar mondar-mandir di Grand Central.Dari semua hal tersebut yang menjadi bagian favorit Kanya adalah bersepeda berdua dengan Davva melintasi Queensboro Bridge. Jembatan tersebut menghubungkan Long Island City di wilayah Queens dengan Upper East Side di Manhattan yang sama persis seperti kota Buda dan Pest di Hungaria yang dipisahkan oleh sungai Danube.Kanya sibuk memotret apapun objek yang tertangkap oleh lensa matanya ketika

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Istri Pesanan CEO   Kejutan Untuk Kanya

    Bulan ketiga di Manhattan.Pagi ini Kanya memaksakan diri untuk mengikuti kelas meskipun merasa badannya tidak terlalu sehat. Kanya mengingat kata-kata Davva dengan baik. Ia akan rugi jika tidak masuk sehari saja. Atas alasan itulah Kanya berada di kampusnya.Sudah sejak kemarin Kanya merasakan kondisinya kurang fit, namun seperti yang sudah-sudah Kanya menganggapnya biasa saja. Cukup dengan meminum pereda nyari biasanya semua rasa mengganggu itu akan menghilang dengan sendirinya. Tapi sepertinya hal tersebut tidak berlaku pagi ini. Kepala Kanya tetap terasa pusing dan berat.“Mending nanti kita ke rumah sakit, Nya,” kata Dita menyarankan begitu menyaksikan Kanya duduk dengan gelisah di sebelahnya.“Nggak usah,” jawab Kanya pelan dengan suara berbisik, khawatir jika akan terdengar oleh yang lain.“Tapi ini nggak bisa dibiarin lagi. Udah berapa hari coba kamu minum obat tapi nggak ada hasilnya. Tuh obat nggak ngefek apa-apa. Itu tandanya kamu harus berobat ke dokter, Nya.”“Ya udah, na

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Istri Pesanan CEO   Begitulah Cinta

    Kanya dan Davva refleks memandang ke arah pintu. Ia refleks terduduk untuk kemudian berdiri ketika tahu siapa yang datang. Begitu pun dengan Davva seketika bangkit dari lantai dan berdiri seperti Kanya.Kanya menggerakkan kakinya yang terasa begitu berat untuk menghampiri pintu. Tanpa perlu berkaca Kanya tahu sepucat apa wajahnya saat ini. Sedikit pun Kanya tidak menduga jika akan mendapat tamu yang tidak diundang di waktu dan tempat yang salah.***Seperti biasa jika sedang suntuk atau karena ada yang harus dikerjakannya Raven melarikan diri ke ruang kerjanya yang terletak di bagian sudut rumah dan agak tersembunyi.Raven sedang memeriksa laporan keuangannya, di mana pengeluarannya terlalu besar dibandingkan pemasukan.Uang warisannya sudah cair. Dan dengan uang itulah Raven mengaplikasikan ke setiap pos-pos pengeluaran. Dimulai dari kebutuhan perusahaan sampai untuk kebutuhan pribadi.Raven juga memenuhi keinginan Aline. Salah satunya adalah untuk pergi liburan ke luar negeri. Dari

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Istri Pesanan CEO   Cerai

    Hal pertama yang tertangkap oleh lensa mata Kanya setelah terjatuh tadi adalah sosok Davva yang sedang memandanginya dengan tatapan khawatir.Kanya mengernyit. Seingatnya tadi ia jatuh di lorong apartemen saat mengejar Raven. Tapi kenapa ia bisa berada di kamarnya?Kanya buru-buru bangkit dari berbaring. Ia harus segera bertemu dengan Raven dan meluruskan kepalahpahaman ini. Tapi belum sempat Kanya bergerak Davva menahannya.“Lepasin aku, Dav, aku harus ketemu Raven. Aku kangen sama Ray, aku pengen gendong Ray sebentar.” Davva menggelang tegas. “Jangan pergi.”“Kenapa aku nggak boleh pergi?” Kanya tidak tahu bagaimana ceritanya Raven, Ray dan Aline bisa berada di bawah langit yang sama dengannya. Tapi yang jelas mereka harus berjumpa.“Apa kamu nggak dengar tadi dia sudah menghina kamu? Apa masih belum cukup juga? Mau sampai kapan kamu membiarkan harga dirimu diinjak-injak?”“Raven hanya salah pengertian, Dav, jadi wajar kalau dia bersikap begitu. Dia hanya salah paham,” jawab Kanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06

Bab terbaru

  • Istri Pesanan CEO   Bicara Empat Mata

    Raven dan Aline serentak memandang ke arah Davva. Air muka Raven berubah seketika setelah mendengar ucapan laki-laki itu. Jadi mereka ke sini untuk membeli cincin nikah? Apa mereka akan menikah?Raven yang selama ini selalu tenang tidak kuasa menyembunyikan kegelisahan yang terlukis jelas di raut gagahnya.“Wedding ring untuk siapa? Siapa yang akan menikah?” Entah bagaimana tapi pertanyaan itu terlontar dari bibir Raven.“Kami yang akan menikah, aku dan Kanya.” Masih Davva yang menjawab.Raven memindahkan arah pandangnya pada Kanya seakan ingin meminta langsung penjelasan dari mantan istrinya itu. Raven ingin Kanya berbicara. Ia berharap Kanya menidakkan dan yang tadi didengarnya tadi hanyalah lanturan Davva saja.Kanya menundukkan kepala, tidak sanggup membalas tatapan Raven yang menghujamnya begitu dalam.“Kanya, apa itu benar? Apa kamu akan menikah?” Raven mengulangi pertanyaannya yang belum sempat Kanya jawab.“Kami memang akan menikah,” jawab Davva mewakili Kanya.“Aku bicara pad

  • Istri Pesanan CEO   Panasnya Hati Raven

    Setelah keluar dari rumah, Davva langsung mengajak Kanya pergi. Kanya diam membeku di sebelah Davva. Peristiwa yang dialaminya barusan sangat mengguncangnya. Tuduhan keluarga Davva membuatnya lebih dari terhina.“Kanya …”Kanya diam saja saat Davva menyentuh pundaknya.“Jangan dimasukin ke hati ya kata-kata Mama tadi.”Larangan Davva sangat mengusik Kanya. Bagaimana mungkin Kanya tidak memasukkan ke hati? Toh Kanya adalah manusia yang memiki perasaan. Jika yang dulu-dulu Kanya masih bisa menahannya, tapi sekarang tidak lagi. Mereka sudah kelewatan. “Aku bukan robot, Dav. Aku punya hati. Nggak mungkin aku nggak tersinggung sedangkan keluarga kamu menuduhku yang bukan-bukan,” lirih Kanya sembari menaikkan tangan mengusap matanya. Bulir-bulir air bening itu kembali meluncur.Merasa masalah ini tidak bisa dibicarakan sambil menyetir, Davva menepi lalu berhenti di tepi jalan. Davva beringsut memiringkan duduknya mengarah pada Kanya.“Aku tahu kata-kata Mama sangat keterlaluan dan membuat

  • Istri Pesanan CEO   Aku Sudah Meniduri Dia

    Rupanya dugaan Kanya terbukti benar. Tidak salah lagi. Ia akan mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari keluarga Davva. Sejujurnya Kanya merasa sangat sedih atas hinaan yang diterimanya. Tapi Davva yang mencintainya membuat Kanya memiliki keberanian untuk maju. Jika Davva saja tidak mempermasalahkan keadaannya, kenapa ia harus ambil pusing pada perkataan orang lain?Berdeham, Kanya membuka suaranya. “Maaf, Bu, mungkin saya akan terkesan tidak sopan di mata Ibu. Tapi saya tahu diri. Saya sadar kondisi dan keadaan saya. Menurut Ibu saya tidak pantas untuk Davva. Tapi tentang uang dan harta saya sama sekali tidak menginginkannya dari Davva. Saya punya pekerjaan dan saya cukup mapan. Masalahnya, Davva yang mengejar-ngejar saya. Saya sudah tolak berulang kali, tapi Davva tidak mengerti. Davva tetap ingin saya menerima cintanya. Jadi menurut Ibu apa ini adalah kesalahan saya?” Kanya tidak tahu entah dari mana memiliki keberanian untuk bicara selugas itu. Namun ia berhasil membuat perempua

  • Istri Pesanan CEO   Menghadapi Keluarga Davva

    Ada yang mengatakan bahwa cinta akan datang karena terbiasa. Itu pula yang kini ditanamkan Kanya pada dirinya. Ia mencoba untuk percaya bahwa nanti setelah terbiasa bersama maka cinta akan tumbuh dengan sendirinya. Oleh sebab itulah Kanya mencoba membuka pintu hatinya yang tertutup untuk Davva. Mungkin jika bukan sekarang, cinta akan tumbuh di hatinya suatu saat nanti.“Lagi ngelamunin apa, Nya?” Suara yang baru saja didengarnya membuat Kanya menoleh ke sebelah. Lensa matanya mendapati Davva sedang menyetir di sampingnya. Saat ini Davva dan Kanya sedang berada di dalam perjalanan menuju rumah orang tua Davva.Davva mengajak Kanya ke sana. Mereka akan berbicara face to face bertiga. Davva bermaksud menyampaikan niatnya untuk menata hubungan yang lebih serius dengan Kanya.Kanya tersenyum lalu menggelengkan kepalanya pelan. “Nggak ngelamunin apa-apa.”“Yakin? Kalau nggak ngelamun kenapa dari tadi kamu hanya diam?”“Aku agak grogi,” jawab Kanya berterus terang. Mendatangi rumah orang t

  • Istri Pesanan CEO   Berjuanglah Bersamaku

    “Rav, aku kepikiran deh buat jodohin Ray dan Lavanya.”Celetukan yang berasal dari mulut Aline itu sontak membuat Raven mengangkat mukanya lalu memindahkan pandangannya pada istrinya itu. “Jodohin apa maksud kamu?” Alis Raven bertaut..“Ya dijodohin. Mereka kan nggak ada hubungan darah apa-apa. Daripada sama orang lain mending Ray sama Lavanya. Dia kan anak kita juga. Lagian aku lihat kalau kecilnya aja udah cantik gimana gedenya.”Raven geleng-geleng kepala mendengar ide Aline. Ray belum berumur dua tahun tapi pikiran Aline sudah ke mana-mana.“Mereka masih kecil tapi kamu mikirnya udah kejauhan.”“Sekarang mereka memang masih kecil tapi anak-anak gedenya nggak berasa lho, Rav. Tau-tau udah SMU, tau-tau udah kuliah, tau-tau udah tiga puluh tahun.”Raven diam saja, tidak menanggapi ocehan Aline. Ia kembali menekuri english breakfast-nya.“Aku pikir nggak ada salahnya kita rencanakan masa depan mereka sejak sekarang. Kita jodohin mereka dari kecil jadi dewasanya nggak akan ke mana-man

  • Istri Pesanan CEO   Berjuang Sendiri

    Kanya mulai berpikir untuk mencari pekerja baru di butiknya mengingat makin ke sini Monique semakin ramai sehingga ia dan Dita juga semakin kewalahan. Belum lagi Kanya juga harus mengasuh Monic yang sedang aktif-aktifnya.Kanya juga sedang mempertimbangkan rencananya untuk pindah ke butik dan memberikan kembali apartemen yang ditempatinya selama ini pada Davva. Pelan-pelan ia akan mengembalikan segala pemberian Davva padanya. Bukan sekaligus tapi bertahap. Karena Kanya juga tidak akan mampu mengembalikan semuanya secara langsung.Dan tentang Davva sendiri sudah beberapa hari ini Kanya tidak pernah lagi bertemu dengannya. Lebih tepatnya sejak di rumah sakit. Entah karena Davva masih sibuk mengurus mamanya atau mungkin karena pelan-pelan pikirannya mulai terbuka dan menyadari bahwa hubungan mereka tidak mungkin dilanjutkan. Apapun itu Kanya mensyukurinya.Beralih pikiran dari Davva, pandangan Kanya lalu tertuju pada Monic yang sedang main sendiri. Perasaan sedih terbersit di hatinya men

  • Istri Pesanan CEO   Hidup Bukan Tentang Aku, Kamu, Dan Cinta

    “Kanya! Tunggu dulu, Nya!” Davva berseru keras memanggil Kanya yang berjalan beberapa meter di depannya sambil menggendong Monic.Semakin dipanggil Kanya melangkah semakin cepat hingga Davva terpaksa mengejarnya agar tidak ketinggalan terlalu jauh.Davva akhirnya berhasil menangkap lengan Kanya, lalu mensejajarkan langkah dengan perempuan itu.“Eh, Dav,” kata Kanya seakan tidak terjadi apa-apa. Ia terpaksa menahan kakinya demi meladeni Davva bicara dengannya.“Kamu jangan salah paham dulu, Nya, kasih aku kesempatan untuk menjelaskannya.”“Apa yang mau dijelaskan, Dav?” Kanya masih menjaga ketenangan sikap meski ada sebagian diri yang terluka.“Tentang yang kamu dengar tadi, Nya. Aku harap kamu nggak salah paham.” Sungguh, Davva tidak ingin jika Kanya jadi salah mengartikannya. Ingin marah pada Wanda tapi wanita itu adalah ibu kandung tempat dirinya berasal.“Yang mana ya, Dav?”“Tentang Shella. Dia sama sekali nggak ada hubungan apa-apa sama aku. Dia anak sahabatnya Mama.” Davva berus

  • Istri Pesanan CEO   Terhina

    “Lagi sibuk banget ya, Dav?”Kanya menatap lekat layar gawainya sampai menggelap sendiri. Ia baru saja mengirim pesan pada Davva. Sudah beberapa hari ini Davva menghilang tanpa berkabar pada Kanya. Sikap Davva tersebut tentu saja membuat Kanya cemas. Dulu Davva juga pernah hilang-hilang timbul seperti ini. Hal itu terjadi cukup lama sebelum akhirnya Davva kembali muncul ke kehidupan Kanya.Ting!Denting dari notifikasi ponselnya membuat Kanya terkesiap. Pandangannya lalu turun pada ponsel yang berada dalam genggamannya. Ada balasan pesan dari Davva yang sejak tadi dinantinya.“Sorry baru ngabarin sekarang, aku lagi di rumah sakit, Nya. Mama sakit.” Tidak ada emoji atau emoticon dalam pesan yang Davva kirim. Tapi Kanya bisa merasakan getar kekhawatiran di sana. “Mama sakit apa, Dav?” tanyanya kemudian membalas pesan tersebut.Lama Kanya menanti balasannya sampai pesan kedua dari Davva kembali masuk ke ponselnya.“Hipertensi.”“Mama dirawat di rumah sakit mana, Dav?”Davva membalasny

  • Istri Pesanan CEO   Aku Sudah Punya Kekasih

    “Hueek … hueeek ... hueeek ..."Suara itu menggema di kamar. Kanya terhuyung. Tidak hanya merasa pusing tapi ia juga muntah sekarang. Melihat Kanya hampir saja terjatuh, Davva dengan sigap menangkap tubuh Kanya. Di saat yang sama Kanya mengeluarkan lagi muntahan dari perutnya dan mengenai baju Davva.“Sorry, Dav,” ucap Kanya tidak enak hati.“Nggak apa-apa,” jawab Davva pengertian. Ia membuka bajunya yang ternoda kemudian menuntun Kanya ke kamar mandi untuk muntah di sana.Kanya memuntahkan isi perutnya sedangkan Davva memijit tengkuknya, memperlakukan perempuan itu sebagaimana yang dilakukan orang-orang pada biasanya.Setelah tidak ada lagi yang bisa dikeluarkannya Kanya membersihkan mulut dan mukanya dengan nafas sedikit sesak.“Hamilnya nggak akan seekspres ini kan, Dav?” celetuk Kanya ketika Davva menggandengnya keluar dari kamar mandi.Tawa Davva berderai. “Iya kali, Nya, bikinnya baru tadi malam tapi paginya udah langsung jadi.”“Terus kenapa aku jadi muntah-muntah begini?”“It

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status