Entah bagaimana ucapan Revanov masih terngiang di pikiranku, sampai aku tidak bisa fokus dengan apa yang di sampaikan Countess Afrina sekarang. Apa sih yang dia maksud dengan berkata seperti itu. Padahal kami sudah memperjelas hubungan ini untuk saling menguntungkan saja, apa dia pikir aku akan menghianatinya jika kami bercerai? "Nona, apa yang sedang Anda pikirkan?" tanya Countess yang membawaku kembali pada kenyataan. "Ah, maafkan saya Countess. Kepala saya terasa pusing, apa kita bisa tunda kelasnya dulu?" Dia meletakkan bukunya dan menghampiriku, di tepuknya pundakku satu kali seolah memberikan semangat. "Anda pasti sangat terkejut, saya tidak menyangka Danis akan melakukan hal seperti itu. Apa anda mau kelasnya kita liburkan dulu?" ucapnya setengah berbisik. Dari luar ruangan juga terdengar suara para pelayan yang sedang membicarakan kejadian Danis dan rencana pembunuhan yang dilakukannya kepadaku. Sungguh, sebenarnya aku tidak menyangka kalau setelah kejadian itu akan ada ba
Sore hari saat di rumah pengrajin.Ketika tiba disana orang-orang menyambutku dengan sangat senang bahkan mereka yang dulu melihat buruk padaku sekarang pandangannya mulai melunak terutama Fleur."Selamat datang, Nona," sambutnya dengan wajah ceria. Kulihat dia menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya dan nampak malu akan sesuatu."Terima kasih Tuan. Apa ada yang ingin anda sampaikan?" tanyaku begitu melepas tudung yang kugunakan untuk menutup wajah.Aku pergi kesini diam-diam setelah berhasil lepas dari pengawasan Marquis dan Revanov. Mereka masih sibuk membicarakan tentang pernikahan, apalagi Revanov dia terlihat sangat bersemangat."Itu ... saya ingin meminta maaf karena sudah bersikap buruk pada Anda sebelumnya.""Ah, tidak apa-apa. Aku juga sudah melupakannya."Wajahnya menjadi semakin sumringah dia hampir saja memelukku karena reflek jika tidak di tahan oleh Alfonso yang sudah berdiri di belakangnya."Kembali bekerja Fleur, ada banyak pesanan yang menantimu. Maaf membuatmu menu
"Kau datang cepat sekali."Aku beranjak dari ranjang untuk menghampirinya. Dia baru saja membuang bunga yang di bawanya dan melepaskan jubah yang penuh dengan darah. Bau anyir menyeruak dari jubahnya hingga memenuhi ruangan. "Karena aku ingin mendengar rencana apalagi yang ingin kau buat," jawabnya dengan santai. "Bukankah kau meminta informasi tentang putri tunggal Viscount Valerian." Kuberikan berkas yang ada di laci padanya. "Itu adalah data pribadinya, dia juga mengirimkan surat padaku untuk menghadiri pesta minum tehnya." "Kau benar-benar bisa banyak hal." Dia merebahkan diri diatas sofa tanpa mempedulikan tentang darah yang bisa saja menempel disana dan mulai membaca dengan santai. Sampai sekarang aku masih belum tahu tujuan aslinya meminta berkas-berkas seperti itu. "Apa yang akan kau lakukan pada mereka?" "Kau akan segera tahu," jawabnya bahkan tanpa menoleh sedikitpun padaku. Melihatnya terus berada di sini kupikir pria gila itu tidak mempunyai pekerjaan ataupun rasa t
Pagi ini Marquis memanggilku ke ruang kerjanya untuk membereskan masalah kematian Danis. Dia memberiku beberapa berkas tentang penggelapan dana yang terjadi di penginapan."Aku tidak menyangka anak itu akan menusukku dari belakang," ucap Marquis padaku."Saya juga Ayah. Tapi apa yang akan ayah lakukan pada kedua orang tuanya?""Mario dan Sillia tidak akan di hukum berat karena itu murni perbuatan anaknya, mereka akan memberikan kompensasi pada kita."Marquis memegangi kepalanya dan memijat pelan, itu adalah kebiasaan yang dia lakukan ketika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya. "Lalu, apa ayah sudah menemukan pembunuh itu?" Dia menggeleng pelan. "Masih belum ada petunjuk lagi, aku sudah bekerja sama dengan Duke Arcelio untuk mencarinya, mungkin saja setelah ini akan ketahuan siapa pelakunya.""Tuan Duke pasti kesulitan karenaku. Kalau saja aku bisa membela diri, kalian tidak akan perlu sampai seperti ini.""Meskipun kau bisa bela diri, kejadian seperti ini harus terus di seli
Marquis terlihat kebingungan dengan permintaan Alfonso. Tentu saja menyerahkan tanggung jawab proyek ini padaku akan membuatnya kesulitan memanipulasi data dan berkas seperti yang biasa dia lakukan pada bisnisnya yang lain.Aku juga baru tahu tentang kelicikan Marquis setelah menerima berkas salinan pemberian Sillia semalam. Dia melakukan tugasnya dengan sangat baik selama empat hari ini."Apa ayah masih belum bisa percaya padaku?""Bukan seperti itu Putriku, karena kau baru saja masuk ke dunia bisnis mungkin ini akan sedikit sulit.""Aku 'kan bisa belajar dari Ayah dan juga ada Countess Afrina yang bisa membantuku. Aku juga ingin membantu temanku Ayah, rasanya pasti menyenangkan jika bekerja dengan orang yang kita kenal dekat."Mendengar permintaanku Marquis terlihat berfikir sejenak sebelum memberikan jawabannya. "Haaah. Baiklah, jika kau kesulitan tanyakan saja padaku.""Terima kasih Ayah!"Akhirnya kesepakatan berhasil di buat dan kulihat Marquis dengan setengah hati menuliskan n
Angin malam menerpa wajahku dengan lembut begitu aku berhasil menyelinap keluar. Seperti yang dijanjikan oleh Revanov, dia akan menungguku di bukit belakang.Perlahan kukeluarkan Lily dari kandangnya dan menunggangi kudaku melewati hutan yang gelap. Beruntung cahaya bulan sedikit menerangi jalanku.Kuhentikan kudaku saat bayangan hitam keluar dari balik pohon besar. "Kenapa lama sekali?" tanya Revanov begitu melihatku."Karena Marquis sudah meningkatkan keamanan jadi sedikit sulit untukku keluar. Sekarang tunjukkan jalannya.""Kau tidak sabaran sekali ya.""Apa kau baru tahu?" "Baiklah, ikuti aku!"Perlahan kami bergerak kembali memasuki hutan, suara binatang-binatang malam mulai terdengar hingga membuat aku merinding. Sembari mengikuti Revanov tanganku meraba-raba saku tempatku menyimpan belati pemberian Countess Afrina.Dia membawaku ke tempat yang sepi, bukannya aku ingin berfikiran negatif tentangnya tapi ini hanya untuk jaga-jaga saja."Kenapa kau malam membawaku ke tempat sepe
Pertemuan dengan Grisa memberiku semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini kupendam. Grisa menggengam kedua tanganku dengan erat dan menatap lurus padaku sebelum kami berpisah. "Aku akan kembali ke ibukota, mampirlah dengan suamimu jika kau sudah disana dan tolong jangan memaksakan diri," ucapnya. Dia terlihat mengkhawatirkanku tapi apa sekarang aku harus peduli? Pada akhirnya aku hanya memberikan senyuman sebagai jawaban. "Apa kalian sudah selesai? Kita harus segera kembali," seru Revanov dari luar. "Aku harus segera kembali, sekali lagi terima kasih Grisa." Dia memelukku untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya aku keluar dan menemui Revanov. Pria itu masih bersandar pada pohon tempat kami mengikat kuda. Dia melipat kedua tangannya di dada dan melirikku begitu menyadari pintu terbuka. "Sudah selesai?" tanyanya. "Ya, ayo kita kembali." "Kau punya masalalu yang menarik." Dia melepaskan tali yang terikat dan membawa kedua kuda itu di hadapanku. Malam semakin laru
Beruntung keluarga kerajaan yang datang adalah pangeran Bian bukannya putri Amelia. Setidaknya aku bisa bernafas lega dan sekarang tubuhku sudah lebih baik setelah beristirahat."Apa ada surat lain yang datang padaku, Hilda?" tanyaku pada pelayan pribadiku yang baru.Dia berhenti dari kegiatannya membersihkan kamarku lalu menggelengkan kepala. "Tidak ada Nona. Tapi tadi pagi ada seorang pelayan pria yang mencari Anda. Siapa ya namanya....""Andre?" tanyaku mencoba menebak karena dia sepertinya masih kesulitan untuk mengingat semua orang yang ada di kediaman ini."Ah! Benar, dia bilang ada yang ingin di sampaikan pada Anda.""Bisa panggilkan dia sekarang?""Baik Nona."Jika itu Andre, berarti ada surat yang datang dari Alfonso, karena aku menugaskannya untuk menjadi perantara surat menyuratku dengan pria itu.Kulihat dari balik jendela kereta kuda kerajaan perlahan pergi meninggalkan rumah ini. Padahal aku juga ingin segera pergi dari tempat ini tapi jika pergi begitu saja, rasanya ada
Sehari sebelumnya."Apa kau yakin Kinsey bekerja sama dengan Gabriel? Bukankah tidak ada alasan untuk Kinsey bekerjasama dengan orang seperti itu?" Tanya Bian sembari menandai beberapa ttitik di peta yang dia temukan.Kemungkinana untuk keluarga Kinsey bekerjasama dengan Gabriel sangatlah kecil terlebih mereka adalah keluarga yang selalu mencoba menghindari sekandal. Itulah sebabnya Amelia tidak terlalu memperlihatkan kedekatan dirinya dengan mereka karena resikonya begitu besar."Tidak ada satupun kemungkinan untuk mereka bekerjasama dengan Gabriel, Rev." Tambah Bian.Sedangkan pria itu memilih tidak menjawab pertanyaan temannya dan mempelajari peta untuk mengingat beberapa titik yang mungkin bisa mereka gunakan untuk menyelamatkan Cecilia. Dia bersandar pada meja dan mulai menjelaskan sedikit kemungkinan yang tengah dia pikirkan."Bukankah kita tahu bahwa Amelia bekerja sama dengan Kinsey, adikmu itu juga bekerja sama dengan Gabriel," jelas Revanov."Lalu apa hubungannya? kau pikir
Sudah berapa lama aku ada disini, semua yang kulihat hanyalah kegelapan dan secercah cahaya dari lilin yang di bawa oleh Marquis. Apa aku benar-benar sudah di campakan oleh Revanov. Kenapa berisik sekali di luar? "Kau sudah bangun rupanya," ujar seseorang yang suaranya terdengar tidak asing, dia berdiri di hadapanku dengan jubah yang menutupi wajahnya namun tidak bisa menyembunyikan betapa kuatnya aura keberadaan manusia satu ini."Gabri ... el?""Oh, kau mengenaliku." Dia menyingkap tudung yang menyembunyikan wajahnya. "Sudah kuduga Revanov memilih wanita yang tepat untuk kujadikan umpan. Lihatlah dia dengan bodohnya melawan para monster itu. Heh, dia tidak pernah berubah karena itulah dia akan tetap kalah," jelas Gabriel dengan senyum sinis di wajahnya."Monster?" "Kau baru bertanya sekarang?" Ujarnya dengan tawa yang menggema.Apa itu berarti selama ini aku sedang ada di hutan selatan? Tapi bagaimana bisa itu terjadi?! Sial, pikiranku menjadi semakin sulit mencerna apa yang terja
Pandangan yang buram, suara tetesan air yang jatuh adalah satu-satunya hal yang menemaniku disini dan membuatku tetap tersadar bahwa aku masih hidup. Sudah berapa hari aku ada disini aku tidak tahu, yang pasti adalah orang-orang itu sesekali datang menemui untuk melampiaskan amarah mereka seperti saat ini."Kau sudah gila? Bagaimana jika Tuan Gabriel tahu tentang hal ini?" tanya seorang pria dengan suara seraknya pada Marques."Gabriel? Ha! Apa maksudmu? Dia anakku jadi aku bebas melakukan apapun," jawab Marquis dengan nada mengejek.Akupun tidak tahu pasti apa yang sedang mereka bicarakan ataupun rencanakan, tapi Gabriel? Bukankah dia kakak Revanov, kenapa mereka tiba-tiba membawa nama itu. "Ack!" rintihku saat Marquis lagi-lagi menendangku dan menjambak rambutku."Lihatlah! Anak pembawa petaka ini! Dia yang membuat bisnis kita bangkrut!" ujar Marquis dengan nada geram sebelum kembali menjatuhkan tubuhku.Sudah berapa lama aku seperti ini, semuanya membuatku kembali mengingat kenang
Tidak ada satupun yang berhasil kuingat saat tak sadarkan diri setelah acara minum teh bersama Putri Amelia dan sekarang aku sudah berada di sebuah tempat yang sangat asing. Tanpa ada seorang pun di sampingku, kedua tanganku terikat termasuk kakiku dan saat itu aku baru sadar bahwa semua ini mungkin adalah rencana dari Amelia. Bagaimana bisa dia menculikku bahkan saat aku ada di kediamanku sendiri. "Revanov? Apa itu kau?" Sialnya suaraku juga seolah hilang, tak butuh waktu lama karena setelah aku terbangun sebuah bayangan menghampiriku di dalam ruangan yang gelap ini, dia membawa sebuah lentera di tangannya. "Kau sudah bangun? Putriku?" Deg! Jantungku berhenti berdetak untuk beberapa saat mendengar suara yang begitu familiar. Dan apa yang kulihat sekarang benar-benar di luar perkiraanku, aku lengah ketika berfikir sudah berhasil menghancurkannya. Pria tua itu sudah berdiri di hdapanku dengan sebuah benda pisau di tangan yang satunya. "Marquis?" "Apa kau merindukan Ayahmu ini?" t
Entah Seperti yang di katakan melalui surat bahwa Putri Amelia akan datang berkunjung. Ternyata dia langsung datang hari ini dengan membawa beberapa pengawal dan pelayannya."Salam untuk matahari Avalon," sapaku bersamaan dengan Revanov yang juga menyambutnya."Terima kasih atas sambutan hangat kalian, tapi kudengar Duches sedang sakit. Apa tidak masalah jika anda pergi keluar seperti ini?" tanya Amelia.Dia memberikan isyarat pada salah satu pelayannya untuk memberikan sebuah mantel padaku."Anda harus menjaga suhu tubuh saat berada di Arcelio, tempat ini lebih dingin dari daerah-daerah lainnya," jelas Amelia begitu menempatkan mantel tadi padaku."Terima kasih Yang mulia," ucapku.Apa ini perasaanku saja atau memang ada sesuatu yang salah disini? Dia berkata seolah dirinya yang paling tahu tempat ini bahkan dia juga memberikan beberapa mantel kepada pelayan yang ikut menyambutnya."Kuharap kalian juga bisa bekerja lebih nyaman disini," ucap Amelia begitu memberikan mantel-mantel tad
Pada akhirnya aku tidak bisa menemui Alfonso sampai aku tiba di Arcelio. Orang-orang di kediaman itu membuat keributan setelah melihat luka yang ada pada tubuhku.Padahal aku sudah mencoba menyembunyikannya sebisa mungkin tapi ternyata bekasnya lebih parah dari yang kukira."Fred, aku menunggu penjelasanmu nanti," ujar Revanov pada Frederick begitu melihatku kembali dengan badan penuh lebam.Frederick hanya mengangguk hormat dan dengan cepat memanggil tabib untuk mengobatiku. Sedangkan Revanov kini menatap tajam padaku, lebih tepatnya pada luka lebam yang ada di pipiku."Kenapa?" tanyaku karena dia tak kunjung bicara namun malah mengepalkan tangannya."Tidak apa-apa, masuklah kau harus segera di obati," ucapnya."Iya, tapi kau mau kemana?"Kupikir dia akan mengantarku masuk untuk diobati tapi ternyata malah meminta seorang pelayan untuk menyiapkan kudanya. Dia nampak terburu-buru, apa mungkin urusan dengan orang yang mengaku sebagai kakaknya itu belum selesai?"Aku akan segera kembali
Setelah tubuhku di pontang pantingkan oleh Marquis sebagian baju yang kupakai akhirnya robek dan ada banyak bekas goresan di sekujur tubuhku. Meskipun aku tahu bahwa dia sangat marah tapi apa memang harus sampai seperti ini? Tidak ada yang bisa kulakukan selain menerima semua serangannya."Kau hanya anak bodoh yang tak berguna!" serunya tiap kali menjambak rambutku."Tapi kenapa kau menggunakan aku sebagai jaminan perjanjian itu?"Plak!!Bekas tangannya pasti sangat kentara di wajahku. "Harusnya kubiarkan saja kau di jalanan saat itu. Dasar putri tidak tahu diri. Kau sudah kubiarkan hidup harusnya kau berterima kasih bukannya malah mengkhianati ayahmu seperti ini!""Lihat siapa yang berbicara sekarang, anda mengatakan saya berkhianat? Lalu anda sebut apa perlakuan yang anda lakukan pada ibu saya?!""Berhentilah mengelak! Itu karena ibumu saja yang tak mau mengerti keinginan suaminya. Harusnya dia tahu bahwa menuruti perkataan suami itu hal yang harus dilakukan.""Haha..."Tanganku y
Malam telah larut ketika aku dan Revanov kembali ke kediaman Arcelio. Kami membahas tentang pengembangan wilayah sebentar sebelum tidur.Kali ini sudah kupikirkan dengan matang bahwa besok aku akan memenuhi panggilan Marquis, apalagi pria tua itu sudah mulai mengancamku melalui surat-suratnya. "Kurasa kau menyukai hadiahku ya, Ayah," gumamku pada langit-langit kamar.Kamar ini sengaja di buat sedikit redup karena aku yang memintanya, kupikir cahaya bukanlah hal yang cocok untukku. Dan kegelapan akan membuatku terus tersadar tentang apa tujuanku sebenarnya.Tidak ada cahaya yang benar-benar hadis di hidup ini, sekarang yang bisa kulakukan hanyalah berfokus pada pembalasan dendam.******Suara telapak kaki kuda mengiringi perjalananku menuju Magrita, tak kusangka akan secepat ini kembali ke tempat itu.Revanov tidak membiarkanku pergi sendirian karena dia mengirimkan Frederick untuk pergi bersamaku."Dia pasti sangat mempercayaimu sampai memberikan tugas seperti ini," ujarku pada Frede
Ke esokan harinya aku keluar bersama dengan Revanov untuk melihat kondisi para penduduk, Meskipun tempat ini sangat dingin ta[i aku senang melihat banyak orang yang maih mau tinggal disini. Kulihat perdagangan disini berjalan dengan lancar lalu penyupaian bahan pangan juga berjalan dengan baik. "Selain tambang, sumber penghasilan di Arcelio ada apa saja?" tanyaku pada Revanov yang setia berjalan berdampingan denganku. "Tidak ada sumber penghasilan lain, sejauh ini Arcelio terus bertahan dengan mengandalkan pertambangan," jawab Revanov. Selama kami mengunjungi wilayah, para penduduk menyambut dengan baik bahkan mereka memberikan beberapa buah untukku dan Revanov sebagai tanda terima kasih sudah merawat wilayah ini. Saat menghadapi para penduduk sifat revanov sangat berbeda, dia menjadi orang yang lebih lembut dan terlihat seperti pemimpin yang sangat mengayomi. Pasti berat baginya setelah memberikan tambang berlian pada Marquis dan hanya mendapatkan aku sebagai gantinya. Apa tidak